cover
Contact Name
Muh. Nurjati Hidayat
Contact Email
jurnalpengairan@ub.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
anggara.wws@ub.ac.id
Editorial Address
Jurnal Teknik Pengairan Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 20861761     EISSN : 24776068     DOI : 10.21776
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Pengairan is a scientific journal published regularly twice per year by Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya. The paper submitted in this journal covers the fields of Water Resources Information System, Water Resources Conservation, Water Resources Utilization and Efficiency, Water Structure Engineering Planning and Water Resources Engineering Basic Knowledge. The submitted paper can be a summary of research reports or scientific literature review. The language used in this journal is either English or Indonesian.
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN MAMAK DAN BENDUNGAN BATU BULAN SECARA SIMULTAN PADA SISTEM PENGALIRAN SUNGAI DENDITRIK Adhi, mikail; Juwono, Pitojo Tri; Sholichin, Moch.
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1982.243 KB)

Abstract

Abstrak : Bendungan Mamak dan Batu Bulan yang termasuk dalam sistem pengaliran sungai denditrik dan berlokasi di Kabupaten Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat telah disimulasikan runtuh secara simultan. Keruntuhan tersebut berdampak bagi tergenangnya 15 Desa, di 4 Kecamatan dengan jumlah penduduk yang terkena resiko diperkirakan mencapai 12.803 jiwa. Berdasarkan SK Dirjen SDA PU, tahun 2011 Bendungan Mamak dan Batu Bulan diklasifikasikan Bahaya Sangat Tinggi.Peneitian ini membuktikan bahwa keruntuhan bendungan secara simultan pada sistem aliran sungai denditrik ataupun series saat ini dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Zhong Xing HY21 (User Manual Zhong Xing-HY21, Sinotech Engineering Group, 2011). Hal ini sekaligus menepis pendapat sementara para ahli sebelumnya yang beranggapan bahwa hal tersebut sulit dilakukan.Kerapatan jaring-jaring kerja juga memiliki pengaruh besar terhadap tingkat ketelitian hasil penelusuran banjir di hilir. Pada penelitian kali ini kerapatan jaring-jaring di alur sungai dibuat lebih rapat daripada bagian di luar alur sungai utama. Dengan asumsi sebelum banjir menggenangi wilayah bantaran sungai, banjir terlebih dahulu akan memenuhi alur sungai utama. Namun hal tersebut membawa konsekuensi bahwa makin rapat jaring-jaring kerja, proses simulasi membutuhkan waktu lebih lama.Kata kunci: Keruntuhan, Denditrik, Simultan, Zhong Xing HY21, Jaring-Jaring Kerja Abstract : Mamak and Batu Bulan Dams included dendritic river system, located in Sumbawa District and West Nusa Tenggara Province, have been simulated simultaneous failure. This failure impact on flood inundation in 15 Villages and 4 Subdistrics with estimated population at risk 12.803 persons. Based on National Regulation (SK Dirjen SDA PU, year 2011), the dams were classified into High Risk Dam.This research proves that nowadays the simultaneous dams failure in dendritic river system and also series system could be simulated by using Zhong Xing HY21 (User Manual Zhong Xing-HY21, Sinotech Engineering Group, 2011). This study also reject previously temporary experts opinion that assumed it is difficult to do.Density of the finite element mesh also has a big influence in the unsteady flow accuration result. In the present study the density of the mesh in the river flow is made more dense than the outside of the main river channel. Assuming before floods inundated the area along the river, the floods will first meet the main river channel. However, this setting has consequences that the more tightly the mesh, the simulation process takes longer.Key words: Failure, Dendritic, Simultaneous, Zhong Xing HY21, Mesh 
KAJIAN PENANGANAN BANJIR SUNGAI ANAFRE DI KOTA JAYAPURA Tendean, Fanny; Suhardjono, Suhardjono; Yuliani, Emma
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1733.651 KB)

Abstract

Abstrak: Sungai Anafre terletak di kota Jayapura. Luas daerah pengaliran sungai (DPS) sungai Anafre mencapai ±11,68 km2, dengan panjang sungai ±3,63 km. Kemiringan dasar sungai relatif curam, sering terjadi luapan pada musim hujan. Tingkat aktifitas di kawasan ini sangat tinggi. Maksud dari studi ini adalah mengetahui daerah-daerah mana saja yang menggalami banjir pada kala ulang debit 25 tahun dan 50 tahun kemudian dilakukan analisa perhitungan untuk mengetahui alternatif apa saja yang memungkinkan secara tepat dari segi teknis dan ekonomis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kondisi eksisting sungai Anafre sehingga dapat diketahui titik-titik banjir, kemudian dilakukan normalisasi dengan perbandingan alternatif memperlebar, peninggian tanggul dan kombinasi (memperlebar dan peninggian tanggul). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 16 titik daerah banjir pada kala ulang debit 25 tahun dan 19 titik daerah banjir pada kala ulang 50 tahun dari 61 titik saluran eksisting sungai Anafre. Secara teknis serta ekonomis terpilihlah alternatif 3 (kombinasi).Kata kunci: Banjir, Sungai Anafre, Normalisasi, Teknis dan Ekonomis Abstract:  The Anafre River is located in the city of Jayapura. The catchment area of the Anafre River reaches ± 11.68 km2, and the river length is ± 3.63 km. Its river bottom is relatively steep and the river often overflows during the rainy season. This area has a very high level of activity. The aim of this study is to determine which areas are flooded on a discharge return period of 25 and 50 years and to analyze the best alternatives from technical and economic standpoints. This study analyzes the existing condition of the Anafre River to recognize flooded areas and compares widening, embankment elevation, and combinations of both as normalization alternatives. Calculations show that there were 16 flooded areas on a return period of 25 years and 19 flooded areas on a return period of 50 years, from 61 existing Anafre river channels. Third alternatives were selected (combination).Keywords: Flood, Anafre River, Normalization, Technically and Economically
STUDI EVALUASI DAN ANALISIS BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN DI DAS NANGKA Rifai, Muhammad; Suhartanto, Ery; Asmaranto, Runi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1652.187 KB)

Abstract

Abstrak: Letusan gunung berapi membawa banyak material vulkanik mengikuti aliran sungai dan mengendap di sepanjang aliran sungai yang dilaluinya. Untuk mengendalikan aliran sedimen dan mengurangi resiko bencana di bagian hilir maka perlu dilakukan konservasi pada bagian  hulu sungai agar  aliran sedimen dapat dikendalikan. Dengan metode Universal Soil Losses Equation (USLE) menggunakan bantuan aplikasi ArcView GIS 3.3, besarnya volume sedimen di DAS Nangka yang dihasilkan oleh laju sedimen hasil erosi lahan adalah 2.179,36 m3. Sedangkan volume sedimen sekali banjir (Vec) yang dihasilkan oleh aliran sedimen debris berdasarkan kala ulang 50 adalah 452.007,95 m3. Volume sedimen total yang terjadi di DAS nangka adalah 454.187,30 m3. Karena Sub DAS Tibu Dalam berada diluar alur Sungai Nangka sehingga total sedimennya tinggal 388.325,40 m3.Bangunan pengendali sedimen eksisting (Sabodam Belanting) pada saat ini hanya mampu menangkap sedimen sebesar 195.434,48 m3, sehingga tingkat reduksi sedimen (Dumping Efficiency) saat ini adalah sebesar 50,33%, dengan demikian volume kelebihan sedimen (Ve) sebesar 192.890,92 m3 harus dikelola oleh sabo sistem di bagian hilirnya.Keseimbangan kuantitas sedimen terhadap alternatif rencana bangunan pengendali sedimen ini dilakukan dengan menghitung kapasitas alternatif lokasi titik dasar sabo (Sabo Basic Point) kemudian dikalkulasikan ke dalam skema transportasi volume produksi sedimen (sediment yeild) di DAS Nangka dengan Sabo Eksisting. Lokasi bangunan pengendali sedimen terpilih adalah alternatif 3 mampu mereduksi volume kelebihan sedimen (Ve) sebesar 84,48 % dari sedimen yang yang harus dikelola dan menekan sedimen ijin (Va) sampai 7.73 %. Kata kunci : Erosi, ArcView GIS, Debris, Sedimentasi, Konservasi. Abstract: Volcanic eruptions brought a lot of volcanic material settles along rivers and streams along its path. To control the flow of sediment and reduce the risk of disaster in the downstream it is necessary to conservation on the upstream side of the river so that the flow of sediment can be controlled. With the method of Universal Soil Losses Equation (USLE) using ArcView GIS 3.3, applicationsthe volume of sediment in the Nangka watershed generated by the rate of soil erosion is sediment results 2.179,36 m3/year.Whereas once the flood sediment volume (VEC) is generated by the flow of sediment debris by return periode 50 is 452,007.95 m3. So that the total sediment volume is known that occur in the Nangka watershed is 454.187,30 m3. Because Sub Watershed Tibu Dalam located outside Nangka river flow so that the total sediment stay 388.325,40 m3. Existing building sediment control(SabodamBelanting) is currently only able to capture sediment at 195,434.48 m3, so that the rate of reduction of sediment (Dumping Efficiency) currently amounts to 50.33%, thus the excess sediment volume (Ve) of 192,890.92 m3 should be managed by sabo system in the downstream.The balance quantity of sediment to alternative building plans sediment control is done by calculating the capacity of the alternative location of Sabo Basic Point then calculated into the transport scheme production volume of sediment (sediment yeild) in NangkaWatrsheed with Existing Sabo. The location chosen building sediment control is the third alternative capable of reducing excess sediment volume (Ve) amounted to 84.48% of the sediment that must be managed and pressing sediment permit (Va) to 7.73%.Keywords: Erosion, ArcView GIS, Debris, Sedimentation, Conservation
EVALUASI FUNGSI BANGUNAN PENGENDALI BANJIR SUNGAI BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Anam, Syaiful; Dermawan, Very; Sisingih, Dian
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1870.892 KB)

Abstract

Abstrak: Bangunan pengendali banjir Sungai Barabai berupa Bangunan Intake dan Saluran Banjir Barabai sudah tidak dapat dirasakan lagi dampaknya terhadap Kota Barabai, sehingga diperlukan evaluasi dari fungsi bangunan pengendali banjir. Kapasitas eksisting Saluran Banjir Barabai adalah ±15 m3/detik dengan Qrencana awal yaitu 40 m3/detik. Elevasi muka air banjir pada saat Q1 belum dapat masuk ke dalam Bangunan Intake dan rusaknya peninggi muka air (groundsill). Rehabilitasi bangunan pengendalian banjir bisa dilakukan dengan normalisasi Saluran Banjir Barabai dan menurunkan elevasi lantai Bangunan Intake pada +24.00. Rehabilitasi bangunan pengendali banjir ini hanya mampu mengatasi banjir hingga Q5 dengan pengurangan genangan banjir sebesar 62.75%. Penanganan banjir sampai dengan Q50 memerlukan normalisasi Sungai Barabai di bagian hilir bangunan intake (menuju Kota Barabai sampai dengan Kota Barabai) dengan dimensi lebar bawah 20 m, lebar atas 36 m, dan kemiringan talud 1:1.Kata kunci: Bangunan Intake, Saluran Banjir, Pengendalian Banjir, Sungai Barabai Abstract: Barabai river’s flood control structures such as Intake Building and Flood channel can no longer be perceived its impact on Barabai City, so that evaluation of the function of flood control structures is necessary. Barabai flood channel capacity is ± 15 m3/second less than the initial capacity planning 40 m3/second. Flood water levels during Q1 have not been able to get into the Intake Building and the damage  of  groundsill. Rehabilitation of Barabai river’s flood control structures can be done with normalization of Barabai’s Flood Channel and floor’s derivation of  Intake Building at +24.00. This flood control structures rehabilitation can only cope with flood up to Q5 with reduction puddles 62.75%. Flood handle up to Q50 needs normalization of  Barabai River at downstream of Intake Building with trapezoidal with dimension of 20 m base width and 36 m top width, and talud slope 1:1.Keywords: Intake Building, Flood Channel, Flood Control, Barabai River
ANALISIS HUJAN DAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DI SUB DAS PEKALEN KABUPATEN PROBOLINGGO Nurdiyanto, Nurdiyanto; Limantara, Lily Montarcih; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1154.274 KB)

Abstract

Abstrak : Tata guna lahan daerah aliran sungai yang mengalami perubahan dan mengarah pada penggundulan hutan dapat meningkatkan debit banjir serta mempengaruhi debit rerata harian  sungai di daerah hilir. Debit sungai yang mengalir merupakan  respon daerah aliran sungai, dengan masukan hujan dan digambarkan melalui karakteristik hidrograf aliran sungai.Sub DAS Pekalen mempunyai luas 165,49 km2, berada di Kabupaten Probolinggo. Rata rata debit  harian  yang mengalir tahun 1997 sebesar 8,843 m3/dt dan tahun 2006 sebesar 10,42 m3/dt. Hasil analisa peta tata guna lahan tahun 1997 dan tahun 2006 menunjukkan adanya perubahan tata guna lahan. Berdasarkan analisa limpasan permukaan metode Curve Number dengan software HEC HMS menunjukkan bahwa perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan nilai Curve Number meningkat 0,59% maka, debit banjir yang akan terjadi juga mengalami peningkatan sebesar 1,99%.Kata Kunci :  Tata Guna Lahan, Curve Number, HEC HMS, Sungai Pekalen Abstract : The change of land-use in watersheds and deforestation may increase flood discharge and affect the average daily flow of the downstream. The river discharge is a response to the watershed, with the input of rain and illustrated by the characteristics of hydrograph.Pekalen sub watershed has an area of 165,49 km2, located in Probolinggo. The average daily discharge in 1997 is 8,843 m3 / sec and 2006 is 10,42 m3 / sec. The results of the analysis of land use maps of 1997 and 2006 showed changes in land use. Based on the analysis of surface runoff Curve Number method with use HEC HMS software showed that the land use change by increasing the value of Curve Number 0,59%, the flood discharge will be also increased 1,99%.Keywords : Land use, Curve Number, HEC HMS, Pekalen river
KAJIAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DI DAS NOELBAKI Ahab, Semuel J. Ch.; Limantara, Lily Montarcih; Prayogo, Tri Budi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.374 KB)

Abstract

Abstrak : Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah Indonesia bagian timur yang mengalami kenaikan curah hujan (RAN Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Pengujian statistik dengan uji t terhadap data hujan dapat disimpulkan terjadinya perubahan hujan pada periode tahun 1998 s/d 2014 dimana  nilai t tabel < dari t hitung.  Hasil pemodelan AVSWAT 2000 diperoleh rata-rata perubahan tata guna lahan untuk setiap jenis tanah dari tahun 1993 sampai tahun 2012 pada DAS Noelbaki sebesar 42,71 %. Perubahan tata guna lahan mengakibatkan terjadinya peningkatan debit puncak 5,12 % sebesar 0,02 m3/dt, sisanya 94,88 % sebesar 0,29 m3/dt diakibatkan adanya perubahan pola hujan pada DAS Noelbaki. Debit puncak limpasan pada Bendungan Tilong  berdasarkan hasil kajian diperoleh Skenario perubahan pola hujan > Skenario perubahan tata guna lahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan pola hujan pada DAS Noelbaki mengakibatkan terjadinya peningkatan debit puncak limpasan pada Bendungan Tilong saat musim penghujan.Kata kunci: Pola Hujan, Tata Guna Lahan, Limpasan, Debit, AVSWAT 2000 Abstract : East Nusa Tenggara Province is one of the eastern Indonesia region that experienced an increase in rainfall (RAN Adaptation to Climate Change of the Ministry of National Development Planning / National Development Planning Agency). Statistical testing by t test against rain data can be summed rainfall changes in the period of 1998 until 2014 where the value of t tables < t count. AVSWAT modeling results obtained in 2000 the average change in land use for each type of land from 1993 until 2012 at the Noelbaki watershed amounted to 42,71%. Changes in land use resulted 5,12% increase in peak discharge of 0,02 m3/s, the remaining 94,88% of 0,29 m3/s due to changes in rainfall patterns in the Noelbaki watershed. Peak discharge runoff at Tilong Dam based on the results of the study obtained Scenario changing rainfall patterns > Scenarios of land use change. It can be concluded that changes in rainfall patterns in the Noelbaki watershed lead to an increase in peak runoff discharge at the dam Tilong during the rainy season.Keywords :  Rain patterns, Land Use, runoff, discharge
ANALISIS LAJU SEDIMENTASI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR IRIGASI DAN ARAHAN KONSERVASI PADA BENDUNG LAKITAN Trianto, Rio; Andawayant, Ussy; Asmaranto, Runi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1276.313 KB)

Abstract

Abstrak : Irigasi Lakitan berada di Provinsi Sumatera Selatan yang dipersiapkan untuk mendukung Program lumbung Pangan Nasional. Untuk menganalisis digunakan alat bantu yaitu AVSWAT 2000 dengan Tataguna Lahan Tahun 2007 dan Tahun 2012.  Erosi rerata tahun 2007 sebesar 12,06 ton/ha/thn dan Erosi rerata Tahun 2012 sebesar 12,13 ton/ha/thn. Sedimen inflow di Bendung Lakitan sebesar 353.691,98 m3/thn dan volume tampungan sedimen di Bendung Lakitan sebesar 19.196,43 m3 sehingga usia tampungan Bendung Lakitan akan penuh dalam waktu 5 tahun. Debit Inflow Tahun 2007 adalah sebesar 22,39 m3/dtk dan  26,06 m3/dtk pada Tahun 2012. Berdasarkan nilai tersebut volume sedimen berpengaruh terhadap degradasi ketersediaan air Bendung Lakitan. Untuk menanggulangi di Daerah Aliran Sungai Lakitan terutama pada Bendung Lakitan perlu dilakukan upaya Konservasi Vegetatif dan Konservasi Mekanik.Kata kunci: Bendung Lakitan, Erosi,  Sedimentasi dan AVSWAT 2000  Abstract : Lakitan irrigation is  in  South Sumatra Province which was prepared to support the National Food Program Barn. For  analyzing The AVSWAT 2000 with the land use of 2007 and 2012. The amount of average erosion in 2007 is about 12.06 tonnes/ha/yr and  in 2012 is 12.13 tonnes/ha/yr. The Lakitan Dam sediment inflow is about 353,691.98 m3/yr and the volume of sediment is 19196.43 m3, so the Lakitan Weir will be full within 5 years later. The discharge inflow of  2007 is 22.39 m3/sec and 26.06 m3/sec in 2012. Based on these values, the volume of sediment is affect to the degradation of water availability in Lakitan Weir. To solve the problem on Lakitan Watershed mainly in Lakitan Weir is needed the vegetative conservation and mechanical conservation.Keywords: Lakitan Weir, Erossion, Sedimentation and AVSWAT 2000
ANALISA OPTIMASI INTENSITAS TANAM DAN SENSITIVITAS DAERAH IRIGASI RAMBUT KABUPATEN TEGAL Khoirina, Fitria Nur; Rispiningtati, Rispiningtati; Asmaranto, Runi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1733.651 KB)

Abstract

Abstrak: Daerah Irigasi Rambut terletak di Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah dengan luas areal 7.634 ha untuk mengaliri Kecamatan Warureja dengan luas areal 3.740 ha dan Kecamatan Suradadi dengan luas areal 3.894 ha. Permasalahan yang ada pada daerah irigasi ini adalah terbatasnya debit yang tersedia di Bendung Cipero terutama pada musim tanam III. Dalam penelitian ini ditekankan bagaimana mengoptimalkan debit irigasi dengan melakukan modifikasi pola tata tanam (5 alternatif modifikasi pola tata tanam) dan penentuan luas tanam untuk memperoleh intensitas tanam paling maksimum dengan keuntungan paling besar sehingga bisa didapatkan pola tanam yang terbaik.Hasil dari optimasi didapatkan intensitas tanam paling maksimum sebesar 216,24% dengan keuntungan sebesar  Rp 219.754.752.741,74 yang merupakan hasil optimasi alternatif II.  Untuk hasil analisa sensitivitas pada saat MT I harga padi sensitif diantara harga 0 - Rp 15.310.000,00; MT II harga padi sensitif diantara harga 0 - Rp 13.862.500,00 dan saat MT III harga palawija sensitif diantara harga 0 – Rp 8.665.000,00. Sementara itu harga tebu saat MT I, MT II, MT III sensitif diantara harga 0 - Rp 26.585.000,00. Luas lahan MT I sensitif diantara 1.239,71 ha - 7634 ha, luas lahan MT II sensitif diantara 4.562,60 ha - 7634 ha dan MT III sensitif diantara 6.500,36 ha - 7634 ha. Kebutuhan air MT I sensitif diantara 0 –  29.539.900,80 m3, saat MT II sensitif diantara 1.388.893,09 m3 - 2.298.703,41 m3 dan MT III sensitif diantara  1.868.910,43 m3 - 2.138.486,18 m3.Kata Kunci: Irigasi, Optimasi, Sensitivitas, Intensitas Tanam Abstract: Rambut Irrigation district located in Tegal Regency, Central Java Province, with total area of 7.634 ha is used to irrigate Warureja sub-district with 3.740 ha and Suradadu sub-district with 3.894 ha. Main problem in this irrigation district is limited discharge that are available in Cipero Weir especially in 3rd crop season. This study emphasize on optimization of available irrigation discharge by conducting crop pattern modification (5 alternatives) and crop-growing range setting in order to obtain the most effective crop pattern based on the highest cropping intensity which lead to highest yield and economic advantage.Optimization result shows that alternative III of crop pattern modification present highest cropping intensity about 216,24 and provide benefit about Rp 219.754.752.741,74. Value Sensitivity Analysis shows that rice value were sensitive in range of 0 - Rp 15.310.000,00 on 1st crop season (MT I); 0 - Rp 13.862.500,00 on 2nd crop season (MT II), while palawija value is sensitive in range of 0 - Rp 8.665.000,00 on 3rd crop season (MT III). While sugarcane value sensitive in range of 0 - Rp 26.585.000,00 on all crop season (MT I, MT II & MT III). For the Area-Range Sensitivity, 1st crop season (MT1) is sensitive in range of 1.239,71 ha  – 7634 ha, 2nd crop season(MTII) is sensitive in range of 4.562,60 ha - 7634 ha and 3rd crop season (MT III) are all sensitive in range of 6.500,36 ha - 7634 ha. Water requirement sensitivity analysis shows that 1st crop season (MT I) sensitive for water requirement in range of 0 –  29.539.900,80  m3. 2nd crop season (MT II) in range of 1.388.893,09 m3 - 2.298.703,41 m3 and 3rd crop season (MT III) in range of 1.868.910,43 m3 - 2.138.486,18 m3.Keywords : Irrigation, Optimization, Sensitivity, Crop Intensity
ANALISIS PENGENDALIAN SEDIMENTASI MUARA SUNGAI BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG Wahyudi, Puguh; Bisri, Muhammad; Sisinggih, Dian
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1369.123 KB)

Abstract

Abstrak: Muara Sungai Banjir Kanal Barat mempunyai morfologi melebar ke daerah hilirnya sehingga kecepatan aliran sungai kecil yang berpotensi menimbulkan sedimentasi di muara. Selain itu adanya pasang surut dari air laut yang mengakibatkan sedimen di muara tidak bisa terbawa arus sungai ke laut bahkan kembali ke muara sungai oleh adanya backwater. Berdasarkan perhitungan transpor sedimen sejajar pantai dengan menggunakan metode fluks energi diperoleh sedimen sejajar pantai sebesar 591.017,140 m3/thn, sedangkan untuk angkutan sedimen dari sungai menggunakan persamaan Engelund&Hansen sebesar 127.952,470 m3/th. Volume budget sedimen diperoleh sebesar 718.969,610 m3/th. Berdasarkan perbandingan prisma pasang surut dan angkutan sedimen total (budget sedimen) P/Mnetto didapatkan nilaiS = 6,320 berdasarkan nilai tersebut maka muara sungai Banjir Kanal Barat memiliki mulut sungai yang tidak stabil karena nilai S < 20 (Triatmodjo, 2012).Sistem penangan yang baik untuk mengatasi masalah sedimentasi di muara sungai Banjir Kanal Barat adalah  pengelolaan  mulut sungai yang selalu terbuka dengan membuat jetty panjang di kedua sisi muara dengan panjang 1080,45 meter di  sebelah kiri  dan 646,06 meter di sebelah kanan muara sungai.Kata Kunci : Muara sungai, Gelombang, Angkutan sedimen, Pantai, Jetty Abstract: The Western Flood Canal estuary has a widening morphology towards downstream areas, so that the velocity of small streams can create sedimentation in the estuary. In addition, there are also seawater tides that results in sediment in the river estuary not being carried to the sea, instead returning to the estuary due to the presence of backwater. Based on calculations of coastline sediment transport using the energy flux method, the coastline sediment transport is 591.017,140 m3/yr., while river sediment trasport is determined by the Engelund and Hansen equation to be 127952.470 m3/yr. The sediment budget volume is         718.969,610 m3/yr. Based on the comparison between prism tides and total sediment transport (sediment budget) P/Mnetto, a value of S = 6,320 was obtained. Based on these values, the Western Flood Canal estuary has an unstable river mouth because S < 20 (Triatmodjo, 2012). A good handling system to overcome the problem of sedimentation in the Western Flood Canal estuary is the management of an always-open river mouth by the creation of a long jetty on both sides of the estuary with a length of 1080,45 meters on the left and 646,06 meters on the right.Keywords: estuary of river, wave, sediment transport, shore, Jetty
ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR PADA DAS BRANTAS HULU Daru, Tyas; Andawayanti, Ussy; Limantara, Lily Montarcih
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1983.236 KB)

Abstract

Abstrak : Pemanfaatan lahan yang kurang bijaksana, perubahan vegetasi dan tutupan lahan pada Daerah Aliran Sungai akan berdampak pada ekosistem, diantaranya adalah terganggunya tata air. Hal tersebut mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan volume limpasan.Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan sumber daya alam tersebut terjadi pada DAS Brantas Hulu.Nilai bilangan kurva aliran permukaan merupakan parameter hidrologi yang digunakan untuk menggambarkan potensi aliran permukaan dan fungsi dari penggunaan lahan, jenis tanah, dan kelembaban tanah.Hasil studi menunjukkan peningkatan nilai bilangan kurva aliran permukaan setiap tahunnya rata-rata 2,19% dan limpasan permukaan rata-rata sebesar 35,31 mm dan debit sungai rata-rata 4,83 m3/dtk. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan berubahnya tata guna lahan pada DAS Brantas Hulu.Kata Kunci: Runoff Curve Number, Limpasan, Perubahan Tata Guna Lahan Abstract : Land utilization indiscretion, vegetation and land cover changes in the watershed will have an impact on the ecosystem, such as disturbance of the water system. It affects the capacity of infiltration and runoff volume. Watershed management less attention to the rules of natural resource management occurs in the Brantas Hulu watershed. Runoff curve number a hydrological parameter that is used to describe the potential for runoff and function of land use, soil type and soil moisture. The study shows an increase in surface runoff curve number value each year, an average of 2.19% and an average runoff of 35.31 mm and an average river discharge of 4.83 m3 / sec. The increase is directly proportional to changes in land use in the Brantas Hulu watershed.Keywords: Runoff Curve Number, Runoff, Land use changes