cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 1,355 Documents
Pengaruh Perubahan Kadar Air Tanah Ekspansif Terhadap Deformasi Vertikal Dan Deformasi Horisontal Aspal Pada Model Perkerasan Lentur Rezanjani, Rifky Anggi; ., Harimurti; Munawir, As'ad
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1095.953 KB)

Abstract

Perkerasan lentur yang ada di daerah Paron Kab. Ngawi memiliki permasalah sering terjadinya kerusakan lapisan permukaan, hal ini telah di identifikasi karena tanah pendukung (subgrade) yang memiliki jenis tanah ekspansif. Tanah ini memiliki sifat berdeformasi yang sangat signifikan, deformasi yang terjadi disebabkan oleh perilaku kembang susutnya tanah jenis ini. Pemodelan penelitian menggunakan jenis subgrade seperti lokasi di Paron dan lapisan-lapisan perkerasan yang sudah di skala. Pengujian digunakan kadar air berbeda-beda yaitu 0%, 5%, 11,7%, 15%, dan 18,3%. Hasil pengujian didapat kan data berupa rutting, regangan dan deformasi vertikal. Dari nilai rutting, regangan dan deformasi vertikal inilah dapat dilihat kerusakan lapisan perkerasan lentur yang terjadi. Dari hasil pengujian didapat data pengukuran rutting aspal yang merupakan data lendutan aspal, lendutan aspal maksimal terjadi pada kadar air 18,3% dengan nilai 0,805 mm di titik 2. Pada LVDT titik 1 A didapatkan nilai deformasi ke bawah sebesar 0,404 mm pada kadar air 5% dan deformasi ke atas sebesar -0,455 mm di kadar air 11,7%. Di titik 1 B sebesar 0,298 mm pada kadar air 5% dan nilai minimum -0,438 mm pada kadar air 11,7%. Sedangkan nilai regangan pada posisi Y  sebesar 0,6091 %  pada kadar air 15% dan posisi X 0,0,359 % pada kadar air 11,7% pada saat pengujian. Deformasi pada titik 2 A ke bawah sebesar 0,404 mm dan deformasi ke atas -0,455 mm pada kadar air 11,7% serta titik 2 B deformasi ke bawah 0,0,298 mm pada kadar air 5% dan arah ke atas sebesar -0,438 mm, sedangakan nilai regangan pada titik 2 posisi Y regangan aspal sebesar 0,6092 % pada kadar air 5% dan pada posisi X sebesar 0,3588 % pada kadar air 11,7%. Deformasi pada titik 3 A ke atas sebesar -0,455 mm pada kadar air 11,7% dan ke bawah sebesar 0,404 mm pada kadar air 5% sedangkan titik 3 B deformasi ke bawah sebesar 0,304 mm pada kadar air 5% dan deformasi ke atas sebesar -0,431 mm pada kadar air 11,7% sedangakan nilai regangan pada titik 3 posisi Y regangan aspal sebesar 0,6091 % pada kadar air 5%, 15% dan pada posisi X sebesar 0,3589 % pada kadar air 11,7%. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Pengaruh Kadar Air Subgrade, Rutting Aspal, Deformasi arah Vertikal Aspal, Regangan Aspal, Model Perkerasan
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Saidah, Heni Dewi; Suryo, Eko Andi; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.672 KB)

Abstract

Banyak sekali metode penyelidikan tanah yang sering dilakukan di lapangan. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah geolistrik (ERT). Keunggulannya, yaitu  waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya relatif lebih singkat serta biaya yang yang dibutuhkan untuk peralatan dan mobilisasi lebih murah. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lempung ekspansif serta tanah pasir. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam kotak dari bahan yang bersifat isolator dengan ukuran  0,5 m x 0,15 m x 0,15 m. Jumlah model test yang digunakan adalah 9 model percobaan. Tujuannya untuk mengetahui nilai resistivitas tanah lempung dengan tiga variasi kadar air, sebesar 22%, 27%, dan 32% untuk kepadatan yang sama. Sedangkan untuk tanah pasir digunakan kadar air sebesar 7%. Selain itu, model dibuat dalam tiga jenis lapisan yang berbeda untuk setiap nilai kadar air, yaitu jenis lapisan horisontal, vertikal, dan diagonal. Metode yang digunakan adalah metode schlumberger dan dibantu dengan alat resistivitymeter. Alat tersebut terhubung dengan  elektrode yang diinjeksikan ke dalam tanah yang diteliti sehingga akan menghasilkan nilai beda potensial dan arus yang selanjutnnya dapat menampilkan resistivitas bawah permukaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penambahan kadar air dapat menurunkan nilai resistivitas, misal untuk nilai minimum diperoleh hasil 40,52 Ωm menjadi 25,63 Ωm dan 11,89 Ωm. Selain itu, hasil inversi 2 dimensi menunjukkan perbedaan gradasi warna untuk setiap lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air dan jenis lapisan tanah berpengaruh terhadap nilai resistivitas hasil dari geolistrik. Kata Kunci: kadar air, resistivitas, ERT, tanah lempung
KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS AKIBAT PEMBONGKARAN JEMBATAN SOEKARNO HATTA Mahendra, Avif Dwi; W, Marka Khairi; Arifin, M Zainul; Sulistio, Harnen
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.596 KB)

Abstract

Dengan memperhatikan kinerja jaringan jalan satu arah pada lingkar Universitas Brawijaya yang meliputi Jl. Soekarno Hatta, Jl. Mayjen Panjaitan, Jl. Bogor, Jl. Veteran, Jl. Sumbersari-Gajayana, Jl. MT Haryono, Jl. Bunga Coklat-Pisang Kipas, Jl. MT Haryono XIII (sebelah Polsek), Jl. Bunga Cengkeh, Jl. Dewandaru, Jl. Kumis Kucing, dan Jl. Cendanadi Kota Malang yang semakin ramai saat akhir pekan, maka diperlukannya upaya untuk menganalisis dan mencari solusi yang diperlukan agar dampak yang terjadi dapat diminimalisir. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perjalanan pada lingkar Universitas Brawijaya pada saat keadaan arus lalu lintas satu arah dan membuat skenario pengaturan lalu lintas akibat pembongkaran jembatan rangka Soekarno Hatta dan masa pembangunan jembatan yang baru. Kajian yang dilakukan berupa distribusi kendaraan,analisa kinerja ruas, simpang dan jalinan serta membuat skenario pengaturan lalu lintas agar dapat memberi solusi dan mengurangi terjadinya kemacetan pada saat pembongkaran jembatan rangka Soekarno Hatta danmasa pembangunan jembatan yang baru. Data penelitian didapat dengan melakukan survei distribusi kendaraan dan survei traffic counting pada hari Jumat pukul 06.00-08.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB dengan lokasi jaringan jalan satuarahpada lingkar Universitas Brawijaya. Analisis kinerja simpang dan ruas mengacu pada MKJI 1997, sedangkan untuk skenario pengaturan lalu lintas mengacu referensi terkait yaitu mengenai optimasi waktu siklus dan geometri. Sehingga diperoleh tingkat pelayanan pada masing-masing jaringan jalan di sekitar kawasan tersebut, kemudian diambil 2 skenario yang direkomendasikan karena memiliki tingkat kinerja jalan yang lebih baikdan memiliki tingkat pengaturan lalu lintas yang relatif lebih mudah dibanding skenario yang lain. Skenario yang direkomendasikan yaitu skenario 1 dan skenario 2. Hasil yang diperoleh dari skenario 1 yaitu ruas Soekarno Hatta (arah ke Universitas Brawijaya) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,34;ruas Soekarno Hatta (arah ke Blimbing) dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,72; ruas Soekarno Hatta (ruas pada jembatan beton) dengan tingkat pelayanan D dengan DS sebesar 0,91; ruas Bunga Cengkeh dengan tingkat pelayanan B dengan DS sebesar 0,36; ruas Dewandaru dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,32; ruas Cendana dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,06; ruas Bunga Coklat-Pisang Kipas dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,23; ruas MT Haryono XIII (sebelahPolsek) dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,23; simpang Soekarno Hatta-Bunga Coklat dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 339,02 detik, simpang MT Haryono-Soekarno Hatta dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 711,98 detik; simpang Dewandaru dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 13,31 detik, simpang Kumis Kucing dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 6,53 detik, simpang Cendana dengan tingkat pelayanan A dengan tundaan sebesar 5,00 detik. Sedangkan hasil yang diperoleh dari skenario 2 yaitu dengan hasil ruas Soekarno Hatta (arah ke Universitas Brawijaya) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,34; ruas Soekarno Hatta (arah ke Blimbing) dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,72; ruas Soekarno Hatta (ruas pada jembatan beton) dengan tingkat pelayanan D dengan DS sebesar 0,91; ruas Bunga Cengkeh dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,68; ruas Dewandaru dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,55; ruas Cendana dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,67; ruas Bunga Coklat-Pisang Kipas dengan tingkat pelayanan B dengan DS sebesar 0,42; ruas MT Haryono XIII (sebelah Polsek) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,09; simpang Soekarno Hatta-Bunga Coklat dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 394,86 detik, simpang MT Haryono-Soekarno Hatta dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 647,86 detik, simpang Dewandaru dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 829,39 detik, simpang Kumis Kucing dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 7,90 detik, simpang Cendana dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 14,40 detik. Kata Kunci : Distribusi kendaraan, jaringan jalan, kinerja ruas dan simpang, skenario   pengaturan lalu lintas
STUDI ALTERNATIF JALAN AKSES KE PELABUHAN TELUK LAMONG SURABAYA T.D, Mokhamad Afila; Rachman, M. Syaiful; Djakfar, Ludfi; Anwar, M. Ruslin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelabuhan Teluk Lamong , merupakan salah satu pelabuhan besar di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan pelabuhan semakin pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah lalu lintas menuju Teluk Lamong. Oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan jalan menuju Teluk lamong agar tidak menggangu jalan arteri yang telah ada. Mengingat bahwa yang akan menuju Teluk Lamong adalah truk kontainer atau truk penganggkut barang perlu dibuatkan jalur khusus menuju Teluk Lamong. Pengumpulan data dilakukan melalui survey Trafic counting, Kondisi lapangan dan AHP untuk menentukan trase-trase terpilih, sedangkan Survey topografi tidak dilakukan. karena topografi di sekitar trase relatif datar. Pengolahan data menggunakan program microsoft excel untuk pengolahan data TC dan ArcGis untuk pembuatan peta trase. Trase-trase terpilih pada jaringan jalan akses Ke Teluk Lamong adalah dari teluk lamong seberangkan denga fly over menuju ke depan pintu gerbang tol Romokalisari, melebarkan jalan arteri dari Jalan Margomulyo dan Jalan Tambak Osowilangun sampai ke Pelabuhan Teluk lamong, melebarkan Jalan Tambak Osowilangun sampai ke Pelabuhan teluk lamong dengan penambahan jalan baru yang menghubungkan ke Tol Romokalisari. Untuk evaluasi, dilakukan dengan membandingkan hasil analisis survey ahp terhadap masing-masing kriteria untuk mendapatkan kinerja alternatif terbaik. Pada perkerasan jalan, mengacu pada Manual Desain Perkerasan Jalan tahun 2013 dan perencanaan perkerasan jalan beton semen PD  T 14-2003. Untuk mengetahui kinerja jaringan jalan eksisting digunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997. Sedangkan untuk syarat ketentuan jalan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 19 tahun 2011. Dari hasil analisa kondisi lalu lintas  didapatkan nilai dearajat kejenuhan Jalan Tambak Osowilangun sebesar 0,998 dan 0,903 pada Jalan Margomulyo,oleh karena itu jalan akses menuju  Teluk Lamong diperlukan untuk memperlancar perdagangan baik disekitar kawasan pelabuhan maupun kawasan nasional . Dari survey koridor alternatif ynag dilakukan menunjukkan bahwa keadaan topografi pada rencana trase alternatif jalan akses ke Pelabuhan Teluk Lamong relatif adalah datar. Lokasi alternatif pada Jalan Akses Ke PelabuhanTeluk Lamong terletak pada pergudangan, persawahan dan tambak. Maka dari itu Jalan Akses Ke Pelabuhan Teluk Lamong masih berpotensi untuk dilaksanakan. Dari hasil analisa AHP diperoleh nilai – nilai  pada masing – masing alternatif dengan skor 1,775 pada alternatif 1, skor 1,212 pada alternatif 2 dan skor 1,478 pada alternatif  3. Maka terpilih alternatif 1 yang mempunyai nilai manfaat efisien dan terbaik, dan mempunyai panjang trase sekitar 2,5 km. Struktur perkerasan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah perkerasan kaku, dan nilai beban gandar adalah 50.900.000. dari hasil tersebut direncanakan tebal lapisan perkerasan kaku sebesar 31 cm, beton kurus (LMC) sebesar 15 cm , lapis pondasi agregat kelas A sebesar 15 cm dan lapis penopang di bawah pondasi sebesar 180 cm. Kata Kunci : AHP (Analitycal Hierarchy Process),Pemilihan Trase, Perkerasan Kaku,Teluk Lamong.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GUGURNYA PENAWARAN PENGADAAN JASA KONSULTAN PERENCANA DIKOTA MALANG DITINJAU DARI PEMENUHAN PERSYARATAN PENGADAAN Arisandy, Rizki; Unas, Saifoe El; Munawir, As’ad
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.717 KB)

Abstract

Mulai tahun 2012 pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Kota Malang dilakukan secara elektronik (E-Procurement). Namun dalam pelaksanaan pada paket kegiatan pekerjaan konsultansi masih banyak terjadi gugurnya dokumen penawaran yang disebabkan tidak memenuhinya persyaratan pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang diperlukan agar penawaran memenuhi syarat serta untuk mengetahui penyebab suatu persyaratan tidak dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan mengetahui faktor-faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab terjadinya gugur dalam penawaran. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode survey kuisioner sebagai alat pengumpul data-data primer. Analisis data dilakukan dengan Regresi Logistik dengan bantuan software statistik SPSS untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang paling dominan yang menjadi penyebab terjadinya gugur dalam penawaran pada pekerjaan jasa konsultan di Kota Malang. Penentuan subjek untuk penelitian ini dilakukan dengan simple random sample, yang terdiri dari 17 penyedia jasa (konsultan) dan 13 ULP POKJA. Teknik pengambilan data dilakukan dengan data primer dan sekunder, pada penelitian ini data primer diambil dengan menyebarkan kuisioner kepada responden dengan pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan peraturan dan standar dokumen pengadaan untuk pengadaan jasa konsultan, sedangkan data sekunder diambil dari situs resmi Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Hasil penelitian menunjukkan ada 5 faktor dari hasil pengolahan data konsultan dan 9 faktor dari hasil pengolahan data ULP POKJA yang berpengaruuh terhadap gugurnya dokumen penawaran pada pengadaan pekerjaan jasa konsultan. 5 faktor yang dihasilkan dari data konsultan adalah surat penawaran, memberi tanggapan yang menggambarkan pemahaman, pengalaman tenaga ahli yang disyaratkan, surat penawaran pada tahap seleksi, dan surat penawaran biaya. Untuk ke-5 faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh adalah sertifikat keahlian yang disyaratkan, memberi tanggapan yang mnggambarkan pemahaman dan pengalaman tenaga ahli. Sedangkan 9 faktor yang dihasilkan dari data ULP pokja adalah daftar pekerjaan yang sedang dikerjakan, penyusunan surat penawaran, menguraikan data pekerjaan yang sedang dilaksanakan, memberi tanggapan yang menggambarkan pemahaman, jadwal waktu pelaksanaan sampai dengan serah terima, menyusun penugasan tenaga ahli, pengalaman tenaga ahli yang disyaratkan, sertifikat keahlian, dan surat penawaran biaya. Untuk ke-9 faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh adalah pengalaman tenaga ahli yang disyaratkan, daftar perolehan pekerjaan yang sedang dikerjakan, penyusunan surat penawaran, memberi tanggapan yang menggabarkan pemahaman dan jadwal waktu pelaksanaan sampai dengan serah terima. Kata kunci: Gugurnya Penawaran, E-Procurement, Pekerjaan Jasa Konsultan
ANALISA PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PELAT LANTAI M-PANEL, BETON BERTULANG, DAN SNI PEKERJAAN PELAT BETON BERTULANG Nugroho, Agung Wahyu; Hasyim, M. Hamzah; Unas, Saifoe El
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.937 KB)

Abstract

Dengan adanya perkembangan inovasi dan teknologi pembangunan di Indonesia, terdapat teknologi dan material di bidang konstruksi yang mampu menggantikan material pelat lantai bangunan konvesional, salah satunya M-PANEL. M-PANEL mempunyai susunan material dengan bahan utama Expanded Polystyrene System (EPS) dan kawat baja galvanized (lapisan agar tidak berkarat) pada setiap sisi dan juga dalamnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan produktivitas dan biaya satuan pekerjaan pelat lantai menggunakan material M-Panel dan konvensional. Data penelitian yang digunakan untuk analisa produktifitas dan harga satuan diperoleh dengan mengamati secara langsung pekerjaan di lapangan. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daily Record Sheet, Baseline Productivity, dan metode SNI (Standart Nasional Indonesia) No. 7394 Tahun 2008. Untuk menghitung koefisien analisa harga satuan pekerjaan didapatkan dengan menghitung sendiri yang didasarkan nilai produktifitas. Dari analisa dan perhitungan didapat produktifitas pekerjaan pelat lantai M-PANEL pada tiap jenis pengamatan adalah : pemasangan M-PANEL sebesar 5,7874 m2/jam, pemlesteran tahap I  sebesar 19,7838 m2/jam, dan pemlesteran tahap II sebesar 6,3819 m2/jam. Sedangkan nilai produktifitas pekerjaan pelat lantai konvensional adalah: pemasangan bekisting sebesar 1,496 m2/jam, penulangan sebesar 7,116 m2/jam, dan pengecoran sebesar 10,004 m2/jam . Untuk hasil nilai produktifitas pelat lantai konvensional berdasarkan SNI No. 7394 Tahun 2008  adalah : pemasangan bekisting sebesar 0,20 m2/jam, penulangan sebesar 2,98 m2/jam, dan pengecoran sebesar 1,67 m2/jam. Analisa dari hasil perhitungan harga satuan pekerjaan pelat tiap m2 diperoleh sebesar Rp   443.109,13 /m2 untuk M-PANEL, sebesar Rp. 406.146,52 /m2 untuk pelat konvensional, dan sebesar Rp. 691.485,40 /m2 untuk harga satuan berdasarkan SNI No. 7394 Tahun 2008. Kata kunci: harga satuan pekerjaan, pelat lantai konvensional, pelat lantai M-PANEL, produktifitas, SNI.
ANALISA PRODUKTIVITAS PEKERJAAN DINDING PANEL, DINDING BATU BATA KONVENSIONAL, DAN SNI PEKERJAAN DINDING P.Y, Rifky Rezha; Unas, Saifoe El; N, Kartika Puspa
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.612 KB)

Abstract

Ada beberapa teknologi dan bahan di bidang konstruksi sebagai pengganti material dinding bangunan konvesional, antara lain PANEL dan bata konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan produktivitas dan biaya satuan pekerjaan dinding menggunakan material PANEL dan bata merah berdasarkan metode konvensional dan SNI. Data produktivitas pada penelitian ini diperoleh dengan mengamati secara langsung kecepatan pekerjaan di lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Daily Record Sheet dan Baseline Productivity, dan dengan metode SNI. Koefisien pekerjaan untuk menghitung analisa harga satuan pekerjaan didapatkan dengan menghitung sendiri berdasarkan dari nilai produktifitas yang didapat. Hasil dari analisa produktivitas menunjukan bahwa nilai produktivitas pekerjaan dinding PANEL pada tiap jenis pengamatan adalah: pemasangan = 12,723 /jam, plester tahap I = 108,814 /jam, plester tahap II = 28,346 /jam. Sedangkan nilai produktifitas pekerjaan dinding bata konvensional adalah: pemasangan = 3,00 /jam, plester = 3,57 /jam. Dan nilai produktifitas dinding bata konvensional berdasarkan SNI adalah : pemasangan = 1,33 /jam, plester = 1,00 /jam. Harga satuan pekerjaan dinding Panel tiap m2 sebesar Rp   211.271,72, dinding bata konvensional sebesar Rp 84.258,98, dan dinding bata konfensional berdasarkan SNI sebesar Rp. 130.422,08.Kata kunci: dinding PANEL, dinding bata konfensional, harga satuan pekerjaan,  produktifitas.
OPTIMASI SITE LAYOUT MENGGUNAKAN MULTI-OBJECTIVES FUNCTION (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Graha Rektorat Universitas Negeri Malang Tahap III) Kurniawan, Danang; Unas, Saifoe El; Zacoeb, Achfas
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.557 KB)

Abstract

Proyek konstruksi bangunan selalu diikuti dengan pembangunan fasilitas sementara di sekitarnya. Fasilitas-fasilitas tersebut berguna untuk menunjang jalannya proyek konstruksi sehingga setiap proyek memiliki fasilitas sementara yang berbeda. Tata letak fasilitas sementara harus diperhatikan sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan site layout yang optimal dari proyek yang ditinjau. Pada lokasi proyek yang ditinjau, terdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan yang dapat digunakan untuk penempatan fasilitas sementara. Berdasarkan kondisi tersebut maka digunakan metode unequal site layout dalam penataan fasilitas sementara. Parameter yang digunakan dalam optimasi site layout adalah nilai jarak tempuh (traveling distance) dan tingkat keamanan (safety index). Skenario optimasi dilakukan dengan meminimalkan nilai jarak tempuh dan tingkat keamanan untuk penataan site layout sebanyak 8 kondisi. Proses perhitungan jarak tempuh dan tingkat keamanan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan memperhitungkan semua fasilitas dan mengabaikan beberapa fasilitas. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai jarak tempuh dan tingkat keamanan pada site layout sesuai kondisi eksisting di lapangan belum optimal. Nilai jarak tempuh paling optimal didapatkan pada kondisi 5 baik dengan memperhitungkan semua fasilitas maupun dengan mengabaikan beberapa fasilitas. Nilai tingkat keamanan paling optimal didapatkan pada kondisi 4 baik dengan memperhitungkan semua fasilitas maupun dengan mengabaikan beberapa fasilitas. Kondisi site layout paling optimal sesuai kriteria prioritas kontraktor pelaksana, yaitu 30% untuk nilai traveling distance dan 70% untuk nilai safety index adalah skenario 6.   Kata kunci : optimasi, unequal site layout, jarak tempuh, tingkat keamanan
PENGARUH PANJANG SEGMEN PELAT BETON BERTULANG DAN JARAK TUMPUAN TIANG TERHADAP PENULANGAN PILE SLAB Arifi, Mohamad Fatchul; ., Wisnumurti; Zacoeb, Achfas
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.004 KB)

Abstract

Desain konstruksi jalan raya menggunakan struktur pile slab telah umum penerapannya dan banyak diaplikasikan  di negara Indonesia. Demikian pula, analisis yang digunakan juga sudah mengacu pada standar atau peraturan yang disepakati kegunaannya untuk mendesain setiap elemen strukturnya. Peraturan yang dimaksud untuk mendesain adalah peraturan pembebanan untuk jembatan RSNI T-02-2005, karena konstruksi jalan dengan struktur pile slab memiliki keidentikan dengan tipe konstruksi jembatan. Adapun perilaku struktur pile slab dianalisis menggunakan metode portal ekuivalen untuk penentuan gaya-gaya dalamnya. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang segmen pelat pada struktur pile slab terhadap hasil perencanaan dimensi dan tulangan, maka dilakukan sejumlah model desain sebanyak 3 (tiga) level panjang segmen pelat berturut-turut 8 m, 10 m dan 12 m dengan kombinasi diameter pilar 0,5 m dan 0,6 m. Sebagai tahap akhir hasil desain, diperoleh jumlah kebutuhan tulangan yang paling efisien adalah segmen pelat 8 m dengan diameter pilar 0,5 m, yaitu tulangan D16 - 100 untuk arah memanjang dan D16 - 200 untuk tulangan arah melintang. Tulangan bagi yang diperlukan adalah D13 - 200 untuk masing-masing arah pelat.   Kata-kata kunci: panjang segmen, jarak tumpuan tiang, diameter tumpuan tiang, pile slab, jumlah tulangan
KUAT GESER PANEL BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM DENGAN BEBAN IN-PLANE Ummati, Alfinna Mahya; ., Wisnumurti; Naingolan, Christin Remayanti
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.192 KB)

Abstract

Beton merupakan material penting dalam dunia konstruksi, penggunaannya lebih banyak digunakan untuk struktur utama seperti plat, balok, kolom, dan pondasi. Banyak sekali keuntungan dari beton untuk bahan konstruksi, namun massanya yang sangat besar menyebabkan beton memiliki bobot yang dapat mempengaruhi tanah dibawahnya. Inovasi untuk menciptakan beton ringan dilakukan dengan mengganti beberapa bagian beton dengan bahan lain yang lebih ringan, misalnya Styrofoam. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sebuah panel dimana terdapat beberapa bagian beton yang diganti dengan Styrofoam, tulangan panel terbuat dari bambu yang dilapisi dengan cat. Panel ini akan dibandingkan dengan panel yang sama namun tanpa Styrofoam. Kedua panel diuji lentur dengan beban in-plane dan hasil pengujian keduanya dibandingkan. Beban maksimal yang dihasilkan oleh keduanya menunjukkan hasil yang hampir sama, yaitu untuk panel tanpa Styrofoam sebesar 5500 kg dan untuk panel dengan Styrofoam sebesar 5533 kg. Untuk panel tanpa Styrofoam memiliki kekuatan geser 2750 kg dan kekuatan geser untuk panel dengan Styrofoam 2766.667 kg. Perbedaan yang cukup signifikan ditunjukkan pada tegangan geser yang dihasilkan yaitu untuk tanpa Styrofoam 20.625 kg/cm2 dan untuk panel dengan Styrofoam 26.673 kg/cm2. Keruntuhan yang dihasilkan oleh kedua panel merupakan jenis keruntuhan lentur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panel yang didalamnya diletakkan Styrofoam memiliki kekuatan yang hampir sama dengan panel tanpa Styrofoam. Kata kunci : panel, dinding, bambu, Styrofoam, in-plane.

Page 16 of 136 | Total Record : 1355