cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
VARIATIONS OF PORE-WATER PRESSURE RESPONSES IN A VOLCANIC SOIL SLOPE TO RAINFALL INFILTRATION Adrin Tohari
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 2 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1334.168 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.73

Abstract

ABSTRACT A field monitoring of hydrological response and slope movement in an active landslide area, comprising of volcanic soil, was conducted to have a better understanding of the mechanism of landslide reactivation during a rainfall period. Monitoring instruments consisted of jet-fill tensiometers, inclinometers, open stand-pipe piezometers, and a tipping-bucket rain-gauge. The records of pore-water pressure show that the hydrological responses exhibited some spatial variability, and were mainly influenced by antecedent soil moisture conditions and rainfall patterns. The ingress of wetting front was confined up to the depths of 3 m, and a transient positive pore pressure could develop at a depth of 1 m during a heavy rainfall. More sustained increase in pore-water pressure could develop at deeper soil. Meanwhile, the piezometer records show that the response of groundwater table occur more significantly in the middle and lower portions of the slope, associated with the subsurface topographical features. The analysis of antecedent moisture conditions based on the pore-water pressure measurement data indicates that simplified model of slope hydrology cannot fully explain the spatial and temporal development of the pore-water pressures observed in the soil slope
TRANSPORT AND TRANSFORMATION OF CHEMICAL COMPONENTS IN THE GROUNDWATER FLOW SYSTEM OF JAKARTA METROPOLITAN AREA Mitsuyo Saito; Shin-ichi Onodera; Yu Umezawa; Takahiro Hosono; Yuta Shimizu; Robert M. Delinom; Rachmat Fajar Lubis; Makoto Taniguchi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.004 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.41

Abstract

ABSTRACT The aim of this study is to examine the transport and transformation of chemical components within the groundwater flow in Jakarta area, and to evaluate the effects of accelerated urbanization on it. The collected data showed that the current hydraulic potential in the Jakarta metropolitan area is below sea level because of prior excess abstraction of groundwater. The distribution of Cl- and Mn2- concentration in groundwater suggests that the decline in hydraulic potential has caused the intrusion of seawater to shallow groundwater and the movement of shallow groundwater into deep groundwater. It implies an accumulation of contaminants in deep aquifers. On the other hands, the presentation of NO3--N in groundwater is suggested to be attenuated by the processes of denitrification and dilution in the coastal area.
SUMBERDAYA AIR BAGI PEMENUHAN MASYARAKAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA JAWA BARAT Priyo Hartanto
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 2 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1244.507 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.64

Abstract

ABSTRAK Keterdapatan sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tasikmalaya perlu diketahui dengan pasti sehingga informasi tersebut dapat menunjang pembangunan wilayah ini. Untuk mengetahui keterdapatan sumberdaya air, penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data kondisi geologi, daerah aliran sungai (DAS), iklim dan kebutuhan air. Untuk mengetahui kebutuhan air, dilakukan pendekatan data kependudukan. Bulan kering berlangsung pada bulan Agustus dan bulan basah antara bulan September sampai Juli. Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 92-320 mm, dengan curah hujan tahunan 2532 mm. Evapotranspirasi bulanan berkisar antara 96-116 mm, sedangkan jumlah setahun 1307 mm. Cadangan air yang ada di Kabupaten Tasikmalaya berkisar antara 23 mm sampai 207 mm, dengan luas wilayah 2680,5 km2, sehingga cadangan air bulanan berkisar antara 1.306.515 m3 hingga 11.758.655 m3. Kebutuhan air untuk domestik adalah 222.150 m3/hari. Kelebihan air 169.805 m3/hr dapat digunakan untuk pertanian sekitar 117.920 Ha atau sekitar 393.067 Ha lahan palawija.
MINERALISASI POLIMETALIK DI DAERAH KEDUNG GROMBYANG, PACITAN, JAWA TIMUR: DALAM PERBANDINGAN DENGAN CEBAKAN EMAS GUNUNG PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT Iwan Setiawan; Sudarsono Sudarsono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 1 (2010)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1573.404 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.32

Abstract

ABSTRAK Wilayah Kedung Grombyang yang terletak di Jalur Pegunungan Selatan Jawa menunjukkan indikasi keterdapatan endapan logam polimetalik. Berdasarkan pencitraan relief shaded gravity, menunjukkan daerah ini terletak pada  kelurusan Yogya-Bayat-Pacitan yang membentuk garis melengkung berarah barat-tenggara. Keterdapatan batuan-batuan magmatik dan kelurusan sesar, dapat dijadikan sebagai asumsi awal untuk melokalisasi daerah yang berpotensi cebakan mineral. Eksplorasi cebakan mineral masih terus dilakukan di Pegunungan Selatan oleh perusahaan multinasional dan perusahaan pertambangan lokal, namun sampai sejauh ini belum  ada daerah yang teridentifikasi memiliki cebakan yang besar seperti Gunung Pongkor. Sedikitnya pengendapan emas di Kedung Grombyang daripada di Gunung Pongkor dikarenakan oleh perbedaan magma asal, yang dicerminkan oleh perbedaan variasi mineralogi batuan volkanik di kedua wilayah dan karakter fluida hidrotermal. Di samping batuan andesitik, di Kedung Grombyang juga terdapat batuan basaltik dan dasitik. Sedangkan strukturnya relatif sama, karena kedua wilayah dipengaruhi oleh zona sesar utama yang mengontrol keterdapatan cebakan mineralisasi di Pulau Jawa. Batuan terubah filik dan propilitik yang dicirikan oleh pembentukan muskovit merupakan fenomena umum di wilayah Kedung Grombyang, sementara itu tidak dijumpai di Gunung Pongkor. Fenomena ini selaras dengan data pengukuran mikrotermometri dimana Kedung Grombyang dipengaruhi oleh lingkungan dengan suhu pembentukkan urat yang lebih tinggi daripada Gunung Pongkor. Pengayaan supergen yang intensif di wilayah Gunung Pongkor memiliki korelasi yang baik dengan mineralisasi emas yang kaya. Kasus ini tidak terjadi di wilayah Kedung Grombyang. Tulisan ini akan mendiskusikan karakter alterasi dan mineralisasi polimetalik di wilayah Kedung Grombyang dengan endapan emas Gunung, dalam hubungannya dengan mineralisasi di Pegunungan Selatan Jawa, khususnya di segmen timur, berdasarkan metode petrografi, mineragrafi dan inklusi fluida.
GRAVITY MODELING OF HARUMAN FAULT AT THE EAST BOUNDARY OF BANDUNG BASIN Lina Handayani; Dadan D. Wardhana; Yayat Sudrajat
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1333.05 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.55

Abstract

ABSTRACT Bandung area, as one of most populated area in Indonesia and one region with a high risk of earthquake hazard, needs a comprehensive mitigation work. To locate active faults is one of the most important things in preliminary survey for earthquake hazard mitigation effort. Accordingly, two transect lines of gravity measurement were completed across a suspected active fault, Haruman Fault, at the east of Bandung Basin region. The subsurface modeling has presented a general idea of geological subsurface structure of this transects area and indicates the possible existences of faults at the east boundary of Bandung-Garut Basin.
PORE SIZE DISTRIBUTION AND FLOW CHARACTERISTICS IN A FORESTED HEADWATER CATCHMENT Kasdi Subagyono; Tadashi Tanaka
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.677 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.23

Abstract

ABSTRACT It is obvious in recent publications that pores and pores size distribution play an important role in flow generation, yet the study of dynamic behavior of the effects of pores and pores size distribution on flow characteristics is somewhat rare. As micro pores, mezzo pores and macro pores are various in the soil, the distribution as well as characteristics of those pores are the major factor of flow characteristics in the soils. Pores size distribution was determined considering the volumetric water content at each matric head defined from soil water characteristics curves. Mathematically, pores size distribution is calculated using formula of r = 0.15/h, where r is radius of the pore and h is matric head. The flux of water was determined by installing tensiometer and piezometer in a transect across the hillslope and riparian zone.  The results showed that the different of those between hillslope and riparian provides insight that the effects of pores and pores size distribution varies with hydrological zone.  In riparian zone, flows are highly affected by micropores (R2 = 0.49), mezopores (R2 = 0.26) and total porosity (R2 = 0.28), while in hillslope side only micropore is dominant. The relationship between pores size distribution and water flow suggested that in hillslope side the flow was dominated by slow flow as micro pores has affected, while in riparian zone the rapid flow was more obvious as mezopores and total porosity have affected.
Perkembangan Tektonik Daerah Busur Muka Selat Sunda dan Hubungannya dengan Zona Sesar Sumatera Lina Handayani; Hery Harjono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 2 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.091 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.14

Abstract

The subduction of the Indian-Australian Plate beneath the Eurasian Plate is oblique (~45o) along Sumatra. A major zone of dextral strike slip displacement along Sumatra Island, called the Sumatra Fault, partially accommodates the oblique convergence off Sumatra. On the contrary, the subduction is normal along Java; therefore, no major fault zone can be found along the Java Island. The transition zone of the Sunda Strait fore arc, which is located between Java and Sumatra fore arc, is subject to northwest-southeast extension related to the motion of the Sumatra Fault and north-south compression because of subduction. Geophysical studies show that continuous extension dominated the Sunda Strait fore arc region. The results are interpreted as showing ongoing separation of the Sunda Strait fore arc region as the Sumatra fore arc plate has moved northwest, bounded by the Sumatra Fault. Therefore, the Sumatra Fault can also be interpreted to extend across the fore arc to the trench in the form of several graben systems. Key words: Sunda Strait, Sumatra Fault Zone, fore arc tectonic
PERBANDINGAN EFISIENSI KOAGULAN POLY ALUMUNIUM CHLORIDE (PAC) DAN ALUMUNIM SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR GAMBUT DARI KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Ignasius D.A. Sutapa
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 1 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.807 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.78

Abstract

Abstrak Air gambut memiliki potensi untuk diolah sebagai air baku karena ketersediaannya yang cukup banyak, terutama di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah.  Masalah utama dalam mengolah air gambut berhubungan dengan karakteristik spesifik yang dimilikinya yakni kualitas dari air gambut tersebut belum memenuhi standar kualitas air untuk konsumsi. Salah satu proses pengolahan air gambut yakni koagulasi yang membutuhkan koagulan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efektifitas penggunaan poly alumunium chloride (PAC) dan alumunium sulfat dalam penurunan tingkat kekeruhan air gambut sehingga diperoleh dosis optimumnya. Metode yang digunakan dalam proses koagulasi menggunakan jar test dengan kecepatan pengadukan 100 RPM selama 2 menit untuk homogenisasi larutan dan pengadukan lambat selama 10 menit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dosis optimum dari kedua koagulan tersebut sebesar 160 mg/l. Nilai efisiensi tertinggi terlihat pada koagulan aluminium sulfat dengan presentase 96,17%, sedangkan PAC senilai 95%. Jika diukur dari segi ekonomis koagulan aluminium memiliki nilai lebih ekonomis yakni sebesar Rp 640/hari untuk 1 m3 atau Rp 19200/bulan untuk 30 m3 volume air gambut, sedangkan PAC Rp 1600/hari untuk 1 m3 atau Rp 48000/bulan untuk 30 m3 volume air gambut. Oleh karenanya dalam proses koagulasi air gambut asal Kalimantan Tengah ini direkomendasikan menggunakan koagulan aluminium sulfat.
SUBMARINE GROUNDWATER DISCHARGE (SGD) IN INDONESIA Rachmat Fajar Lubis; Hendra Bakti; Ade Suriadarma
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.46 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.46

Abstract

ABSTRAK Mengikuti kontrol gayaMengikuti kontrol gaya gravitasi, airtanah akan mengalir menuju titik terendah dan pada beberapa lokasi akan mengalami kontak dengan air laut pada akhir sistem luaran aliran. Pada penelitian terdahulu, bentuk kontak ini telah seringkali dibahas berdasarkan hukum Ghyben-Herzberg. Mengikuti hukum fisika, airtanah dapat keluar di tepi pantai, lepas pantai atau didasar laut. Keluaran inilah yang secara terminologi dapat disebut sebagai keluaran airtanah di lepas pantai (SGD). Dari analisis keluaran airtanah di lepas pantai ini, terlihat bahwa keluaran ini memiliki beberapa bentuk seperti rembesan dekat pantai, rembesan aliran airtanah dan mataair lepas pantai. Keluaran inipun merupakan jalur penghubung yang penting antara interaksi airtanah dan air laut. Pemahaman keluaran airtanah di lepas pantai ini akan sangat membantu untuk permasalahan potensi pencemaran pantai, sumber nutrisi untuk wilayah lepas pantai dan alternatif kebutuhan akan air bersih. Makalah ini membahas tentang bukti ilmiah keberadaan keluaran airtanah di lepas pantai Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keluaran airtanah dilepas pantai tersebar di berbagai wilayah pesisir Indonesia. Penilaian karakteristik dan besarannya di masing-masing lokasi memerlukan berbagai teknik yang berbeda tergantung pada kondisi geologi dan hidrogeologi keluaran tersebut. Pengamatan secara detail telah dilakukan di 6 lokasi, dimana penelitian ini adalah pertama kalinya dilakukan di Indonesia.
Implikasi Penambangan Batugamping Terhadap Kondisi Hidrologi di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Achmad Subardja Djakamihardja; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1563.14 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.69

Abstract

Abstrak  Masalah utama yang timbul akibat kegiatan penambangan batugamping di Citeureup adalah hilangnya vegetasi dan tanah penutup serta terjadinya perubahan morfologi dan  topografi, yang diikuti dengan perubahan karakteristik tanah maupun batuan. Terpotongnya bukit akibat penambangan telah menyisakan batugamping yang relatif masif dan minimal rekahan, sehingga menghambat aliran air ke dalam tanah, yang berlanjut terhadap perubahan sistem hidrologi. Kondisi tanah pada sebagian lahan revegetasi pascatambang di penambangan Citeureup ditandai dengan kecilnya kemampuan resapan air. Terjadinya pemadatan dalam penimbunan tanah pucuk pada reklamasi lahan pascatambang dan tertutupnya rekahan (porositas sekunder) batugamping pada lantai tambang menyebabkan terhambatnya laju infiltrasi. Untuk memperbaiki kondisi hidrologi pascatambang, diperlukan upaya mempertahankan porositas sekunder pada lantai tambang dengan membuat rekahan buatan (artificial crack), menghindari pemadatan pada penimbunan kembali tanah pucuk (back filling), serta revegetasi tanaman dengan perakaran yang mampu memecah batugamping. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan infiltrasi pada tanah timbun, mempercepat kembali proses pelarutan, ditambah pelebaran rekahan oleh akar tanaman, sehingga akan memperbesar porositas batugamping. Upaya ini diharapkan berdampak terhadap mening-katnya kapasitas simpan batugamping sebagai reservoir airtanah, seperti kondisi sebelum ditambang.

Page 6 of 24 | Total Record : 238