cover
Contact Name
Erwin Hikmatiar
Contact Email
jurnal.salam@uinjkt.ac.id
Phone
+6281282648901
Journal Mail Official
jurnal.salam@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Jl. Ir. H. Juanda No. 90 Ciputa Tangsel
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i
ISSN : 23561459     EISSN : 26549050     DOI : 10.15408
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i (ISSN 2356-1459) is a national journal published by the Faculty Sharia and Law Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, INDONESIA. The focus is to provide readers with a better understanding of Indonesia social and sharia culture and present developments through the publication of articles, research reports, and book reviews. SCOPE of SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i specializes in Indonesian social and sharia culture, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. SCOPE of SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i specializes in Indonesian social and sharia culture, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines.
Articles 770 Documents
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak Asasi Manusia Muhammad Fathinnuddin
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v3i3.7863

Abstract

Issu Hak Asasi Manusia (HAM) sudah menjadi agenda yang makinpenting, artinya belakangan ini, terutama setelah berakhirrnya perang dinginnegara-negara Barat semakin bersemangat meng-advokasikan HAM keseluruh dunia, bahkan menjadikannya sebagai indikator dan faktor penentudalam menentukan kebijakan dan hubungan luar negeri mereka yangsampai sekarang masih menjadi ketegangan (curcials) adalah dalammemahami dan mengimplementasikan HAM itu antara negara-negara Baratdan negara sedang berkembang, khususnya negara Islam1. Hak AsasiManusia, sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki dan harus dijunjungtinggi oleh setiap individu dan kelompok manusia, terdapat kesulitan untukmelacak sejak kapan dan dimana dilahirkannya. Namun, sebagai suatusistem yang mengikat secara normatif dan formal, banyak yang menyatakanbahwa kelahiran HAM dimulai Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689),The American Declaration (1776), The French Declaration (1789), kemudianThe Four Freedoms (1941), dan barulah Universal Declaration of HumanRights (1948). DOI: 10.15408/sjsbs.v3i3.7863
Identitas ‘Kota Santri’ Kabupaten Gresik melalui Tari Si’ar Wiwik Istiwianah; Haris Suprapto; Anik Juwariyah
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i2.14866

Abstract

AbstractThis study aims to determine the aesthetic form of the Si'ar Dance movement which is a representation of Gresik Regency as ‘Kota Santri’. Furthermore, this study tries to embody the form of dance movements that symbolize the religious movement, especially the obligation to carry out Islamic prayer. This study uses a qualitative approach that combines textual and contextual approaches. The textuality of the Si'ar Dance is examined concerning the form of motion, structure, and style of the dance, while the contextuality of the Si'ar Dance is studied as a form of religious art identity from the Gesik Regency. The research data is presented descriptively about the identity that exists in the Si'ar Dance through clothes, movements, and historicity of the City of Santri. The results of the study show that the Si'ar Dance in its observations involves elements in the underlying explanation of the concept of the Si'ar Dance between others are ‘wiraga’, ‘wirama’, ‘wirasa’. The explanation of the practice of ‘wiraga’, ‘wirama’, ‘wirasa’ dancing is understood by the imitative movement of the prayer movement. The form and structure of the Si'ar Dance refers to the dance structure in which the techniques and ways of moving in the body parts of the dancer become a form of the dance manifestation as a whole in the regional identity of the Gresik Regency as the City of Santri as evidenced by the opinion of the Si'ar Dance audience.Keyword: Cultural Identity, Kota Santri, Gresik Regency, Si’ar Dance AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk estetis gerak tari Si’ar yang merupakan representasi Kabupaten Gresik sebagai Kota Santri. Lebih lanjut, penelitian ini mencoba mengejawantahkan bentuk gerakan tarian yang melambangkan gerakan religius terutama kewajiban menjalankan rukun Islam yang kedua yaitu salat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggabungkan antara pendekatan tekstual dan kontekstual. Tekstualitas tentang Tari Si’ar dikaji berkaitan dengan bentuk gerak, struktur dan gaya tariannya, sedangkan kontekstualitas Tari Si’ar dikaji sebagai bentuk identitas kesenian religi dari Kabupaten Gesik. Data penelitian disajikan secara deskriptif tentang identitas yang ada dalam Tari Si’ar melalui pakaian, gerakan, dan historisitas dari Kota Santri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Si’ar pada pencermatannya melibatkan unsur-unsur  pada penjelasan yang mendasari tentang konsep Tari Si’ar antara lain wiraga, wirama, wirasa. Penjelasan  tentang  pelakasanaan dalam menari wiraga, wirama, wirasa, dipahamkan dengan gerakan imitatif dari gerakan orang salat. Bentuk dan struktur Tari Si’ar mengacu pada struktur tari di mana teknik dan cara bergerak dalam bagian tubuh penari menjadi bentuk perujudan tarian secara utuh dalam identitas daerah Kabupaten Gresik sebagai Kota Santri yang dibuktikan dengan pendapat masyarakat penikmat Tari Si’ar.Kata Kunci: Identitas Budaya, Kota Santri, Kabupaten Gresik, Tari Si’ar
SIKAP POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUAN DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA PADA PEMILU 2014 Ade Hikmatul Fauziah
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v2i1.2249

Abstract

 Abstract: Unity Development Party in Succession of National Leadership in 2014’s Election. Unity Development Party has a strategic role in canalizing the inspiration and the interest of Muslim people and nation as a whole, especially in ensuring that the Act promulgated will not against Islamic values. To win the 2014’s election, the Party has launched the strategic champagne “go back to its khittah”, and also to struggle to realize the democratic nation. In Addition, the Unity Development Party also highlighted the importance to adhere Islamic values in national level embodied in Five Principle of the State (Pancasila)Key Words: 2014’s Election, Unity Development Party, Succession of National leadership Abstrak: Partai Persatuan Pembangunan Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014. Partai Persatuan Pembangunan memiliki peran membawa aspirasi dan kepentingan umat dan bangsa, terutama dalam menjaga agar produk-produk peraturan perundang-undangan tetap berada dalam nafas dan tidak bertentangan dengan asas Islam. Untuk memenangkan pemilu 2014, PPP memiliki strategi mengedepankan isu bahwa PPP telah kembali ke fitrah dan berjuang untuk mengisi kehidupan bangsa dengan nilai-nilai akhlakul karimah, serta memperjuangkan kehidupan bangsa yang demokratis. Bagi PPP pemilu 2014 memiliki makna yang lebih strategis, tidak hanya sekedar memenuhi persyaratan demokrasi yang telah menjadi pilihan pemerintahan yang ditegakkan, tetapi mengandung nilai perspektif bagi peran PPP guna menegakkan kepemimpinan bangsa, menuju terwujudnya nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.Kata Kunci: Pemilu 2014, PPP, Suksesi Kepemimpinan NegaraDOI: 10.15408/sjsbs.v2i1.2249
Budaya Populer dan Estetika Baru melalui Pesona Make Up dan Kostum dalam Film Asterix at the Olympic Games Sandi Tramiaji Junior; Autar Abdillah; Trisakti Trisakti
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 4 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i9.15640

Abstract

AbstractThis study wants to discuss the new aesthetic or queer aesthetic in the charm of makeup and costumes used in the film Asterix At The Olympic Games by director Frederick Forestier produced in 2008. The perspective taken in this study is charm through makeup and costumes, and its relevance to popular culture and people's interest in fantasy films. This study uses a qualitative method, with film studies as an approach in the analysis of cinematographic studies. Film studies in this study focus on social practice performances about the body, identity, representation, and elements contained in the charm of makeup and costumes in the film Asterix At The Olympic Games. The results showed that Asterix at The Olympic Games became a fantasy film genre that gave the complexity of the show as entertainment. In Asterix at The Olympic Games, there is a parody with an imitation of the situation and culture of Greece, which is conveyed through makeup, costumes, and performances. Alfred Gell, in his study of technology of enchantment, concerned the 'technical complexity' aspects of a work to attract the attention of the audience through the management of makeup and costumes. Furthermore, the concept of theatrical mimicry and parody as a 'technical complexity' is shown as a display of aesthetic queer for the sake of performance that can attract attention because of its shape as a popular culture product that is different for the audience.Keywords: new aesthetics; the enchantment of makeup and costumes; Asterix at the Olympic Games AbstrakPenelitian ini ingin membahas tentang estetika baru atau queer aesthetic dalam pesona make up dan kostum yang digunakan dalam film Asterix At The Olympic Games karya sutradara Frederick Forestier yang diproduksi tahun 2008. Sudut pandang yang diambil dalam penelitian ini adalah pesona melalui make up dan kostum, dan relevansinya terhadap budaya populer dan minat masyarakat terhadap film fantasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan film studies sebagai pendekatan dalam analisis kajian sinematografinya. Film studies dalam penelitian ini berfokus pada pertunjukan praktik sosial mengenai ketubuhan, identitas, representasi, dan unsur-unsur yang terkandung dalam pesona make up dan kostum dalam film Asterix At The Olympic Games. Hasil penelitian menunjukkan Asterix at The Olympic Games menjadi genre film fantasi yang memberikan kompleksitas pertunjukan sebagai hiburan. Di dalam Asterix at The Olympic Games terdapat parodi dengan imitasi terhadap situasi dan budaya Yunani yang disampaikan melalui make up, kostum, dan pertunjukannya. Alfred Gell dalam telaahnya mengenai technology of enchantment mementingkan aspek ‘kerumitan teknik’ dalam suatu karya untuk menarik perhatian penonton melalui pengelolaan make up dan kostum. Lebih lanjut, konsep theatrical mimicry dan parodi sebagai suatu ‘kerumitan teknik’ ditunjukkan sebagai suatu display atas queer aesthetic untuk kepentingan pertunjukan yang mampu menarik perhatian karena bentuknya sebagai produk budaya populer yang berbeda bagi penonton.Kata kunci: estetika baru; pesona make up dan kostum; Asterix At The Olympic Games
Full Journal Vol. 6 No. 1 (2019) Full Journal
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v6i1.10566

Abstract

MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBUKAAN RAHASIA BANK Bambang Catur SP
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v1i1.1525

Abstract

Abstract: Mechanisms and procedures at the Opening of Bank Secrecy. The bank secrecy is the right of customer, which must be maintained by the bank. Bank Secrecy is all things related to the storage of information about customers and their savings. However, there are some provisions that allow for the bank to open a secret bank customers, with the for the benefit of the State and society, the purpose of taxation, national trade interests, the interests of the criminal and civil justice, the importance of banking activities, and all set in legislation. Keywords: Bank, Bank Secrecy, Opening Procedures Abstrak: Mekanisme dan Prosedur Pembukaan Rahasia Bank. Pada dasarnya rahasia bank merupakan hak nasabah yang harus dijaga oleh pihak bank. Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Akan tetapi ada beberapa ketentuan yang membolehkan bagi pihak bank untuk membuka rahasia bank nasabahnya, dengan ketentuan untuk kepentingan Negara dan masyarakat luas, untuk kepentingan perpajakan, untuk kepentingan piutang negara, untuk kepentingan peradilan pidana dan perdata, untuk kepentingan kegiatan perbankan, dan semuanya diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kata Kunci: Bank, Rahasia Bank, Prosedur PembukaanDOI:10.15408/sjsbs.v1i1.1525
Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Mitigasi Pandemi Covid-19 (Tinjauan Tindakan Sosial dan Dominasi Kekuasaan Max Weber) Muhamad Agus Mushodiq; Ali Imron
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i5.15315

Abstract

AbstractThis paper aims to uncover the motives of the Indonesian Ulema Council (MUI) in issuing Muslim community religious edicts during the COVID-19 Pandemic. In exploring this motive, the writer uses the theory of social action and power domination initiated by Max Weber. This type of research is qualitative research, researchers do the description and interpretation of data from primary sources taken from the official MUI website and other data that supports the results of the study. The results of this paper are: First, MUI is an actor of social religious action. Second, the motives for MUI socio-religious actions through fatwas issued contain three dominant motives. Third, the instrumentally rational motives in the fatwa refer to various models of worship. Fourth, MUI uses the values of the Islamic Religion which originate from the Qur'an, Hadith, and Jurisprudence. Fifth, MUI seeks to continue the traditions of the Prophets and Friends. Sixth, the MUI's Domination of Power determines the mandatory and unlawful matters in worship. Seventh, the MUI has a very important role in the mitigation effort of the COVID-19 Pandemic.Keywords: Social Actions; Power Domination; COVID-19; Mitigation, MUI Fatwa. AbstrakTulisan ini bertujuan untuk mengungkap motif-motif Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menerbitkan fatwa peribadatan masyarakat muslim saat Pandemi COVID-19. Dalam mengeksplorasi motif tersebut, penulis menggunakan teori tindakan sosial dan dominasi kekuasaan yang digagas oleh Max Weber. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, peneliti melakukan deskripsi dan interpretasi data dari sumber primer yang diambil dari situs resmi MUI dan data lain yang mendukung hasil penelitian. Adapun hasil dari tulisan ini adalah: Pertama, MUI merupakan aktor dari tindakan sosial keagamaan. Kedua, motif tindakan sosial keagamaan MUI melalui fatwa yang diterbitkan mengandung tiga motif dominan. Ketiga, motif instrumentally rational dalam fatwa mengacu pada berbagai macam model peribadatan. Keempat, MUI menggunakan nilai-nilai dari Agama Islam yang bersumber dari Alquran, Hadis, dan Kaidah Fikih. Kelima, MUI berupaya untuk meneruskan tradisi para Nabi dan Sahabat. Keenam, Dominasi Kekuasaan MUI penentu hal wajib dan haram dalam peribadatan. Ketujuh, MUI sangat penting perannya dalam upaya mitigasi Pandemi COVID-19.Kata Kunci: Tindakan Sosial; Dominasi Kekuasaan; COVID-19; Mitigasi, Fatwa MUI.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Bagi Perguruan Tinggi Ria Safitri
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v5i3.10279

Abstract

Abstract.Globalization of information has placed Indonesia as part of the world information society, thus requiring the establishment of regulations on information and electronic transactions at the national level as answers to developments that occur, both at regional and international levels.Based on these conditions, the Government of the Republic of Indonesia has enacted the Law of the Republic of Indonesia Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions (hereinafter abbreviated as ITE Law) in the State Gazette of the Republic of Indonesia of 2008 Number 58.Information technology is very useful for university development strategies. Some forms of university development strategies that can utilize information technology and electronic transactions, namely the fields of education, research and development of science, development of the field of community service, development of human resources, development of fields of cooperation, development of university management, development of facilities and infrastructure and development source of funds.The provisions in the ITE Law (including the threat of sanctions) certainly constitute one side of normative efforts to protect the development of higher education institutions that have used information technology. In addition to the provisions of the prohibitions in the ITE Law, it also regulates matters that are prohibited but are considered not criminal acts, because one's actions are intended to conduct research activities, test Electronic Systems, to protect the Electronic System itself legally and not fight law. This provision encourages and protects lecturers / researchers from universities or research institutes of universities to conduct research for research institutions. Keywords: ITE Law, Electronic Transactions, Information Technology. Abstrak.Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan tentang informasi dan transaksi elektronik di tingkat nasional sebagai jawaban perkembangan yang terjadi baik di tingkat regional maupun internasional.  Berdasarkan kondisi tersebut maka Pemerintah Negara Republik  Indonesia telah  mengundangkan  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaski Elektronik  (selanjutnya disingkat UU ITE) dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58. Teknologi informasi sangat bermanfaat untuk strategi pengembangan perguruan tinggi.  Beberapa wujud strategi pengembangan  perguruan tinggi yang dapat  memanfaatkan teknologi informasi dan transaksi elektronik yaitu bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu, pengembangan bidang pengabdian kepada masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan bidang kerjasama, pengembangan manajemen perguruan tinggi, pengembangan bidang sarana dan prasarana dan pengembangan sumber dana. Ketentuan dalam UU ITE (termasuk ancaman sanksinya) tentu merupakan satu sisi upaya normatif  untuk melindungi pengembangan perguruan tinggi  yang telah memanfaatkan  teknologi informasi. Di samping adanya ketentuan larangan-larangan tersebut dalam UU ITE juga mengatur  hal-hal yang merupakan larangan tetapi dianggap bukan tindak pidana, karena perbuatan seseorang itu ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.  Ketentuan ini  mendorong dan melindungi  para dosen/peneliti perguruan tinggi atau lembaga penelitian perguruan tinggi  melakukan penelitian-penelitianbagi  lembaga penelitian. Kata Kunci: Undang-Undang ITE, Transaksi Elektronik, Teknologi Informasi.
PERKAWINAN TUNGKU CU (CROSS-COUSIN MARRIAGE) DI MANGGARAI: ANTARA ADAT DAN AGAMA Yohanes S Lon
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i1.14237

Abstract

Abstract:The Manggarai people in Flores have various types of marriage. One of them is “tungku cu” (cross-cousin) marriage. In this model of marriage, a daughter of a brother can marry a son of the sister. So the couple is the two biological cousins. This local tradition considered this marriage as an ideal type. It is believed to strengthen the kinship and to keep the family inheritance, properties and assets from transferring to other clans. But by the coming of religions to this region, especially Catholicism that has become the major religion entire the area, this marriage is called into question. The Catholic Church law strictly forbids this marriage for health reason and for its closeness on the social relations. The Catholic Church will not legalize such kind of marriage. The couples have to ask for dispensation to get the legality of marriage. The process may long and difficult to get the dispensation. This is a controversy. This article aims to explore the tungku cu (cross cousin) marriage in Manggarai. Using a field and literature approach, this study found that despite the controversy, many families still support the model of marriage. This lead them to difficulties in having legal rights of marriage both according to the Church and the state. However, after years, the Church will offer them dispensation by which the couple could have legal status of their marriage. Dispensation has functioned as a negortiation between local culture and religion.Keywords: Cross-cousin, Local Tradition, Marriage, Dispensation, Catholic Church, Manggarai Abstrak:Orang Manggarai mengenai aneka jenis perkawinan. Salah satunya adalah perkawinan tungku cu atau cross-cousin marriage. Dalam model perkawinan ini, anak perempuan dari saudara laki-laki dapat menikah dengan anak laki-laki dari saudari. Jadi yang menikah adalah dua sepupu kandung. Perkawinan ini dalam tradisi lokal dianggap ideal. Perkawinan ini memperkuat hubungan kekerabatan serta dipercaya dapat menjaga supaya harta tidak berpindah ke clan lain. Namun dengan datangnya agama-agama di wilayah ini,, khususnya agama Katolik sebagai agama mayoritas, perkawinan ini dipertanyakan. Hukum Gereja dengan tegas melarang perkawinan ini dengan alasan biologis yaitu dapat membayakan kesehatan bagi keturunan yang dilahirkan dan mempersempit relasi sosial. Olehnya Gereja tidak memberikan legalitas bagi pasangan tungku cu, kecuali dengan sebuah dispensasi yang tidak mudah didapatkan. Hal ini menjadi kontroversi. Artikel ini bertujuan untuk mendalami perkawinan tungku cu pada masyarakat Manggarai ditinjau dari perspektif hukum perkawinan Gereja Katolik. Dengan menggunakan pendekatan kepustakaan dan studi lapangan. Studi ini menemukan bahwa kendatipun kontroversial, masih banyak keluarga masih mendukung perkawinan model ini. Maka dispensasi mau tidak mau menjadi negosiasi dan jalan keluar untuk menyatukan agama dan adat lokal.Kata Kunci: Cross-cousin, adat, perkawinan, dispensasi, hukum Gereja Katolik, Manggarai
Analisis Organization Citizenship Behaviour (OCB) Pada Kualitas Layanan Kendaraan VVIP; Studi Kasus Sumber Daya Manusia Di Sekretriat Wakil Presiden Robi Yunior Manuputty; Santosa Iman Mulyono; Alfatih S Manggabarani
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 8, No 1 (2021): Januari-Februari
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v8i1.18096

Abstract

Abstrak Reformasi birokrasi di Indonesia menuntut instansi pemerintah untuk senantiasa meningkatkan pelayanan (Kementerian Reformasi Birokrasi dan Pendayagunaan Aparatur Negara, 2018). Sikap pegawai (OCB) yang selaras dengan tujuan organisasinya, akan mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah guna memberikan pelayanan yang terbaik  (Wirawan, 2013).Dalam realitanya dijumpai kecenderungan bahwa perilaku pegawai (ASN) masih belum mencerminkan dukungan terhadap pencapaian tujuan instansinya. Sementara itu nampak peran kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap perilaku pegawai sehingga berpengaruh pada kualitas kinerja pelayanan yang diberikan (Asman Abnur, 2018; PERC, 2018). Sejauh mana pengaruh tersebut serta bagaimana upaya meningkatkan kinerja, sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Organization Citezenship Behaviour (OCB) terhadap Kualitas Layanan Kendaraan VVIP (Studi Sumber Daya Manusia di Sekretariat Wakil Presiden). Obyek penelitian adalah para staf yang mempunyai tugas memberikan layanan kendaraan VVIP di Sekretarait Wakil Presiden. Pengukuran sampel ditentukan sebanyak 99 responden melalui metode probality sampling yakni random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner. Alat analisis statistik yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap OCB, dengan nilai koefisien jalur sebesar 1.865 (<1.96). Budaya Organisasi berpengaruh terhadap OCB dengan nilai koefisisen jalur sebesar 5.747 (>1.96). OCB berpengaruh terhadap Kualitas Layanan Kendaraan VVIP dengan koefisien jalur sebesar 34.446 (>1.96). Kata kunci: Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Organizational Cityzenship                   Behavior, Service performance.  Abstract Indonesia's bureaucratic reform demands government agencies to continuously improve services (Ministry of bureaucracy Reformation and the utilization of state apparatus, 2018). Employee attitudes (OCB) that align with the purpose of the organization will support the achievement of government agency objectives in order to provide the best service (Wirawan, 2013). In reality, there is a tendency that the behavior of employees (ASN) still does not reflect support on achieving its objective. Meanwhile, it appears that the role of leadership and organizational culture on the behavior of officers so that it affects the quality of service performance provided (Asman Abnur, 2018; PERC, 2018). The extent of such influence as well as how the efforts to improve performance, is very interesting to be researched more deeply.This research is a quantitative study with the aim of knowing the influence of Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the quality of VVIP vehicle Service (human resources study in the Secretariat of the Vice President). The research object is the staff who have the task of delivering the VVIP vehicle service to the Secretary of the Vice president. The sample measurement is determined by 99 Respondents through the sampling probability method, which is random sampling. Data collection is done by spreading the questionnaire. The statistical analysis tool used is Partial Least Square (PLS). The results showed that leadership had no effect on OCB, with a line coefficient value of 1,865 (< 1.96). The working culture affects OCB with a line efficiency value of 5,747 (> 1.96). OCB affects the quality of the VVIP vehicle service with a line coefficient of 34,446 (> 1.96) Keywords: leadership, organizational culture, Organizational Citizenship.                    Behavior, Service performance.  

Page 6 of 77 | Total Record : 770


Filter by Year

2014 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 2 (2025): Summer Edition Vol 12, No 1 (2025): Spring Edition Vol 11, No 4 (2024): Winter Edition Vol 11, No 3 (2024): Autum Edition Vol 11, No 2 (2024): Summer Edition Vol 11, No 1 (2024): Spring Edition Vol 10, No 6 (2023) Vol 10, No 5 (2023) Vol 10, No 5 (2023): Article-in-Press Vol 10, No 4 (2023) Vol 10, No 3 (2023): Article-in-Press Vol 10, No 3 (2023) Vol 10, No 2 (2023) Vol 10, No 1 (2023) Vol 10, No 1 (2023): Article-in-Press Vol 9, No 6 (2022) Vol 9, No 5 (2022) Vol 9, No 4 (2022) Vol 9, No 3 (2022) Vol 9, No 3 (2022): Mei - Juni Vol 9, No 2 (2022): Maret-April Vol 9, No 2 (2022) Vol 9, No 1 (2022): Januari-Februari Vol 9, No 1 (2022) Vol 8, No 6 (2021): November-Desember Vol 8, No 6 (2021) Vol 8, No 5 (2021): September - Oktober Vol 8, No 5 (2021) Vol 8, No 4 (2021) Vol 8, No 4 (2021): Juli - Agustus Vol 8, No 3 (2021) Vol 8, No 3 (2021): Mei-Juni Vol 8, No 2 (2021): Maret-April Vol 8, No 2 (2021) Vol 8, No 1 (2021): Januari-Februari Vol 8, No 1 (2021) Vol 7, No 10 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 8 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 7 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 6 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 5 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 3 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19 Vol 7, No 12 (2020) Vol 7, No 11 (2020) Vol 7, No 9 (2020) Vol 7, No 6 (2020) Vol 7, No 5 (2020) Vol 7, No 4 (2020) Vol 7, No 2 (2020) Vol 7, No 1 (2020) Vol 6, No 5 (2019) Vol 6, No 4 (2019) Vol 6, No 3 (2019) Vol 6, No 2 (2019) Vol 6, No 1 (2019) Vol 5, No 4 (2018) Vol 5, No 3 (2018) Vol 5, No 2 (2018) Vol 5, No 1 (2018) Vol 4, No 3 (2017) Vol 4, No 2 (2017) Vol 4, No 1 (2017) Vol 3, No 3 (2016) Vol 3, No 2 (2016) Vol 3, No 1 (2016) Vol 2, No 2 (2015) Vol 2, No 1 (2015) Vol 1, No 2 (2014) Vol 1, No 1 (2014) More Issue