Articles 
                238 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH PENGALIRAN SUNGAI (WPS) CILIWUNG - CISADANE 
                        
                        Ida Narulita; 
Rizka Maria; 
M. Rahman Djuwansah                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 2 (2010) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1431.771 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.37                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Studi karakteristik curah hujan di WPS Ciliwung-Cisadane dilakukan untuk menyediakan informasi dasar bagi mitigasi bencana yang berhubungan dengan air. Karakteristik hujan yang dipelajari meliputi distribusi spasial dan temporal curah hujan bulanan, lama dan intensitas hujan. Distribusi hujan disusun dengan menggunakan metode isohyet. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan harian dari 13 stasiun hujan di daerah kajian untuk periode 1997 – 2006. Variabilitas fenomena iklim global (ENSO dan Dipole Mode) ternyata mempengaruhi jumlah curah dan distribusi temporal hujan di WPS Ciliwung-Cisadane. Interaksi anomali ENSO dan IOD yang kuat dapat menjadi penyebab terjadinya banjir di Jakarta. Tetapi banjir juga terjadi ketika indeks ENSO dan Dipole Mode menunjukkan keadaan normal, yang menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab banjir di Jakarta. Hujan intensitas rendah dengan waktu panjang yang sering terjadi pada bulan basah perlu diwaspadai karena hujan dengan karakter ini berpotensi menjadi penyebab bencana banjir dan longsor. Pada bulan kering, dominan terjadi hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dengan durasi lebih singkat.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            COMPARISON OF OVERCONSOLIDATED CLAY SETTLEMENTS CALCULATED BY ANALYTICAL 1D TERZAGHI CONSOLIDATION AND BIOT NUMERICAL ANALYSIS 
                        
                        Arifan Jaya Syahbana; 
Dwi Sarah                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 2 (2012) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (938.352 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.60                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRACT Consolidation is a phenomenon where air and water in the soil skeleton (i.e clay soil) are forced out due to loading. This condition can occur when clay soil is subjected to loading resulted from pressure in laboratory test, land fill or embankment, building and other structures in the field. Many studies have examined the consolidation of soil through numerical methods and One Dimensional Consolidation Theory of Terzaghi but rarely find a comparison between them. This study aims to find comparison of settlement due to consolidation based on the two methods. A simple simulation using different thicknesses of soil and different loading condition was carried out on saturated and homogenous overconsolidated soil. The settlement calculations were performed by analytical Terzaghi method and numerical analysis. The results obtained for the varied thickness of the soil samples show varied value of relative error which indicates that thickness is one of the factors contributing to the discrepancy of settlement between the methods. Variation of loading condition in each sample showed that the calculation results of two methods would be the quite similar if the loading is in the range of 40-52 kN/m2. Greater loading out of that range would cause the results of analytical analysis to be less than the numerical analysis.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            AIR TAWAR DI PULAU KECIL TERUMBU KARANG DERAWAN: MASALAH DAN ADAPTASI TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT 
                        
                        Wahyoe S. Hantoro; 
Sapri Hadiwisastra; 
Edy M. Arsadi; 
A. Masduki; 
A.Y. Airlangga; 
Suyatno Suyatno; 
Engkos Kosasih                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (2393.288 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.28                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Pulau Derawan merupakan bagian dari gugusan pulau terumbu karang yang tumbuh di tinggian atau substrat dari endapan pasir dan lempung di perairan lepas pantai estuari Sungai Berau. Sejumlah pemboran yang dibuat di jalur tengah di gosong pasir dan Pulau Derawan memperlihatkan suatu urutan pengendapan pulau terumbu karang yang mengalami perulangan perubahan muka laut serta dengan ciri pengendapan seiring kenaikan cepat muka laut sejak zaman es terakhir (14.000 th). Data tersebut, menempatkan gugusan pulau ini pada kemungkinan terjadinya penurunan tektonik. Hal ini juga dipertegas oleh data seismik pantul dangkal dari kawasan disekitarnya. Memperhatikan skenario kenaikan muka laut global 1 cm/tahun, Derawan dan gugusan pulau terumbu karang halang di perairan dan estuari Berau sesungguhnya saat ini berada pada ancaman serius dengan berbagai konsekuensinya. Ancaman tersebut salah satunya adalah akan sangat berkurangnya ketersediaan air tawar pulau yang hanya diperoleh dari air meteorik. Naiknya muka air laut akan menaikkan muka air asin yang di atas mana bertengger lensa air tawar yang akan segera menipis. Saat ini berdasar pengukuran, lapisan air tawar mempunyai tebal tidak merata sekitar 2-4 m. Langkah awal mengatasi masalah ini adalah melakukan upaya pengaturan pemakaian air tawar sehingga selalu seimbang neracanya serta mengusahakan memperhalus sedimen yang menjadi tempat air tawar terkumpul sehingga dapat menghalangi masuknya air asin dari formasi dibawahnya maupun langsung dari arah samping (pantai) ketika pasang naik paling tinggi. Upaya ini dapat dilakukan dengan penanaman jenis pohon tertentu yang sudah diuji kemampuan dan perilakunya namun juga terhindar dari dampak kelebihan evapotranspirasi. 
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENENTUAN LOKASI IMBUHAN AIRTANAH DENGAN PELACAK ISOTOP STABIL 18O DAN 2H DI CEKUNGAN AIRTANAH DATARAN RENDAH SEMARANG, JAWA TENGAH 
                        
                        Sudaryanto Sudaryanto; 
Rachmat Fajar Lubis                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (633.392 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.51                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Pengambilan airtanah di dataran rendah Semarang yang tidak terkendali menimbulkan dampak krisis airtanah yang ditandai dengan penurunan muka airtanah dari tahun ke tahun. Ketersediaan airtanah berkaitan erat dengan jumlah imbuhan (recharge) air ke dalam tanah dan jumlah yang diambil. Penentuan daerah imbuhan dilakukan dengan cara melakukan analisis isotop stabil 18O dan  2H dan membandingkannya dengan tipe air serta kondisi hidrologelogi. Untuk keperluan tersebut, telah dilakukan penelitian airtanah di 9 lokasi yang tersebar di wilayah Semarang, yang terdiri atas 7 conto airtanah tertekan dan 2 contoh airtanah tidak tertekan. Hasil yang didapat dari analisis tersebut adalah bahwa airtanah pada akifer yang berumur kuarter berasal dari air yang diresapkan ke dalam tanah di dalam cekungan tersebut, sementara air yang terdapat dalam akifer Formasi Damar berasal dari daerah di ketinggian di atas 400 m dpl yang terletak di selatan Semarang. Di samping itu sesar yang memisahkan sistem akuifer Formasi Damar dengan sistem akuifer kuarter berfungsi sebagai penghalang masuknya airtanah dari bagian selatan ke akuifer kuarter di dataran Semarang.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Pendeteksian Kerapatan Vegetasi dan Suhu Permukaan Menggunakan Citra Landsat Studi Kasus : Jawa Barat Bagian Selatan dan Sekitarnya 
                        
                        S. Sukristiyanti; 
Dyah Marganingrum                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 1 (2009) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (675.718 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.19                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Kerapatan vegetasi dan suhu permukaan merupakan informasi penting yang dibutuhkan kaitannya dengan isu pemanasan global. Informasi spasial ini dapat dihasilkan dengan memanfaatkan citra satelit sumberdaya, khususnya citra Landsat. Kemampuannya perlu dikaji agar tidak memberikan informasi yang tidak representatif, apalagi kalau suatu daerah kajian memiliki jenis penggunaan lahan yang heterogen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan transformasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan kemampuan band thermal di daerah yang bervariasi jenis penggunaan lahannya. Analisis yang digunakan yaitu analisis spasial dengan melakukan perbandingan antara informasi spasial penggunaan lahan dengan data sebaran kelas kerapatan vegetasi dan kelas suhu permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NDVI mampu mempresentasikan kerapatan vegetasi dengan baik untuk berbagai macam jenis penggunaan lahan. Di sisi lain pendeteksian suhu permukaan menggunakan band thermal pada citra Landsat harus memperhatikan aspek penggunaan lahannya, untuk menghindari kesalahan interpretasi.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan Kehilangan Merkuri 
                        
                        Widodo Widodo                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 1 (2008) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (70.48 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.11                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Sampel bijih emas hasil dari penambangan secara selektif “pertambangan rakyat” di Waluran, Sukabumi telah digunakan sebagai bahan percobaan amalgamasi. Tujuan percobaan untuk memperoleh pola kecenderungan (trend) pengaruh dari faktor kadar umpan dan perlakuan amalgamasi terhadap tingkat perolehan (recovery) logam emas dan kehilangan merkuri (Hg). Percobaan dilaksanakan berdasarkan disain faktorial 2 level dari 2 faktor. Perlakuan amalgamasi hanya ditekankan pada faktor kadar umpan proses (bijih emas berkadar rendah dan bijih emas berkadar tinggi) dan faktor waktu proses amalgamasi (cara langsung dan cara tidak langsung) sehubungan dengan waktu memasukkan merkuri ke dalam amalgamator. Kedua faktor tersebut ditetapkan sebagai variabel independent, sedangkan tingkat perolehan logam emas dan kehilangan merkuri selama proses amalgamasi ditetapkan sebagai variabel dependent. Hasil percobaan mengindikasikan bahwa faktor perlakuan amalgamasi sehubungan dengan waktu memasukkan merkuri ke dalam amalgamator cara tidak langsung lebih dominan berpengaruh dibandingkan faktor kadar umpan proses. Dengan cara tersebut, baik untuk bijih emas berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi memberikan pola kecenderungan meningkatkan perolehan logam emas dan pola kecenderungan menekan tingkat kehilangan merkuri. Proses amalgamasi dengan cara tidak langsung lebih baik dibandingkan dengan cara langsung, dan mampu meningkatkan perolehan logam emas hingga 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri hingga 3,933 %. Hasil percobaan amalgamasi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perencanaan percobaan amalgamasi maupun penerapannya dalam industri pertambangan emas.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            POTENSI DAN KARAKTERISTIK BATUAN SUMBER HIDROKARBON DARI CONTO PERMUKAAN DI DAERAH KARAWANG, JAWA BARAT 
                        
                        Praptisih Praptisih; 
Kamtono Kamtono; 
Prahara Iqbal                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 2 (2013) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1186.768 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.74                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Penelitian batuan sumber hidrokarbon yang dilakukan di daerah Karawang bertujuan untuk memperoleh data permukaan endapan klastik berbutir halus serta karakteristik litofasies yang diduga sebagai batuan induk hidrokarbon. Metode yang dipakai adalah penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan meliputi pengamatan stratigrafi detil dan pengambilan conto batuan. Analisa laboratorium terdiri dari analisa kandungan TOC dan pirolisis Rock Eval. Hasil analisa TOC terhadap 17 conto batulempung yang diambil dari Formasi Jatiluhur menunjukkan nilai berkisar antara sebesar 0,53-2,02%. Tmax delapan  conto sebesar 422o-432oC menunjukkan tingkat kematangan thermal yang belum matang. Delapan conto lainnya masuk dalam kategori matang dengan nilai Tmax sebesar 436o-462oC, sedang satu conto dengan nilai Tmax 467oC menunjukkan kategori pasca matang. Nilai HI berkisar antara 33-143 mg HC/TOC, dan termasuk dalam Fasies D, CD dan C. Berdasarkan nilai tersebut, batuan sumber di daerah penelitian dapat menghasilkan gas dengan kuantitas kecil. Potensi hidrokarbon di daerah penelitian menunjukkan kategori kekayaan material organik rendah hingga menengah, dengan kerogen yang termasuk type II dan III. Kualitas batuan sumber berdasarkan nilai HI termasuk dalam kategori gas prone.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            LIQUEFACTION POTENTIAL AT PADANG CITY: A COMPARISON OF PREDICTED AND OBSERVED LIQUEFACTIONS DURING THE 2009 PADANG EARTHQUAKE 
                        
                        Adrin Tohari; 
Khori Sugianti; 
Eko Soebowo                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (3315.65 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.42                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRACT The September 30, 2009 Padang earthquake has resulted in damages to infrastructures and buildings and a death toll of 383 in Padang City. Numerous liquefaction and ground deformations caused by the earthquake were particularly evidence in the areas few kilometers from the coast. The paper presents results of the previous field geotechnical investigations of liquefaction potential and the recent liquefaction observations in Padang City. A microzonation map was created using the data from liquefaction potential analyses and liquefaction potential indexes. The predicted liquefaction susceptibility zones showed a good agreement with site observations. The assessment suggests that the liquefaction susceptibility decreases to the northeast away from the coastal line.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Kontribusi Sumber Aliran pada Pembentukan Air Limpasan dari Lelehan dan Hujan Salju di Cekungan Hulu Kawakami, Jepang Tengah 
                        
                        Kasdi Subagyono                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 1 (2013) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1015.545 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.65                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAK Penetapan sumber air yang berkontribusi dalam proses air larian sangat penting untuk mengkarakterisasi proses hidrologi di daerah beriklim sedang. Penelitian dilakukan terhadap pelelehan salju tanggal 28 Maret 2001 dan hujan pada salju tanggal 29 Maret 2001 di Kebun Penelitian Kawakami, Provinsi Nagano, Jepang bagian Tengah. Pengukuran parameter hidrometrik dan hidrokimia serta Analisis Percampuran Sumber Air (EMMA) menggunakan Ca2+ dan SO42-dilaksanakan untuk menentukan sifat dinamis dari jalur aliran air dan untuk menganalisis sumber air yang berkontribusi terhadap proses larian. Tiga sumber air yang meliputi air bumi dangkal di zona Riparian, air tanah di zona pelerengan, dan air bumi dalam di zona Riparian teridentifikasi sebagai sumber air utama dalam menentukan proses larian di DAS hulu berhutan wilayah Kawakami, masing-masing 55%, 23% dan 22% serta 73%, 12%, dan 15%. Analisis hidrometrik menunjukkan bahwa air larian bawah permukaan selama kejadian pelelehan salju dan hujan pada salju didominasi oleh aliran air bawah permukaan khususnya pada zona Riparian. Hal ini merupakan alasan mengapa air bumi dangkal di zona Riparian memiliki kontribusi terbesar pada kejadian larian. Puncak larian pada 28 Maret 2001 diidentifikasi saat pelelehan salju terjadi pada pukul 14.00 yang berkorelasi dengan suhu tertinggi. Sementara itu puncak larian pada kejadian hujan pada salju terjadi pukul 16.00 dimana jumlah hujan merupakan faktor penentu kejadian larian tersebut.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            IN SITU MEASUREMENT OF THE SOIL MOISTURE CONTENT PROFILE AT A DECOMPOSED GRANITE CUT-SLOPE 
                        
                        Adrin Tohari; 
Makoto Nishigaki                        
                         JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 1 (2010) 
                        
                        Publisher : Indonesian Institute of Sciences 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (2669.277 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.33                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRACT Two selected sites at a decomposed granite cut-slope were instrumented with a rain gauge and a series of ThetaProbes installed at depths up to 90 cm from the slope surface. The objective of this study was to evaluate the significance of antecedent soil moisture conditions in controlling the hydrologic responses of the soils at each site. The antecedent moisture content of the soil in Site #1, in general, increases with depth. The response of the soil to saturation process is more or less confined to the shallow depth. On the other hand, the measurement data of the soil in Site #2 showed that the near surface soil exhibits higher antecedent moisture condition than the deeper soil. The ingress of the wetting front could reach more than 90 cm depth during long period of rainfall. Thus, these results suggest that the hydrological response of the soils is spatially variable and is influenced by the antecedent soil moisture conditions within the soil profile. The presence of soil layers, the distribution of macro cracks within the soil profile, and additional lateral source of moisture may also have significant influences on soil response to saturation process.