cover
Contact Name
Arifa Chan
Contact Email
uppublikasi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
uppublikasi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 23561297     EISSN : 25287222     DOI : -
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar (JTIDP) published by Indonesian Center for Estate Crops Research and Development is a peer-reviewed and open access journal that publishes significant and important research from area of agricultural science on industrial and beverage crops.
Arjuna Subject : -
Articles 407 Documents
Pengaruh Waktu Aplikasi dan Jenis Trichoderma terhadap Penyakit Jamur Akar Putih pada Bibit Tanaman Karet Amaria, Widi; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan agens hayati berupa jamur antagonis Trichoderma mempunyai peluang dalam mencegah maupun menekan serangan jamur akar putih (JAP) pada bibit tanaman karet. Oleh karena itu, Trichoderma dapat diaplikasikan sebelum maupun setelah infeksi patogen. Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu aplikasi dan jenis Trichoderma yang efektif dalam mengendalikan penyakit JAP pada bibit karet. Penelitian dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Sukabumi, mulai bulan Mei sampai November 2013. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dua waktu aplikasi Trichoderma (sebelum dan setelah infeksi patogen), faktor kedua adalah empat jenis Trichoderma (Trichoderma virens, Trichoderma hamatum, Trichoderma amazonicum, dan Trichoderma atroviride). Di samping itu, digunakan petak kontrol (tanpa Trichoderma) untuk melihat efektif-tidaknya penggunaan Trichoderma. Bibit karet menggunakan klon AVROS 2037 hasil okulasi umur 3 bulan. Peubah yang diamati meliputi gejala penyakit JAP, masa inkubasi patogen, dan intensitas serangan JAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembibitan karet penggunaan agen hayati Trichoderma lebih efektif bila diaplikasikan sebelum ada infeksi patogen karena dapat memperpanjang masa inkubasi patogen dan menekan serangan JAP masing-masing 60,49 hari dan 78,36% dibandingkan kontrol, serta 51,62 hari dan 71,14% bila dibandingkan aplikasi setelah ada infeksi. Trichoderma yang diaplikasikan setelah infeksi patogen hanya efektif menekan serangan JAP sebesar 25% dibandingkan kontrol. T. virens dan T. amazonicum paling efektif bila diaplikasikan sebelum infeksi patogen, sedangkan apabila tanaman telah terinfeksi patogen maka dianjurkan menggunakan T. virens, T. amazonicum, atau T. atroviride.Kata kunci: Karet, jamur akar putih, Trichoderma, intensitas serangan, masa inkubasi patogenThe utilization of biological agents such as fungal antagonist of Trichoderma has the opportunity to prevent and suppress the attacks of white root diseases (JAP) in rubber seedlings. Therefore, Trichoderma can be applied before or after pathogen infection. The objectives of this study were to determine the application time and Trichoderma types which effective in controlling white root fungi in rubber seedlings. The research was carried out in the Screen house of Indonesian Industrial and Beverages Crops Research Institute (IIBCRI), Sukabumi, from May to November 2013. The randomized complete block design in factorial two factors and three replications was used in this study. The first factor: two times of Trichoderma application (one week before and after pathogen infections), whereas the second factor: four types of Trichoderma (Trichoderma virens, Trichoderma hamatum, Trichoderma amazonicum, and Trichoderma atroviride). In addition, the control plot (without Trichoderma application) was also used to investigate the effectiveness of Trichoderma application. Rubber seedling used in this study was 3 months old AVROS 2037 clone that obtained from grafting. The variable observed were symptom of JAP diseases, pathogen incubations period, and attacks intensity of JAP. The results showed that the use of Trichoderma biological agents in rubber seedling more effective when applied before pathogen infection, because it can prolong the incubations period and suppress pathogenic attack of JAP at about 60.49 days and 78.36%, respectively compared to the controls, and 51.62 days and 71.14% compared to the application after pathogen infections. The application of Trichoderma after pathogen infections only effective to suppress JAP attacks at about 25% compared to the control. T. virens and T. amazonicum most effective when applied before pathogen infection, whereas if the plant has been infected with a pathogen, it is recommended to use T. virens, T. amazonicum, or T. atroviride.
Penentuan Karakter Pembeda Dua Populasi Kopi Arabika di Kebun Percobaan Pakuwon melalui Penggunaan Fungsi Diskriminan Wardiana, Edi; Pranowo, Dibyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman fenotipik dari beberapa genotipe tanaman karena pengaruh genetik dan lingkungan (GxE) dapat dianalisis melalui penggunaan fungsi diskriminan sehingga akan dapat diketahui informasi tentang karakter-karakter pembeda dari genotipe yang diuji. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Pakuwon, Sukabumi, mulai bulan Desember 2010 sampai Mei 2012, dengan tujuan mengidentifikasi karakter-karakter yang dapat menjadi pembeda dua populasi kopi arabika (Kartika 1 dan 2) yang ditanam di KP. Pakuwon melalui pendekatan fungsi diskriminan. Contoh tanaman kopi varietas Kartika 1 dan 2 masing-masing sebanyak 20 tanaman dipilih secara sistematik, kemudian diamati pada umur 14-17 bulan setelah tanam terhadap 20 peubah morfologi tanaman. Data-data yang terkumpul dianalisis melalui penggunaan fungsi diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh 4 karakter pembeda dua varietas kopi arabika (Kartika 1 dan Kartika 2), yaitu jumlah cabang total/tanaman, jumlah ruas/cabang, jumlah tandan/cabang, dan bobot kering buah. Varietas Kartika 1 memiliki jumlah cabang total/tanaman, jumlah tandan/cabang, dan bobot kering buah lebih tinggi daripada Kartika 2, sedangkan jumlah ruas cabangnya lebih rendah. Keempat karakter tersebut secara nyata dapat membedakan kedua varietas kopi dengan tingkat validitasnya sebesar 82,5%. Hasil penelitian ini didasari oleh teori GxE dan dapat memberikan implikasi bagi kajian dan penelitian-penelitian berikutnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan atau mutu hasil kopi, khususnya Kartika 1 dan 2 di KP. Pakuwon. .Determination of Characters to Distinguish Two Population of Coffea Arabica at Pakuwon Experimental Station by Discriminant Function Phenotypic variability of several plant genotypes is affected by genetic (G) and environment (E) factors, known as GxE. The GxE can be analyzed through discriminant functions being able to know information several characters as differentiator of genotypes. A study was conducted at Pakuwon Experimental Station (KP. Pakuwon), Sukabumi, from December 2010 to May 2012. To identify the characters being able to distinguish two populations of Coffea arabica (Kartika 1 and 2), the discriminant function was used.  Sistematic sampling of 20 sample plants of Kartika 1 and 2 each was used in this study. As many as 20 variables of plant morphology were observed for 14-17 months after planting. Data collected were analyzed by discriminant function. Results showed that there are four characters being able to distinguish two varieties of Coffea arabica ( Kartika 1 and 2) namely: total number of branch/plant, number of internode/branches, number of bunch/ branch, and dry weight of fruit. The total number of branch/plant, number of bunch/branch, and dry weight of bean of Kartika 1 were higher than those of Kartika 2, while the number of internode/branches was lower. These fourth characters were significantly able to distinguish the two varieties of coffee with 82.5% validity rates. This result was based on GxE theory and may have implications for improvement of productivity and quality of coffee, for future study.
Peranan Ekstrak Babadotan dan Bawang Putih serta Minyak Kemiri Sunan terhadap Serangan Penggerek Buah Kakao Soesanthy, Funny; Samsudin, Samsudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella Snell. (Lepidoptera: Gracillariidae), merupakan hama penting pada tanaman kakao yang menyebabkan penurunan hasil secara kualitas dan kuantitas. Salah satu usaha pengendalian PBK adalah menggunakan pestisida nabati karena bersifat ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh daun babadotan dan umbi bawang putih yang dilarutkan dengan air, etanol, metanol, dan heksan, serta minyak kemiri sunan [Reutalis trisperma (Blanco) Airy Shaw] dalam melindungi buah kakao dari serangan PBK. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari-Desember 2012, bahan uji yang digunakan adalah babadotan-air (BA), babadotan-etanol (BE), babadotan-metanol (BM), babadotan-heksan (BH), bawang putih-air (PA), bawang putih-etanol (PE), bawang putih-metanol (PM), bawang putih-heksan (PH), minyak kemiri sunan (KS), pestisida kimia berbahan aktif λ-sihalotrin (kontrol negatif), dan air (kontrol positif). Pembuatan ekstrak bahan uji dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, dan pengujian ekstrak dilakukan di perkebunan kakao PT Bumi Loka Swakarya, Sukabumi. Buah kakao berukuran sekitar 9 cm disemprot secara merata dengan masing-masing bahan uji telah dilarutkan dengan air hingga konsentrasi 1%. Penyemprotan dilakukan setiap bulan sebanyak 2 kali penyemprotan. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) 6 ulangan, setiap petak percobaan digunakan 10 buah kakao. Persentase buah yang terserang PBK dan tingkat kehilangan hasil diamati saat buah dipanen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan ekstrak PE konsentrasi 1% sebanyak dua kali dengan interval sebulan sekali dapat menurunkan kehilangan hasil sebesar 58,40% dengan nilai efikasi 63,01%. Dengan demikian ekstrak ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan formula nabati untuk mengendalikan PBK.Kata Kunci: Pestisida nabati, penggerek buah kakao, bawang putih, babadotan, kemiri sunanCocoa pod borer (CPB), Conopomorpha cramerella Snell. (Lepidoptera: Gracillariidae), is an important pest of cocoa which can cause reduction in yield quality and quantity. One attempt of CPB control is application of botanical pesticides because it more friendly to environment and harmless to human health. The objective of this research was to analyze the effect of goat-weed leaves and garlic bulbs dissolved in water, ethanol, methanol, and hexane, respectively, as well as philippine tung [Reutalis trisperma (Blanco) Airy Shaw] oil in protecting of cocoa pod from CPB infestation. The research was conducted in January-December 2012 using test materials of goat weed-water (BA), goat weed-ethanol (BE), goat weed-methanol (BM), goat weed-hexane (BH), garlic-water (PA), garlic-ethanol (PE), garlic-methanol (PM), garlic-hexane (PH), philippine tung oil (KS), chemical pesticide containing active ingredient of λ-sihalothrine (negative control), and water (positive control). Extracts of the test materials were made in the Laboratory Plant Protection, Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute. Meanwhile, field trial was conducted in the cocoa plantations of PT Bumi Loka Swakarya, Sukabumi. Cocoa pods measuring 9 cm was sprayed evenly with each of the test materials diluted in water to obtain a concentration of 1%. Spraying is done every month as much as 2 times spraying. The experiment was arranged in randomized block design (RBD) with 6 replications, and each plots consist of 10 cocoa pods observed. The percentage of CPB-infested pods and yield loss rate observed when the pods were harvested. The results showed that spraying in concentration 1% of PE extract twice with an interval of once a month can reduce yield loss up to 58,40% with a value efficacy of 63.01%. Thus, this extract can be used as an ingredient of botanical pesticide formula to control CPB. 
Pengaruh Komposisi Media terhadap Pembentukan Kalus Embriogenesis Somatik Kopi Arabika ( Coffea arabica ) Ibrahim, Meynarti Sari dewi; Sudarsono, Sudarsono; Rubiyo, Rubiyo; Syafaruddin, Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Induksi embrio somatik pada kopi arabika (Coffea arabica) dengan menggunakan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) telah berhasil dilakukan. Pengaruh komposisi media terutama kombinasi antara jenis ZPT yang berbeda dan tanggap genotipe tanaman dilaporkan sangat bervariasi. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh pemberian 2,4-D dan kinetin dalam proses pembentukan dan pertumbuhan kalus embriogenik asal daun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Agustus 2011 sampai Januari 2012. Bahan tanaman yang digunakan adalah daun dari kopi arabika varietas Sigarar Utang yang merupakan tanaman koleksi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 5 eksplan. Peubah yang diamati, meliputi persentasi kalus yang terbentuk, morfologi kalus, berat basah kalus, dan jumlah globular. Hasil menunjukkan semua perlakuan dapat membentuk kalus, pertambahan berat eksplan tertinggi diperoleh pada media kombinasi 2,4-D 1 mg/l atau 2 mg/l dan kinetin 1 sampai 4 mg/l. Embrio somatik terbanyak diperoleh pada media yang diberi 2,4-D 0,5 mg/l dan kinetin 1 mg/l. Selain kalus, massa proembrio dan embrio, juga terbentuk akar adventif yang jumlahnya tidak nyata antar perlakuan.  The Effect of Composition Media to Callus Formation of Somaticembryogenesis of Arabica Coffee (Coffea arabica)ABSTRACT Induction of somatic embryos with plant growth regulators (PGR) has successfully performed in arabica coffee. However, the influence of media composition combined with different PGR, explants and genotype of plants is widely various in response yields. The objective of this study was to examine the effects of 2,4-D and kinetine in process of formation and growth of embryogenic callus developed from leaves of arabica coffee. The studiy was carried out at a laboratory of Indonesian Research Center for Estate Crops (Puslitbangbun) from August 2011 to January 2012. Plant materials used are coffee leaves var. Sigarar Utang taken from a germplasm collection of the crop grown at Pakuwon Research Station, Indonesian Research Institute for Industry Crops (Balittri) located at Sukabumi, West Java. A completely randomized design with 5 replications and plot size of five explants was used. Parameters observed are percentage of callus formation, morphology of the callus, fresh weight of callus, and number of globular. Results show that all treatments examined are able to form callus. The highest increase in weight of explants was obtained from the media treated with 2,4-D (conc. of 1mg/l or 2 mg/l) and kinetin (conc. of 1 to 4 mg/l). While, the most number of somatic embryo formed was obtained from those of treated with 2,4-D 0.5 mg/l and kinetin 1 mg/l. In addition to callus formation, proembryo mass, embryo and adventive roots were also formed in spite of not significant between different the treatments.
Analisis Perdagangan Kakao Indonesia di Pasar Internasional Suryana, Anggita Tresliyana; Fariyanti, Anna; Rifin, Amzul
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

pertumbuhan konsumsi dunia. Sejak pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pajak ekspor kakao biji dalam rangka untuk mengembangkan industri pengolahan kakao, ada perubahan dalam komposisi ekspor kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan kakao Indonesia di pasar internasional. Pengukuran menggunakan Gravity Model menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao biji Indonesia adalah GDP riil per kapita negara tujuan, nilai tukar, dan bea keluar kakao biji. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao powder Indonesia adalah GDP riil per kapita Indonesia dan negara-negara tujuan serta nilai tukar, sementara semua variabel yang signifikan dalam mempengaruhi ekspor kakao butter. Implikasi dari hasil penelitian adalah Indonesia dapat meningkatkan pangsa pasarnya dengan lebih memprioritaskan mengekspor kakao biji ke Cina. Kakao butter pangsa pasar sebaiknya ditingkatkan di Cina dan Australia, sedangkan untuk kakao powder, negara yang dapat ditingkatkan pangsa pasarnya adalah Rusia.Kata Kunci: Kakao biji, kakao butter, kakao powder, ekspor, Gravity ModelIndonesia is one of the largest cocoa producer and exporter in the world. Cocoa international market has great potential regarding world’s consumption growth. Therefore, Indonesia is expected to take advantage on existing opportunities. Since the government of Indonesia implemented export tax policy on cocoa beans in order to develop cocoa processing industry, there were changes in the composition of cocoa export. The objective of this study was to analyze factors that influence Indonesia’s cocoa trade in international market, by using Gravity Model. The result showed that variables that influence Indonesia’s cocoa beans exports significantly are real GDP per capita of destination countries, exchange rate, and cocoa beans export tax. Indonesia’s cocoa powder exports is significantly influnced by real GDP per capita of Indonesia and destination countries, and exchange rate, while all variables are significant in influencing cocoa butter export. The implications of this findings are Indonesia can increase market share by prioritizing of cocoa beans export to China. In the meantime, cocoa butter should be increasing market share in China and Australia, and cocoa powder in Rusia.
Pemanfaatan Asap Cair Kayu Karet dan Tempurung Kelapa untuk Penanganan Polusi Udara pada Lump Towaha, Juniaty; Aunillah, Asif; Purwanto, Eko Heri
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar petani karet di Indonesia membuat bokar masih menggunakan koagulan yang dapat merusak mutu karet seperti pupukTSP, tawas, dan sejenisnya. Koagulan tersebut bersifat asam tetapi tidak mempunyai sifat antibakteri dan antioksidan sehingga bokaryang dihasilkan bermutu rendah dan berbau busuk. Penelitian dilaksanakan di perkebunan karet rakyat di Jawa Barat dari bulan Meisampai November 2012. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair kayu karet dan tempurung kelapaterhadap pengurangan polusi udara pada lump. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok, dengan delapan perlakuan, diulangempat kali. Parameter yang dianalisis pada asap cair meliputi pH, kandungan total phenol, kandungan total asam, dan komponensenyawa penyusun asap cair. Pada lump yang diamati adalah pH penggumpalan, uji organoleptik bau, kandungan NH3 dan kadar karetkering (KKK). Hasil penelitian menunjukkan asap cair kayu karet mempunyai kandungan total asam yang lebih tinggi daripada asapcair tempurung kelapa, tetapi mempunyai kandungan senyawa phenol yang lebih rendah daripada asap cair tempurung kelapa. Sebagaikoagulan, asap cair kayu karet 15% dan asap cair tempurung kelapa 10% menghasilkan mutu lump yang baik dengan gumpalansempurna tidak berbau busuk dan mempunyai KKK kategori mutu 1, yang memenuhi spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-2047-2002. Kualitas lump yang dihasilkan lebih baik daripada penggunaan asam format (koagulan rekomendasi), terutama dalam menanganipolusi udara pada lump. Dengan demikian, asap cair kayu karet maupun asap cair tempurung kelapa merupakan koagulan ramahlingkungan.Kata Kunci: Kayu karet, tempurung kelapa, asap cair, lump, ramah lingkunganMost of rubber farmers in Indonesia make lumps on which some coagulants such as TSP fertilizer, alum and others are often used. These coagulant areacidic but they do not have antibacterial and antioxidant properties. As a result, the lumps yielded or produced were low in grade and foul smelling. Astudy was carried out in smallholder rubber plantations in West Java Province from May to November 2012. The purpose of this study was todetermine the effects of the concentration of rubber wood liquid smoke and coconut shells liquid smoke to reduce air pollution on the lumps. The designused a randomized block with eight treatments and four replicates. The parameters analyzed of the liquid smokes include pH, total phenol content,total acid content, and the components of compounds contained in the liquid smokes, while those of the lumps include pH clotting, odor organoleptictest, NH3 content and dry rubber content (DRC). The results showed that the rubber wood liquid smoke has a total acid content higher than thecoconut shell liquid smoke, but its phenol content is lower than that of coconut shell liquid smoke. As coagulants, the rubber wood liquid smoke of15% and coconut shell liquid smoke of 10% produce a good quality of lumps with perfect clots, does not produce bad smell and has DRC categoryquality 1. It meets the specifications of SNI 06-2047-2002 quality requirements. The use of rubber wood liquid smoke and coconut shell liquidsmoke in lump processing yields better quality than that of formic acid (coagulant recommended), especially in reducing of air pollution of lumps.Thus, rubber wood liquid smoke and coconut shell liquid smoke uses is environmentally friendly coagulant.
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI HAMA PENGHISAP PUCUK DAN BUNGA PADA JAMBU METE ., Samsudin; Trisawa, Iwa Mara
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Technology in controlling of sucking pest of shoot and flowers on cashew. The major pests of cashew plant (Anacardium occidentale L.) are Helopeltis spp.  and Sanurus spp. A number of cashew trees damaged be  attacked by the pest are increasing from year to year. Some research found on effectiveness technologies, environmentally friendly and easily adopted by farmers have been done. One kind of controlling technologies that provides great expectations to be developed by farmers was biological control by utilizing parasitoids, predators and pathogens. Development of rangrang ants (Oecophylla smaragdina) and the fungus Beauveria bassiana as biological agent of Helopeltis spp. on a large scale will suppress the population of the insects. Meanwhile, the egg parasitoid Aphanomerus sp., moth parasitoids Epieurybrachys nsp. and the fungus Synnematium sp. are potentially developed as a biological control agents for Sanurus spp. in the field. The results of these studies should be integrated as a technology package on which the farmers should be involved in implementation of the technology.
Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Pala ( Studi Kasus: Kabupaten Bogor dan Sukabumi ) Hasibuan, Abdul Muis; Sudjarmoko, Bedy; Listyati, Dewi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan produsen dan eksportir pala terbesar dunia. Adanya persaingan yang semakin tinggi di pasar internasional akibat penerapan perdagangan bebas mengharuskan pala sebagai salah satu komoditas ekspor memiliki kemampuan bersaing. Penelitian ini bertujuan mengetahui keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani pala Indonesia khususnya di Kabupaten Bogor dan Sukabumi sebagai salah satu sentra pala. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan finansial dan ekonomi serta Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani pala di Kabupaten Bogor dan Sukabumi memiliki kelayakan untuk diusahakan serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif termasuk jika terjadi peningkatan harga input dan penurunan harga output sebesar 10%. Namun usahatani pala di Kabupaten Bogor memiliki tingkat kelayakan, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang lebih baik dibanding dengan Sukabumi. Intervensi pemerintah terhadap pasar input dan output belum memberikan keuntungan bagi petani.  Comparative And Competitive Advantage Analysis of Nutmeg Farming System (Case Study: Bogor And Sukabumi District)ABSTRACT Indonesia is the largest producer and exporter of nutmeg in the world. The higher competition in the international market due to the implementation of free trade agreement requires nutmeg as one export commodity has the ability to compete. This study aims to determine the comparative and competitive advantages of nutmeg farming system in Indonesia, especially in Bogor and Sukabumi District as one of the centers of nutmeg. The method of analysis used is the Policy Analysis Matrix (PAM). The analysis shows that farming nutmeg in Bogor and Sukabumi viable to cultivate and has comparative and competitive advantages, including in increasing of input prices and decreasing of output prices by 10 percent. However, nutmeg farming in Bogor has a high feasibility, comparative advantage and competitive advantage better than Sukabumi. Government intervention in input and output markets has not provided benefits to farmers.
Pendugaan Daya Gabung dan Heritabilitas Beberapa Karakter Agronomis pada Populasi Generasi F1 Kakao (Theobroma cacao L.) Tresniawati, Cici; Dani, Dani; Wicaksono, Ilham Nur Ardi; Rubiyo, Rubiyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Informasi mengenai parameter genetik diperlukan sebagai dasar penentuan tetua dalam perakitan varietas hibrida. Penelitian inibertujuan mengetahui daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) tetua dari 10 populasi F1 kakao hasil persilangandialel 5 x 5 tanpa selfing dan tanpa resiprok. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP.) Sumber Asin, Malang, Jawa Timurdari bulan April sampai Oktober 2013. Tetua yang digunakan adalah DR1 (kakao edel) dan ICCRI 03, TSH 858, ICS 13, dan Sca 6(kakao lindak). Karakter yang diamati adalah lingkar batang, tinggi jorket, persentase tanaman berbunga, dan persentase tanamanberbuah. Data karakter tersebut dianalisis ragamnya menggunakan metode Griffing 4. Hasil penelitian menunjukkan klon TSH 858memiliki efek DGU paling tinggi untuk karakter lingkar batang dan persentase tanaman berbunga, sedangkan klon Sca 6 untuk tinggijorket. Kedua klon tersebut berpotensi untuk dijadikan tetua persilangan dalam pembentukan varietas sintetis. Nilai DGK palingtinggi ditunjukkan oleh kombinasi tetua DR 1 x Sca 6 untuk karakter lingkar batang, persentase tanaman berbunga, dan persentasetanaman berbuah, sedangkan kombinasi TSH 858 x DR 1 memperlihatkan nilai paling tinggi untuk karakter tinggi jorket. Keduakombinasi tetua tersebut potensial dijadikan alternatif dalam perakitan varietas hibrida.Kata kunci: Kakao mulia, kakao lindak, Daya Gabung Khusus, Daya Gabung Umum, Griffing 4, heritabilitasKnowledge about genetic parameters is important for plant breeders as a basis for determining potential parent in hybrid breeding programs. Theobjectives of this study was to evaluate general combining ability (GCA) and specific combining ability (SCA) in F1 population of cocoa derived fromdiallel crossing of 5 x 5 without selfing and reciprocal. The experiment was conducted at the Sumber Asin experimental station, Malang, East Java,from April to October 2013. The parental clones used are ICCRI 03, TSH 858, Sca 6, ICS 13 (bulk cacao) dan DR 1 (fine cacao). Observations onagronomic characters including trunk girth, jorquette height, percent of flowering, and percent of fruiting were carried out on individual plants.Variance analysis was perfomed by Griffing Method type 4. The result showed that TSH 858 clone has the highest GCA effect on trunk girth andpercent of flowering (TSH 858), while Sca 6 clone was significant only for jorquette height. Both of those clones would be potential as parent inassembling new variety, particularly to gain the large trunk girth and high jorquette. On the other hand, the highest SCA value indicated by thecombination of DR 1 x Sca 6 for trunk girth, percent of flowering and percent of fruiting, whereas the combination of TSH 858 x DR 1 showed thehighest value for jorquette height. Both of these parent combinations are prospective as an alternative in the assembly of new hybrid varieties.
Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Tanaman Sela terhadap Pertumbuhan Lada Perdu Serta Hasil Tanaman Sela Ferry, Yulius; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanaman tanaman sela di antara tanaman lada perdu merupakan salah satu strategi dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Cahaya Negeri, Lampung Utara, mulai tahun 2010 sampai 2011. Tujuannya adalah memperoleh kombinasi jarak tanam lada perdu dengan jenis tanaman sela yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman lada sebagai tanaman pokok serta meningkatkan hasil dan pendapataan tanaman sela. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam lada (J) yang terdiri dari 4 taraf : (J1) 1 x 3 meter, (J2) 1 x 4 meter (J3) 2 x 3 meter, dan (J4) 2 x 4 meter. Faktor kedua adalah jenis tanaman sela (S) yang terdiri dari : (S1) tanaman kacang tanah, dan (S2) tanaman sela kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jarak tanam lada perdu 1 x 3 m cukup sesuai untuk ditanami tanaman sela kacang tanah maupun kacang hijau karena dengan jarak tanam tersebut dapat mendukung bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif lada serta dapat memaksimalkan hasil dan pendapatan tanaman sela, dan (2) penanaman tanaman sela kacang tanah dan kacang hijau di antara lada perdu sebaiknya dilakukan secara rotasi, kacang tanah ditanam pada fase vegetatif, sedangkan kacang hijau ditanam pada fase generatif tanaman lada.  Effect of Plant Spacing and Intercrops on The Growth of Pepper and Yield of IntercropsABSTRACT Growing of intercrops planted among of bushy pepper cultivation is one of strategies in optimizing agricultural resources utilization and increasing farmers’ income. The experiment was conducted at Cahaya Negeri Experimental Station, from 2010 until 2011. The experiment was aimed to investigate the compatibility of bushy pepper growing and the kind of intercrops to support the growth and increase in yield of the crop and additional income from the intercrops. The factorial design based randomized complete block with three replication was used in this study. The first factor was bushy pepper spacing (J) consisted of four levels : (J1) 1 m x 3 m, (J2) 1 m x 4 m, (J3) 2 m x 3 m, and (J4) 2 m x 4 m. The second factor was the kind of intercrops (S) consisted of two levels : (S1) Peanut and (S2) Mungbean. Result showed that : (1) The 1 m x 3 m of bushy pepper spacing is quite suitable for growing peanut or mungbean as intercrops based on vegetative and generative growth measures of bushy pepper and maximize in yields and additional income from the intercrops, and (2) peanut and mungbean were suggested to be intercrops in bushy pepper growing in rotation of cropping system, whereas peanut and mungbean should be planted within the vegetative and generative phases of bushy pepper, respectively.

Filter by Year

2011 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 3 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 1 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 3 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 1 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 3 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 3 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 3 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri More Issue