cover
Contact Name
Muh. Nurjati Hidayat
Contact Email
jurnalpengairan@ub.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
anggara.wws@ub.ac.id
Editorial Address
Jurnal Teknik Pengairan Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 20861761     EISSN : 24776068     DOI : 10.21776
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Pengairan is a scientific journal published regularly twice per year by Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya. The paper submitted in this journal covers the fields of Water Resources Information System, Water Resources Conservation, Water Resources Utilization and Efficiency, Water Structure Engineering Planning and Water Resources Engineering Basic Knowledge. The submitted paper can be a summary of research reports or scientific literature review. The language used in this journal is either English or Indonesian.
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
ANALISA PENGARUH PENEMPATAN KRIB TERHADAP DISTRIBUSI SEDIMEN DI PERTEMUAN SUNGAI GARANG DAN KREO Iskandar, Iskandar; Juwono, Pitojo Tri; Sisinggih, Dian
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1555.423 KB)

Abstract

Abstrak: Sedimentasi dan erosi yang disebabkan oleh perbedaan debit merupakan masalah yang sering terjadi di pertemuan Sungai Garang dan Kreo. Penempatan bangunan krib eksisting belum berfungsi optimal sebagai pengatur arah arus sungai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kecepatan maksimum, tegangan geser dasar sungai dan distribusi sedimen terhadap pengaruh penempatan krib. Simulasi menggunakan modul RMA2 untuk mengetahui hidrodinamika aliran dengan debit banjir rancangan kala ulang 50 tahun dan simulasi modul SED2D untuk mengetahui distribusi sedimen. Kedua simulasi tersebut digunakan pada 3 (tiga) skenario. Agar mendapatkan tingkat keakuratan model terhadap kondisi lapangan maka dilakukan uji MRE (Mean Relative Error) sebesar 0,91% sebagai indikasi parameter proses kalibrasi model numerik 2 dimensi. Penempatan krib yang lebih efektif adalah skenario yang ketiga dengan distribusi kecepatan maksimum 1,75 m/dtk, tegangan geser ( Ʈ ) maksimum 8,65 N/m2 dan sedimentasi terjadi didaerah sekitar krib, erosi pada arah tanggul kanan penampang sungai yang sering terjadi sedimentasi.Kata kunci : Pertemuan sungai, krib, sedimentasi, erosi. Abstract: Sedimentation and erosion caused by differences discharge is a problem that often occurs at the confluence of the Garang and Kreo rivers. The placement of existing groynes has not optimally functioned to regulate the river flow direction. The goal of this analysis is to find out the maximum velocity, bed shear, and sediment distribution towards the effect of groyne placement. The Simulation using the RMA2 module to find out the flow hydrodynamics with the discharge from constructed 50-year floods and the simulation using SED2D module to find out the sediment distribution. It simulations is used for three scenarios. To maintain accuracy of the model towards field conditions, a Mean Relative Error (MRE) test of 0.91% was conducted as the parameter indication of the 2-dimensional numerical model calibration process. The most effective groyne placement is third scenario with a maximum velocity distribution of 1.75 m/s, maximum riverbed bed shear (Ʈ) of 8.65 N/m2 and sedimentation only occurring in the areas around the groynes, while erosion occurred on the dikes of the right-hand side of the river where sedimentation often occurs.Keywords : River confluence, groynes, sedimentation, erosion
POLA OPERASI WADUK BENDO DENGAN MODEL FUZZY STOCHASTIC DYNAMIC PROGRAMMING Saputra, Anggara Wiyono Wit
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1805.081 KB)

Abstract

Abstrak: Pola operasi waduk untuk mendapatkan lepasan waduk yang optimal telah lama diteliti selama bertahun-tahun. Berbagai teknik telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk pola operasi waduk dalam hubungannya dengan ketidakpastian akibat sifat stokastik pada tiap objective yang berada dalam operasi waduk serta akibat ketidak tepatan nilai tujuan pada setiap fungsi kegunaan waduk.Model fuzzy stochastic dynamic programming digunakan untuk mengkalkulasi lepasan waduk yang optimal dari operasi waduk multipurposes. Untuk menjabarkan sebuah pola operasi untuk waduk multipurpose maka dibuat sistem pola operasi dengan menggunakan model stokastik dinamik. Pola operasi ini dibuat dengan berdasarkan kepada lepasan waduk optimum untuk setiap operasi waduk yang dihasilkan dari metode fuzzy stochastic dynamic programming. Model fuzzy rule base berdasar pada prinsip “IF-THEN”, dimana “IF” adalah sebab dan “THEN” adalah fuzzy consequences.Volume tampungan waduk, estimasi inflow, dan kebutuhan digunakan sebagai sebab dan lepasan waduk diambil sebagai fuzzy consequences. Performance indices untuk reliability, repairability, periode kegagalan dan vulnerability digunakan untuk mengevaluasi performa dari tiap  pola operasi waduk.Kata kunci : Fuzzy Rule Base, Operasi Waduk, Membership Function Abstract:  Reservoir operation to find an optimal release has been researched for many years. Various techniques have been developed and adopted for reservoir operation rule incorporating the uncertainty due to stochastic nature of objectives in the reservoir operation and due to imprecise goal values in the reservoir purposes. The fuzzy stochastic dynamic programming model is used to calculate an optimal release from the operation of multipurpose single reservoir. To derive operation rule for a multipurpose single reservoir a stochastic dynamic model operation rule is constructed. Operation rule are generated based on optimal release for reservoir operation resulted from fuzzy stochastic dynamic programming method. The fuzzy rule base model operates on an “IF-THEN” principle, where the “IF” is a vector of fuzzy explanatory variable or premises and “THEN” of fuzzy consequences. The reservoir storage volume, estimated inflows, and demand are used as the premise and release from the reservoir is taken as consequences. Performance indices namely reliability, repairabilitiy, incident period and vulnerability are used to evaluate performance of the reservoir operation rules.Keywords : Fuzzy Rule Base, Reservoir Operation, Membership Function
KAJIAN PENANGANAN GENANGAN PADA SUB-SISTEM DRAINANSE JANGKOK KOTA MATARAM Hendrasari, evanur; Suhardjono, Suhardjono; Andawayanti, Ussy
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.895 KB)

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan untuk daerah perkotaan yang semula persawahan menjadi permukiman tidak diiringi dengan evaluasi drainase, seringkali menyebabkan terjadinya genangan pada beberapa daerah di Kota Mataram. Adapun daerah yang sering tergenang yaitu pada Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Selaparang. Hal tersebut dikarenakan penumpukan sampah/sedimentasi pada saluran drainase yang disebabkan oleh masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan terutama pada saluran-saluran drainase dan pengaruh pasang surut air laut. Efek backwater di Sungai Jangkok pada jarak ± 1287 m dari hilir (STA 0+230 – STA 0+469) adalah setinggi 2.08 m .Permasalahan tersebut ditangani dengan metode eco-drainage dimana dibutuhkan 1-22 buah sumur resapan per hektar dengan ∆Q (sisa Q5th) yang tidak tertampung, normalisasi saluran, dan memasang pintu klep otomatis tipe Pusair Pa-Fg1.Kata kunci: eco-drainage, sumur resapan, backwater, pasang surut Abstract: Population growth and land conversion for urban area which originally is a paddy field before became a housing area and not followed by drainage evaluation are often cause ponding in some areas of Mataram City. The aforementioned area are including Ampenan and and Selaparang subdistrict. This is caused by littering habit, especially in the drainage channel and ocean backwater effect. The backwater effect height in Jangkok River at ± 1287 m away from downstream (STA 0+230 – STA 0+469) is 2,08 m. This problem is solved by using eco-drainage method which needs 1 - 22 infiltration wells per hectar with ∆Q, channel normalization, and also by installing Pusair Pa-Fg1 type automatic valve door.Keyword: eco-drainage, infiltration well, backwater, tidal
ANALISIS PARAMETER ALFA HIDROGRAF SATUAN SINTETIK NAKAYASU DI SUB DAS LESTI Dewi, Rosmala; Limantara, Lilly Montarcih; Soetopo, Widandi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.198 KB)

Abstract

Abstrak : Hidrograf satuan sintetik merupakan hidrograf yang didasarkan atas sintetis dari parameter-parameter daerah aliran sungai.  Salah satu hidrograf satuan sintetik yang dapat digunakan adalah hidrograf Nakayasu. Terdapat paramete α (alfa) pada hidograf satuan sintetik Nakayasu. Nilai α (alfa) menunjukkan karakteristik DAS. Nilai α terpilih yang sesuai dengan hasil kalibrasi antara Nakayasu dan Hidrograf Collins adalah 2,777. Kesalahan relatif antara HSS Nakayasu dan Hidrograf Pengamatan Metode Collins untuk nilai QP adalah 0,33%. Rerata nilai Mean abolute Error (MAE) antara Nakayasu dan Metode Collins adalah sebesar 0,782 . Hasil kalibrasi antara debit banjir rancangan pengamatan (Qpengamatan) dengan debit banjir rancangan model (Qmodel) memiliki tingkat korelasi yang sangat baik yaitu R = 0,99 dan nilai kesalahan relatif sebesar 4%.Kata Kunci : Hidrograf satuan, parameter alfa, kesalahan relatif, korelasi. Abstract :  Synthetic unit hydrograph based on synthetic parameters of the watershed. One of the synthetic unit hydrograph that can be used is Nakayasu. There is α (alpha) parameters on Nakayasu. The value of α (alpha) indicates the characteristics of the watershed. The chosen of α value for Nakayasu and Collins method is 2,777. The relative error of discharge between Nakayasu and Collins for QP is  0,33%. The avverage of mean absolute error between Nakayasu and is 0,782. Calibration results between observational design flood discharge  with the design flood discharge model  has  very good level of correlation, R = 0.99 and the relative error is 4%..Keyword : Unit hydrograph, alpha parameters, relative error, correlation.
Pengaruh Panjang Dan Lebar Data Debit Historis Pada Kinerja Model Pembangkitan Data Debit Sungai Brantas Dengan Metode ARIMA Efendi, Maskur; Soetopo, Widandi; Juwono, Pitojo Tri
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.682 KB)

Abstract

Abstrak :  Model ARIMA adalah metode analisis deret waktu yang memiliki tingkat akurasi peramalan yang cukup tinggi, cocok digunakan untuk meramal sejumlah variabel dengan cepat, sederhana dan akurat. Banyak model stokastik tidak memberikan acuan berapa panjang data historis minimal yang dibutuhkan. Panjang data historis minimal perlu ditetapkan sebagai masukan untuk menggambarkan fenomena hidrologi yang terjadi. Penelitian menggunakan data debit dari 3 (tiga) stasiun AWLR yang mewakili masing-masing sub DAS di DAS Brantas. Panjang data historis representatif dengan nilai kesalahan relatif 5% untuk pembangkitan data debit menggunakan model ARIMA untuk stasiun AWLR Gadang adalah 15 tahun untuk lebar data 10 harian, 17 tahun untuk lebar data 15 harian dan 11 tahun untuk lebar data 1 bulanan. Untuk stasiun AWLR Kertosono, panjang data historis representatif adalah 8 tahun untuk lebar data 10 harian, 5 tahun untuk lebar data 15 harian dan 14 tahun untuk lebar data 1 bulanan. Untuk stasiun AWLR Lengkong Baru, panjang data historis representatif adalah 6 tahun untuk lebar data 10 harian, 6 tahun untuk lebar data 15 harian dan 14 tahun untuk lebar data 1 bulanan.Kata kunci: Model ARIMA, panjang data historis, lebar data, debit sungai, DAS Brantas Abstract : ARIMA model is a method of time series analysis which has quite high level forecasting accuracy, suitable to predict the number of variables in quickly, simply and accurately. Many stochastic models do not provide a reference of minimum length of historical data that need to be set as an input to describe the hydrology phenomenon. The study used discharge data from three (3) AWLR stations representing each sub-watershed in Brantas watershed. Representative historical data length with 5% relative error for the generation of discharge data using ARIMA models are: (a) at Gadang AWLR station is 15 years with 10 daily width of data, 17 years with 15 daily width of data and 11 years with monthly width of data. (b) At Kertosono AWLR station is 8 years with 10 daily width of data, 5 years with the 15 daily width of data and 14 years with the monthly width of data. (c) At Lengkong Baru AWLR stations is 6 years with 10 daily width of data, 6 years with the 15 daily width of data and 14 years with monthly width of dataKeywords: ARIMA models, historical data length, width of data, river discharge, Brantas watershed.
FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KINERJA SISTIM IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TUMPANG KABUPATEN MALANG djuwito, edy; Suhardjono, Suhardjono; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1605.428 KB)

Abstract

Abstrak:  Pada tahun 1998 terjadi perubahan kewenangan dan wilayah pada pengelolaan sistim jaringan irigasi yang dikenal dengan konsep irigasi partispatif.  Pembagian kewenangan ini akan berpengaruh pada kondisi fisik,  fungsi dan kinerja sistim jaringan irigasi. Penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang. Analisis dengan metode  Structurural Equation Modeling (SEM) dengan perangkat lunak Aplikasi analysis of moment structure (Amos 20) dan SPSS 17, yang digunakan untuk menganalisis dan menguji data tentang validitas, reliabilitas, frekuensi,  normalitas multivariat,  fit model,  hubungan antar variabel dan penarikan hipotesis. Hasil penelitian adalah kinerja Daerah Irigasi Tumpang (KDIT) tergolong baik,  kondisi fisik dan fungsi sistim irigasi cukup baik,  faktor yang berpengaruh pada kinerja adalah manjemen operasi jaringan irigasi (MOJI),  kondisi sistim distribusi yang menjadi tanggung jawab petani  cukup dan berpotensi memburuk dan yang terakhir adalah biaya operasi dan pemeliharaan buruk. Faktor yang berpengaruh dan berkorelasi positif  pada KDIT adalah MOJI yaitu sebesar 0.840 dan biaya operasi dan pemeliharaan sistim jaringan irigasi (BIOPJI) sebesar 0.147. Disarankan MOJI dan BIOPJI ditingkatkan agar kinerja  stabil.Kata Kunci:Wewenang , SEM Amos20, Fisik, Fungsi, Kinerja Abstract: On year 1998 paradigm shifting of authority and territory to manage the irrigation network system known as the concept of participatory irrigation implemented. Aforementioned regulation is suggested to affect the physical condition, functionality and performance of the system of irrigation network. Study then conducted in the irrigation area of Tumpang on Malang Regency. Structural Equation Modeling (SEM) with a software application analysis of moment structure (Amos 20) and SPSS 17, then used to analyze and test the data on the validity, reliability, frequency, multivariate normality, fit model, the relationship between variables and withdrawal hypothesis. The results showed that the performance Irrigation Area Tumpang (KDIT)  fit into good category with physical condition and function rather well. It also known that factors that affect the performance of the irrigation network is operating manjemen (MOJI), the condition of the distribution system are afftected by farmer participation and the operation and maintenance is affected by upkeep budget. Factors that influence and positively correlated KDIT is MOJI is equal to 0.840 and the cost of operation and maintenance of irrigation network system (BIOPJI) of 0.147. This study suggests that MOJI and BIOPJI indicate government regulation affected aforementioned indicator.Keywords: Authority, SEM Amos20, Physic, Fuction, Performance
KAJIAN HIDROLOGI DAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI INDIKATOR KINERJA DAS PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI GARANG Batubara, Mohammad Rahdiansyah; Harisuseno, Donny; Sholichin, Mohammad
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2064.606 KB)

Abstract

Abstrak: Sungai Garang  pada tahun 1990 pernah meluap sehingga daerah sekitarnya banjir. Banjir biasanya terjadi akibat dari perubahan tata guna lahan dari pertanian/ perkebunan dan hutan menjadi permukiman, dan Pembabatan hutan. Untuk mengetahui kondisi kinerja DAS Garang perlu diidentifikasi perubahan tataguna lahan dan kondisi hidrologi setiap sub DAS yang ada di DAS Garang. Evaluasi penilaian indikator kinerja DAS Garang berdasarkan Kepmenhut No. 52 Kpts-II/2001 yang berkonsep hidrologi dan penggunaan lahan. Peta tataguna lahan yang digunakan tahun 2000, 2005, 2008, 2010 dan RTRW. Analisa ini menggunakan bantuan software AVSWAT 2000. Dalam menentukan prioritas perbaikan Sub DAS yang paling buruk peneliti menggunakan metode Analisis Hierarky Proces (AHP). Kondisi aliran langsung memiliki trend naik pada Bulan Februari sampai Agustus kemudian turun pada bulan September dan naik kembali pada Oktober hingga Januari. Kinerja DAS Garang berdasarkan segi penggunaan lahan dan tata air berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2000 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 2,942. Berdasarkan peta tata guna lahan tahun 2005 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 3,026. Berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2008 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 2,897. Berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2010 diberi penilaian Sedang dengan jumlah skor 2,967. berdasarkan peta RTRW diberi penilaian kategori Agak Baik dengan skor 2,205. Dalam penelitian ini didapatkan kondisi sub DAS yang rusak pada kriteria tataguna lahan dan tata air. Maka dalam menentukan skala prioritas perbaikan sub DAS dilakukan pemilihan berdasarkan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Dari proses AHP disimpulkan bahwa sub DAS 13 yang paling rusak dan harus diprioritaskan dalam perbaikan dan pengelolaan sub DAS pada DAS Garang.Kata kunci : Kinerja DAS, Perubahan Tata Guna lahan, Hidrologi, AVSWAT2000 Abstract: Garang River in 1990 never overflow so that flash floods washed away the surrounding area is so powerful. Floods usually occur as a result of changes in land use from agricultural / plantation and forest to settlements, and Deforestation. So as to determine the condition of the performance of DAS Garang be identified land-use change and hydrological conditions of each sub-watershed in DAS Garang. Evaluation of performance indicators DAS Garang assessment by Ministerial Decree No. 52 Kpts-II / 2001 the concept of hydrology and land use. Land use maps used in 2000, 2005, 2008, 2010 and RTRW. This analysis using statistical software AVSWAT 2000. In determining the priority of improvement worst subzone researchers used a method of analysis Hierarky Proces (AHP). Direct flow conditions have rising trend in February until August and then fell in Semptember and climbed back in October and January. Kienerja DAS Garang based in terms of land use and water management based maps of land use in 2000 was given a moderate rating with a total score of 2,942. Based on the land use maps in 2005 was given a score of assessment was the number 3,026. Based on the land use map of 2008 given the moderate vote with a total score of 2,897. Based on the land use maps in 2010 was given a score of assessment was the number 2,967. based map RTRW given Somewhat better ratings with a score of 2.205. In this study, the condition of the damaged sub watershed on the criteria of land use and water management. Then in determining priority repair sub watershed election based analysis method Hierarchy Process (AHP). Of the AHP process is concluded that sub DAS 13 most damaged and should be prioritized in the repair and management of sub-basins in the watershed Garang.Keywords : DAS performance, Changes in land use, Hydrology. AVSWAT2000
PERBANDINGAN ANTARA MODEL ATURAN LEPASAN BERDASARKAN TAMPUNGAN DAN MODEL RULE CURVE UNTUK WADUK PENGGA soetopo, widandi; Limantara, Lily Montarcih; Suhardjono, Suhardjono; Andawayanti, Ussy; Lufira, Rahmah Dara; Huda, Qomarul; Anwar, Syamsul
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1610.801 KB)

Abstract

Abstrak : Penelitian ini untuk membandingkan an­ta­ra 2 alternatif aturan operasi waduk Pengga dalam mengatur debit lepasan guna memenuhi kebutuhan sepanjang tahun.  Waduk Pengga beroperasi dengan periode ½ bulanan.  Ada 2 alternatif yang disarankan untuk waduk Pengga, yaitu (1) aturan lepasan yang berdasarkan status tampungan waduk pada awal periode operasi, dan (2) rule curve sebagai batas bawah tampungan wa­duk pada setiap periode operasi.  A­tur­an operasi lepasan waduk dari masing-masing alternatif di­op­timasi untuk me­ning­kat­kan kinerjanya sampai mencapai batas maksimum, lalu dilakukan perbandingan antara kedua alternatif tersebut.  Sebelum dilakukan optimasi, dilakukan revisi terhadap struktur daripada ma­sing-masing aturan operasi untuk meningkatkan potensi perbaikan kinerja da­lam optimasi.  Pada aturan lepasan berdasarkan tampungan, revisi struktur di­pu­sat­kan pada peningkatan jumlah grid tampungan, sementara juga dicoba alternatif bentuk garis lepasan yang kontinyu disamping bentuk diskrit.  Sedangkan pada rule curve, re­vi­si struktur dipusatkan pada penambahan kurva-kurva sebagai batas bawah pelepasan bertingkat.  Untuk melakukan optimasi di­gu­nakan prosedur Evolutionary Solver yang ada pa­da perangkat Add-Ins Solver dari MS-Excel 2010.Kata kunci: aturan lepasan, status tampungan, rule curve. Abstract : This research is the comparison of two alternatives of operating rule of the Pengga Reservoir for regulating the releases to fulfill the annual water demand.  The Pengga Reservoir operate in half-month periods.  Two alternatives being proposed for the release operating rule of Pengga Reservoir, (1) the release rule based on the reservoir storage state at the beginning of operating period, and (2) the Rule Curve as the lower boundary of reservoir storage at every operating period.  The reservoir release operating rule of each alternative is optimized to improve its performance until attain the maximum limit, then the comparison is conducted between the two alternatives.  Before the optimization, structural revisions are done on each operating rule to enhance the potency of performance improvement in the optimization.  In the Release Rule based on storage, the revisions are focused on the expansion of number of storage grid, beside also the  trial shape of continuous release line instead of discrete.  As for the Rule Curve, the revisions are focused on the additional curves as the lower bounds of stepped release.  The undertaking of this optimization study will use the Evolutionary Solver procedure in Add-Ins Solver package of the MS-Excel 2010.Keywords: release rule, storage state, rule curve.
ANALISIS PROBABILITAS RISIKO KEGAGALAN BENDUNGAN GEROKGAK BERDASARKAN METODE POHON KEJADIAN (EVENT TREE) Dwi, cristina; Juwono, Pitojo Tri; Yuliani, Emma
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.178 KB)

Abstract

Abstrak: Bendungan menyimpan bahaya apabila mengalami keruntuhan. Selain pemeriksaan keamanan bendungan, penilaian risiko juga diperlukan guna pengelolaan keamanannya. Pada penelitian ini penilaian risiko menggunakan metode pohon kejadian, metode tradisional serta metode ICOLD. Metode pohon kejadian mempunyai kelebihan secara sistematik memetakan potensi kegagalan bendungan mulai awal dibandingkan metode tradisional yang mengacu nilai kriteria yang berlaku. Sedangkan metode ICOLD bermanfaat mengetahui kelas risiko bendungan. Probabilitas risiko kegagalan metode pohon kejadian tubuh bendungan sebesar 1x10-5 dan  1x10-6, pelimpah sebesar 1x10-10, pengambilan sebesar 1x10-7, dan fondasi sebesar 1x10-8. Annual Probability of Failure sebesar 1,11101x10-5. Probabilitas risiko metode tradisional tubuh bendungan adalah 0,1 dan 0,1, 0,001 pada pelimpah, 0,01 pada pengambilan, dan 0,001 pada fondasi. Kelas risiko kegagalan metode ICOLD adalah tinggi dengan nilai 48.Kata kunci: Penilaian Risiko, Bendungan Gerokgak, Metode Pohon Kejadian (Event Tree), Metode Tradisional, Annual Probability of Failure (APF)  Abstract: Dams can be danger if failure. Beside dam safety inspection, risk assessment is also needed for safety management. In this study, risk assessment use event tree, traditional engineering standard and ICOLD methods. Event tree method has advantage systematically can show dam failure potencies from the beginning event than engineering traditional standard that absolutly based on approach standard. While ICOLD method has adventage to know the dam risk classification. The risk failure probabilities by event tree method are 1x10-5 and 1x10-6 for dam body, 1x10-10 of spillway, 1x10-7 of intake and 1x10-8 of foundation. Annual Probability of Failure is 1,11101x10-5. The risk failure probabilities by traditional engineering standard are 0,1 and 0,1 of dam body, 0,001 of s pillway, 0,01 of intake, and 0,001 of foundation. Dam risk classification by ICOLD method is high risk with value of 48.Keywords: Risk Assessment, Gerokgak Dam, Event Tree Method, Traditional Engineering Standard, Annual Probability of Failure (APF).
ANALISIS STABILITAS LERENG BENDUNGAN WONOREJO BERDASARKAN PETA GEMPA 2004 DAN PETA GEMPA 2010 Restuti, Nisa Andan; Juwono, Pitojo Tri; Hendrawan, Andre Primantyo
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.907 KB)

Abstract

Abstrak : Analisis dilakukan pada kestabilan lereng Bendungan Wonorejo dengan parameter gempa termodifikasi berdasarkan Peta Gempa 2004 dan Peta Gempa 2010. Angka keamanan pada Peta Gempa 2004 cenderung lebih besar daripada Peta Gempa 2010 untuk gempa OBE, sedangkan untuk Gempa MDE angka keamanan pada Peta Gempa 2004 lebih kecil daripada Peta Gempa 2010. Batas aman kala ulang yang dapat ditoleransi oleh Bendungan Wonorejo yaitu pada kala ulang gempa 200 tahun setara dengan gempa kekuatan 6,1 SR.Kata Kunci: stabilitas, NWL, HWL, RDD, Peta Gempa Abstract : Analysis on Wonorejo Dam slope stability the earthquake parameters modified by Earthquake Maps 2004 and 2010. Safety factor on the Earthquake Map in 2004 tend to be larger than Earthquake Map 2010 in OBE, while for safety factor on the Earthquake Map  2004 is smaller than the Earthquake Map 2010 in MDE. Safety Limits for safe return period that can be tolerated by the dam which is return periode 200 year equivalent to 6,1 SR.Key words :  stability, NWL, HWL, RDD, earthquake map