cover
Contact Name
Rizky Abdulah
Contact Email
r.abdulah@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
editorial@ijcp.or.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
ISSN : 23375701     EISSN : 2337 5701     DOI : -
Core Subject :
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy (IJCP) is a scientific publication on all aspect of clinical pharmacy. It published 4 times a year by Clinical Pharmacy Master Program Universitas Padjadjaran to provide a forum for clinicians, pharmacists, and other healthcare professionals to share best practice, encouraging networking and a more collaborative approach in patient care. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy is intended to feature quality research articles in clinical pharmacy to become scientific guide in fields related to clinical pharmacy. It is a peer-reviewed journal and publishes original research articles, review articles, case reports, commentaries, and brief research communications on all aspects of Clinical Pharmacy. It is also a media for publicizing meetings and news relating to advances in Clinical Pharmacy in the regions.
Arjuna Subject : -
Articles 536 Documents
Analisis Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Kota Singkawang terhadap Obat Generik Morison, Forid; Untari, Eka K.; Fajriaty, Inarah
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.27 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.1.39

Abstract

 Data survei menunjukkan penggunaan obat generik di Indonesia masih sangat kecil, yaitu sebesar 7%. Hal ini disebabkan pengetahuan dan persepsi yang buruk terhadap obat generik. Tingkat pengetahuan dan persepsi terhadap obat generik dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat dan sumber informasimengenai obat generik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara karakteristik masyarakat beserta sumber informasi dengan tingkat pengetahuan dan persepsi terhadap obat generik. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatan deskriptif potong lintang pada 142 responden terpilih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2014 di beberapa lokasi yang dipilih secara acak di Kota Singkawang. Penelitian menunjukkan sebanyak 76 responden (53,5%) memiliki pengetahuan yang kurang memadai dan 123 responden (86,6%) memiliki persepsi yang baik terhadap obat generik. Terdapat hubungan yang signifikan antara etnis (p=0,000) dan sumber informasi (p=0,009) dengan tingkat pengetahuan mengenai obat generik pada taraf signifikansi p<0,05. Sosialisasi informasi secara luas mengenai obat generik harus terus dilanjutkan untuk meningkatkan penggunaan obat generik meskipun persepsi yang baik terlihat pada responden.Kata kunci: Asosiasi, obat generik, persepsi, tingkat pengetahuanAnalysis of Knowledge Level and Perception on Singkawang City Community towards Generic MedicinesSurvey data show that the use of generic medicines in Indonesia is relatively very small, which only amounted 7%. This is due to lack of knowledge and poor perceptions towards generic medicines. Knowledge level and perceptions towards generic medicines are influenced by community characteristics and information resource regarding generic medicines. The aim of this study was to determine the association between community characteristic and information resources with knowledge level and perception towards generic medicines. This study was an analytical survey with cross-sectional descriptive approach on 142 selected respondents who were fulfil inclusion and exclusion criteria. This study was conducted in June 2014 at several randomly selected locations on Singkawang City. The study show that 76 respondents (53.5%) had inadequate knowledge and 123 respondents (86.6%) had a good perception towards generic medicines. There is significant relationship between ethnicity (p=0.000) and information resources (p=0.009) with knowledge level regarding generic medicines at significance level of p<0.05. Although good perceptions were noted among the respondents, widespread dissemination of information regarding generic medicines should be continued to increase generic medicines used.Key words: Association, generic medicines, knowledge level, perceptions
Diabetes Support Groups Improve Patient’s Compliance and Control Blood Glucose Levels Izzah, Zamrotul; Suprapti, Budi; Aryani, Toetik; Budiatin, Aniek S.; Rahmadi, Mahardian; Hapsari, Pharmasinta P.; Ramadiani, Fathia; Shinta, Dewi W.; Andarsari, Mareta R.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.142 KB)

Abstract

Providing information is not enough to improve diabetic patient’s compliance and achieve goals of therapy. Patient’s good awareness as well as emotional and social supports from family and community may play an important role to improve their compliance and clinical outcomes. Therefore, diabetes support groups were developed and each support group consisted of two pharmacists, two nurses, diabeticpatients and their family members. A total of 70 type 2 diabetic patient’s were enrolled and randomized into support group 1 and support group 2. Patients in the group 1 received information leaflets only, while patients in the group 2 received pharmacist counselling and information leaflets at each meeting. Patient’s awareness of diabetes and compliance with medications were assessed by a short questionnaire at baseline and final follow-up. Blood glucose and cholesterol levels were also evaluated in both groups.At the end of study, the overall patient’s awareness and compliance improved by 61.5%. The random and fasting blood glucose levels decreased over than 30% in the group 2 and around 14% in the group 1. This study reveals that collaboration between health care professionals and community in the diabetes support group might help diabetic patients to increase their knowledge and compliance with the diabetes therapy as well as glycaemic control.Key words: Diabetes, group awareness program, pharmacist, patient counselling Kelompok Dukungan terhadap Diabetes Meningkatkan Kepatuhan dan Kontrol Kadar Glukosa Darah PasienMenyediakan informasi tidak cukup untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes dan mencapai tujuan terapi. Kesadaran pasien serta dukungan emosional dan sosial dari keluarga dan masyarakat dapat memainkan peran penting untuk meningkatkan kepatuhan dan hasil klinis. Oleh karena itu, kelompok pendukung diabetes dikembangkan dan masing-masing kelompok pendukung terdiri atas dua apoteker, dua perawat, pasien diabetes dan anggota keluarga mereka. Sebanyak 70 pasien diabetes tipe 2 yang terdaftar dan acak ke dalam kelompok dukungan 1 dan kelompok dukungan 2. Pasien dalam kelompok 1 menerima selebaran informasi saja, sedangkan pasien di kelompok 2 menerima konseling dari apoteker dan informasi diabetes pada setiap pertemuan. Kesadaran Pasien diabetes dan kepatuhan dengan obat dinilai oleh kuesioner singkat pada awal dan akhir. Kadar glukosa darah dan koleste-rol juga dievaluasipada kedua kelompok. Pada akhir penelitian, kesadaran dan kepatuhan pasien secara keseluruhan meningkat 61,5%. Kadar glukosa darah acak dan puasa menunjukkan penurunan 30% pada kelompok 2 dansekitar 14 % pada kelompok 1. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kolaborasi antara profesional perawatan kesehatan dan masyarakat dalam kelompok pendukung diabetes dapat membantu pasien diabetesuntuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan mereka dengan terapi diabetes serta kontrol glikemik. Kata kunci: Diabetes, program penyadaran kelompok, apoteker, konseling pasien
Effect of Combination of Slow Deep Breathing and Ice Therapy towards Comfort Level in Arteriovenous Fistula Insertion of Hemodialysis Patients in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta Isnaini, Nur; Hidayati, Titiek; Sumaryani, Sri
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.767 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.1.45

Abstract

Patients with chronic renal disease undergoing hemodialysis will have arteriovenous (AV) fistula insertion for 2–3 times a week or an average of ten punctures per month. Intervention of comfort technical with combination of slow deep breathing and ice therapy help to reduce discomfort due to AV fistula insertion. The objective of this research was to determine the effect of combination of slow deep breathing and ice therapy on comfort level of AV fistula insertion. This research was conducted from January until February 2015 at PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. Type of this research is a quasi experiment with only post test group design with control group. The sample was divided into 20 patients in intervention group and 20 patients in control groups through simple random sampling technique. For each group, discomfort level was measured using Visual Analog Scale after AV fistula insertion. In intervention group, respondents were given a combination of deep breathing and ice therapy on acupuncture points LI4 10 minutes before insertion. The data were collected twice and analyzed of the difference between intervention group and control group using Chi-Square, Wilcoxon and Mann-Whitney test. There was a significant difference between intervention group and control group using Visual Analog Scale discomfort with p=0.000. Provision of comfort technical intervention with combination of slow deep breathing and ice therapy proved to improve the comfort of hemodialysis patients while undergoing insertion of AV fistula.Keywords: AV fistula insertion, combination of slow deep breathing and ice therapy, comfort level Pengaruh Kombinasi Nafas Dalam dan Terapi Es terhadap Level Kenyamanan Insersi Fistula Arteri-vena Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah YogyakartaPasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan mengalami insersi fistula arteri-vena (AV fistula) selama 2–3 kali seminggu atau rata-rata akan mengalami sepuluh tusukan setiap bulan. Intervensi comfort technical dengan kombinasi nafas dalam dan terapi es membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat insersi AV fistula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi nafas dalam dan terapi es terhadap level kenyamanan insersi AV-Fistula. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Februari 2015. Jenis penelitian ini yaitu quasi eksperimental dengan only post test group design with control group. Sampel dibagi menjadi 20 pasien kelompok intervensi dan 20 pasien kelompok kontrol melalui teknik simple random sampling. Masing-masing kelompok dilakukan pengukuran ketidaknyamanan menggunakan Visual Analog Scale setelah insersi AV fistula. Pada kelompok intervensi, diberikan kombinasi nafas dalam dan terapi es pada titik akupunktur LI4 10 menit sebelum insersi. Pengambilan data dilakukan dua kali dan dianalisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol menggunakan uji Chi-Square, Wilcoxon dan Mann-Whitney. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan skala ketidaknyamanan Visual Analog Scale dengan nilai p=0,000. Pemberian intervensi comfort technical dengan kombinasi nafas dalam dan terapi es terbukti dapat meningkatkan kenyamanan pasien hemodialisis saat menjalani insersi AV-Fistula.Kata kunci: Insersi AV fistula, kombinasi nafas dalam dan terapi es, level kenyamanan
Formulation of the Model Fluconazole Eye Drop and Its Comparison with the Available Fluconazole Eye Drops Thakral, Sunil; Ahuja, Munish
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.595 KB)

Abstract

The aim of the study was to formulate the model formulation of fluconazole eye drop and then compare it with the available eye drops. The corneal permeation studies were conducted using freshly excised sheep cornea, mounted between donor and receptor. The receptor cell had an internal volume of 11 mL, containing ringer bicarbonate (pH 7.4, 34±1 0C). At appropriated intervals 2 ml. samples were withdrawn from the side arm and were analyzed spectrophotometrically by measuring absorbance at λmax of 260 nm. Each experiment was continued for about 2.0 hrs (triplicate). At the end of the experiment, each cornea (freed from sclera) was weighed, soaked in 1 mL. methanol, dried overnight at 90 °C and reweighed. From the difference in weights corneal hydration was calculated. Even though, the marketed formulation (Zocon) comprised of 0.3% w/v of fluconazole and our model formulation contained only 0.2% w/v of fluconazole, the amount of fluconazole permeated from model formulation and the marketed formulation was respectively 78.34±4.26 and 22.14±1.3. The permeation from model formulation was much greater than other preparations and shows less corneal hydration (80.29±0.47) than others available preparations.Key words: Fungal kerititis, fluconazole, in vitro permeation, corneal hydration, model formulationsFormulasi Tetes Mata Fluconazole dan Perbandingannya dengan Tetes Mata Fluconazole di PasaranAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi tetes mata flukonazol dan membandingkannya dengan tetes mata yang beredar di pasaran. Studi permeasi kornea dilakukan dengan menggunakan kornea biri-biri yang telah dikeluarkan, disatukan antara donor dan reseptor. Sel reseptor memiliki volume internal 11 mL, mengandung ringer bicarbonate (pH 7,4, 34±1 0C). Sampel diambil pada interval 2 mL sampel dari bagian lengan bejana dan dianalisis menggunakan spektrofotometri dengan pengukuran absorbansi pada λmax 260 nm. Percobaan dilanjutkan selama dua jam (triplikat). Pada akhir percobaan, setiap kornea (dipisahkan dari sklera) ditimbang, direndam dalam metanol, dikeringkan pada suhu 90 C dan ditimbang ulang, perbedaan berat dari hidrasi korena dihitung. Formulasi yang dipasarkan (Zocon) terdiri atas 0,3% w/v flukonazol sedangkan model formulasi dari penelitian ini hanya mengandung 0,2% w/v flukonazol, jumlah flukonazol yang mengalami permeasi dari model formulasi dan formulasi dipasarkan masing-masing sebesar 78,34±4,26 and 22,14±1,3. Permeasi dari model formulasi lebih besar dibandingkan dengan sediaan dan menunjukkan nilai hidrasi korneal lebih kecil (80,29±0,47) dibandingkan dengan sediaan di pasaran.Kata kunci: Fungal kerititis, fluconazole, permeasi in vitro corneal hydration, model formulations
Efek Astaxanthin dan Latihan Teratur terhadap Pola Stres Oksidatif Pria Setelah Aktivitas Berat Sylviana, Nova; Gunawan, Hanna; Lesmana, Ronny; Purba, Ambrosius; Akbar, Ieva B.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.938 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.1.46

Abstract

Aktivitas fisik berat meningkatkan senyawa oksigen reaktif dalam tubuh yang diketahui dengan mengukur kadar malondialdehid (MDA) dari hasil proses lipid peroksidase yaitu kerusakan oksidatif pada biomolekul lipid akibat reaktivitas senyawa oksigen reaktif (SOR), namun pola perubahan kadar MDA plasma seseorang setelah beraktivitas fisik berat masih belum dipahami. Antioksidan potensial seperti astaxanthin dan latihan teratur diduga dapat memengaruhi pola perubahan kadar MDA tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian eksperimental dengan subjek 15 orang pria terlatih dan 15 orang pria tidak terlatih anggota sebuah pusat kebugaran di Bandung, usia 18–25 tahun yang terbagi menjadi kelompok yang mendapatkan suplemen astaxhantin atau plasebo selama satu minggu secara buta ganda. Setelah pemberian suplemen atau plasebo, setiap kelompok melakukan tes aktivitas anaerobik berat. Dilakukan pengukuran MDA rerata (mmol/mL) sebelum dilakukan tes, langsung setelah tes, 6 jam setelah tes, dan 24 jam setelah tes. Data yang dianalisis menggunakan uji ANOVA diikuti uji Duncan menunjukkan bahwa sebelum tes keempat kelompok mempunyai rerata yang hampir sama, sementara rerata MDA yang diperiksa pada setelah tes pada kelompok pria terlatih dengan suplementasi astaxanthin memiliki rerata MDA terendah, sementara yang tertinggi pada kelompok pria tak terlatih dengan plasebo (p<0,05). Perubahan rerata MDA pada setiap kelompok menunjukkan pola dinamis sama yaitu meningkat tajam langsung setelah tes latihan fisik, mulai mengalami penurunan pada jam ke–6 dan kembali ke rerata awal pada jam ke–24 (p<0,05), kecuali pada kelompok pria tak terlatih dengan plasebo meningkat 2 kali dari nilai awal. Hal ini menunjukkan astaxanthin dan latihan mempunyai efek positif terhadap peningkatan kadar MDA namun tidak memengaruhi pola perubahannya setelah aktivitas fisik berat.
Penilaian Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks dengan Kemoterapi Paklitaksel–Karboplatin di RSUP Sanglah Tunas, I Ketut; Yowani, Sagung C.; Indrayathi, Putu A.; Noviyani, Rini; Budiana, I Nyoman G.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.193 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.1.35

Abstract

Pemberian kemoterapi pada pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB selain menimbulkan efek terapi juga menimbulkan efek samping berupa penurunan kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan pada Februari–Juni 2014 di Bagian Obstetri dan Gineklogi RSUP Sanglah Denpasar secara observasional dengan metode case study prospective. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner EORTC QLQ C30 yang dikombinasikan dengan wawancara sebelum dan setelah kemoterapi paklitaksel-karboplatin sebanyak 3 seri pada pasien kanker serviks sel skuamosa stadium IIB-IIIB. Penelitian kualitas hidup dilakukan secara umum dan pada 15 domain yang memengaruhi kualitas hidup. Terdapat 12 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pemberian kemoterapi regimen paklitaksel-karboplatin dapat meningkatkan kualitas hidup dengan penurunan nilai mean dari 48,083±5,451 menjadi 44,083±3,872. Terdapat perbedaan bermakna pada nilai kualitas hidup pasien sebelum dan setelah kemoterapi paklitaksel-karboplatin (nilai p=0,038). Terdapat penurunan kualitas hidup pada domain mual muntah, penurunan nafsu makan, fatigue, dan fungsi sosial. Domain dengan peningkatan kualitas hidup yaitu nyeri, fungsi fisik, fungsi emosional, sulit tidur, dan kesulitan keuangan. Pemberian kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada 12 pasien dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks.Kata kunci: Domain kualitas hidup, kanker serviks, kualitas hidup, paklitaksel-karboplatinThe Assessment Quality of Life For Patients with Cervical Cancer Using Chemotherapy Paclitaxel-Carboplatin in Sanglah Chemotherapy administration to patients with cervical cancer stage IIB-IIIB not only causing a therapeutic effect but also decrease in quality of life. This study was conducted in February–June 2014 in the Department of Obstetrics and Gynecology Sanglah Hospital with observational prospective case study method. Data were collected using the EORTC QLQ C30 questionnaire combined with interview before and after chemotherapy paclitaxel-carboplatin as much as 3 series in patients with squamous cell cervical cancer stage IIB-IIIB. Assesment was done in general quality of life and 15 domains that affect the quality of life. There were 12 patients who met the inclusion criteria. Administration chemotherapy with paclitaxel-carboplatin can improve the quality of life shown by decrease mean value from 48.083±5.451 to 44.083±3.872. There were significant differences in the value of the quality of life before and after being given chemotherapy paclitaxel-carboplatin (p-value 0.038). There were decrease in the quality of life of the domain nausea, vomiting, decreased appetite, fatigue, and social functions. Domains that have increased the quality of life is pain, physical functioning, emotional functioning, sleeplessness, and financial difficulties. Administration of chemotherapy paclitaxel-carboplatin can improve the quality of life of patients with cervical cancer.Key words: Domain quality of life, cervical cancer, paclitaxel-carboplatin, quality of life
Monitoring Pola Peresepan Obat Pasien Usia 0–2 Tahun Menggunakan Indikator WHO Priyadi, Ahmad; Destiani, Dika P.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.995 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola peresepan obat pada pasien usia 0–2 tahun dengan menggunakan lima indikator peresepan berdasarkan guideline World Health Organization yaitu jumlah obat per lembar resep, penggunaan obat generik, Antibiotik, sediaan parenteral, dan obat esensial. Pengumpulan data resep rawat jalan pasien 0–2 tahun diambil secara Retrospektif pada periode Januari–Desember 2012 di salah satu fasilitas kesehatan di Bandung. Dari 2741 lembar resep dengan 6350 obat didalamnya, diperoleh rata-rata jumlah obat per lembar yaitu 2,31 obat per lembar. Penggunaan obat generik sebesar 9,19% dari 6350 obat. Persentase penggunaan antibiotik sebesar 67,53% dan tidak ada penggunaan obat dengan sediaan injeksi dari 2741 lembar resep, sedangkan penggunaan obat esensial sebesar 45,02 % dari 6350 obat yang diresepkan. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan obat generik dan Esensial tergolong rendah sedangkan tingkat penggunaan antibiotik relatif tinggi dibandingkan dengan rekomendasi World Health Organization.Kata kunci: Pola peresepan, obat, WHO Monitoring of Patients Aged 0–2 Years Drug Prescribing  Pattern Used Indicator from WHOThe aim of this study was to evaluate drug used by patients 0–2 years old using five World Health Organization guideline for prescribing indicators, which include average number of drugs per encounter, percentage of drugs prescribed by generic name, percentage of encounters with an antibiotics, injection prescribed, and drugs prescribed from essential drugs list or formulary. Outpatient prescription of patients 0–2 years old period January–Desember 2012 were collected retrospectively in one of health facility in Bandung. Average number of drugs per encounter was gained by dividing 6350 drugs with 2741 prescriptions. Percentage of using generic drugs was 9,19 %, antibiotics were 67,53 % and no injections per encounters, whereas percentage of drugs prescribed from essential drugs list was 45,02 %. The result showed that usage of generic drugs and essential drugs were low while the usage of antibiotics is relatively higher than World Health Organization recommendation.Key words: Prescribing pattern, drug, WHO
Penggunaan Antibakteri Golongan Carbapenem pada Pasien Dewasa Rawat Inap Sebuah Rumah Sakit Swasta di Surabaya Halim, Steven V.; Yulia, Rika; Setiawan, Eko
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.39 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.4.267

Abstract

Kasus resistensi terhadap carbapenem merupakan salah satu masalah kesehatan global. Penggunaan yang tidak bertanggung jawab secara luas, berulang, dan dalam jangka waktu yang panjang merupakan faktor yang menentukan terjadinya fenomena tersebut. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran penggunaan dan kesesuaian penggunaan carbapenem untuk beberapa penyakit infeksi pada sebuah rumah sakit swasta di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data rekam medis pasien dewasa yang mendapatkan carbapenem selama periode Januari 2014–September 2014 sebagai bahan penelitian. Penggunaan carbapenem dinyatakan dalam defined daily dose (DDD). Proses analisis kesesuaian jenis, dosis, dan durasi pemberian antibiotik dilakukan dengan menggunakan pedoman terapi Infectious Disease Society of America (IDSA) terbaru sebagai pustaka utama dan Drug Information Handbook edisi 22 sebagai pustaka pendukung. Kesesuaian jenis antibiotik dibandingkan dengan hasil kultur juga dianalisis dalam penelitian ini. Sebanyak 255 data rekam medis pasien dewasa dianalisis dalam penelitian ini. Total penggunaan carbapenem selama periode pengamatan sebesar 1462,25 DDD. Densitas penggunaan carbapenem dapat diklasifikasikan rendah yaitu hampir 20% dari total pasien rawat inap per hari mendapat carbapenem (19,39 DDD/100 bed-days). Sebagian besar penggunaan carbapenem diberikan secara IV bolus. Terdapat 72,95% dan 59,52% penggunaan carbapenem yang dinyatakan sesuai berdasarkan analisis dengan menggunakan pedoman terapi dan hasil kultur, secara berturut-turut. Dengan mempertimbangkan profil penggunaan tersebut, carbapenem perlu digunakan secara lebih bertanggung jawab. Penelitian terkait profil resistensi patogen terhadap golongan carbapenem perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi pengambilan kebijakan terkait penggunaan antibakteri golongan tersebut.Kata kunci: Carbapenem, DDD, defined daily dose, drug utilization review Carbapenem Utilization among Adults Inpatients in One Private Hospital in SurabayaCarbapenem resistance is one of the most frightening health problems globally. What determines the occurrence of carbapenem resistance phenomenon is the widely, repeated, irresponsible utilization of carbapenem over a long period of time. This research was aimed to provide an overview of the carbapenem utilization and its appropriateness compared with the guidelines. This research was a descriptive research that analyzed medical record data of adult patients who used carbapenem from January to September 2014 in one private hospital in Surabaya. The carbapenem utilization was defined in defined daily dose (DDD). Identifying the appropriateness of antibiotics’ type, dosage regimen, and duration of treatment were conducted by using the newest Infectious Disease Society of America (IDSA) guidelines as the main reference and Drug Infomation Handbook 22th edition (2014) as the secondary reference. Moreover, the appropriateness of type of antibiotics used for each patient was also analyzed by comparing the actual dosage used with the microbiology culture results. There were 255 adult patient’s medical records used in the present research. The total amount of carbapenem utilization during the observation period was 1462.25 DDD. The density of carbapenem utilization could be considered as low, i.e. almost 20% of total inpatients per day being prescribed with carbapenem (19.39 DDD/100 bed-days). There were 72.95% and 59.52% carbapenem utilization which were defined appropriate based on the analysis using IDSA guidelines and bacteria culture results respectively. Considering the profile of antibiotics utilization in this hospital, the antibiotics prescribing pattern could be improved to a more responsible pattern. Further researches exploring the relationship between pathogen resistance and carbapenem consumption need to be conducted in relation to the consideration in making local hospital regulation regarding the use of antibiotics in the hospital settings.Keywords: Carbapenem, DDD, defined daily dose, drug utilization review
Perbedaan Fungsi Ginjal, Hati dan Darah pada Pasien Kanker Serviks dengan Kemoterapi Bleomisin, Oncovin®, Mitomisin dan Karboplatin (Studi Kasus di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015) Noviyani, Rini; Budiana, I Nyoman G.; Indrayathi, Putu A.; Niruri, Rasmaya; Tunas, I Ketut
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 4 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.043 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.4.269

Abstract

  Regimen Bleomisin Oncovin® Mitomisin-Karboplatin (BOM-Karboplatin) sebagai kemoterapi tidak terlepas dari efek samping yang ditimbulkan yaitu toksisitas pada organ tubuh diantaranya adalah ginjal, hati, dan darah, dimana terjadinya toksikitas pada organ ginjal dapat diindikatorkan dengan parameter Serum Kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN). Terjadinya toksisitas pada organ hati dapat diukur dengan parameter SGOT dan SGPT serta toksisitas pada fungsi darah diindikatorkan dengan nilai hemoglobin, trombosit, leukosit. Belum terdapat data mengenai efek toksik dari kemoterapi BOM-Karboplatin pada pasien kanker serviks sel skuamosa stadium IIB–IIIB di RSUP Sanglah Denpasar, sehingga penelitian ini dilakukan melalui pemantauan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah. Penelitian ini merupakan studi kasus observasional terhadap sembilan pasien yang diikuti selama tiga seri kemoterapi dari bulan Februari hingga Agustus 2015. Data serum kreatinin, BUN, SGOT, SGPT, hemoglobin, trombosit, dan leukosit yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t berpasangan untuk data yang terdistribusi normal dan uji Wilcoxon untuk data yang tidak terdistribusi normal dengan tingkat kepercayaan 95% dan dikatakan berbeda bermakna bila p<0,05. Hasil studi kasus ini menunjukkan nilai serum kreatinin (p=0,530), BUN (p=0,553), SGOT (p=0,162), SGPT (p=0,054), Hemoglobin (p=0,034), Trombosit (p=0,028), dan Leukosit (p=0,011), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan fungsi darah yang signifikan ditandai dengan adanya penurunan signifikan pada parameter hemoglobin, trombosit dan leukosit sebelum kemoterapi I dan sesudah kemoterapi III BOM-Karboplatin, sehingga diperlukan monitoring ketat terhadap fungsi darah pasien yang menerima kemoterapi BOM-Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar.Kata kunci: BOM-Karboplatin, fungsi darah, kanker serviks, kemoterapi, RSUP Sanglah, toksisitasThe Difference of Kidney, Heart and Blood Function on Cervical Cancer Patients with Chemotherapy, Bleomycin, Oncovin®, Mitomycin and Carboplatin (Case Study in Sanglah General Hospital, Denpasar in 2015) Oncovin® bleomycin mitomycin-carboplatin (BOM-carboplatin) regimen as chemotherapy is inseparable from the side effects it can caused which is toxicity to organs including the kidneys, liver, and blood where the toxicity in the kidneys can be indicated by the parameter of Serum Creatinine and Blood Urea Nitrogen (BUN), the occurrence of toxicity in the liver can be measured by the parameters of SGOT and SGPT, and toxicity to blood function can be indicated by the value of hemoglobin, platelets, leukocytes. The absence of data on the toxic effects of chemotherapy BOM-carboplatin in patients with squamous cell cervical cancer stage IIB–IIIB in Sanglah General Hospital in Denpasar, had made this research conducted through monitoring of kidney, liver and blood function. This study is an observational case study of nine patients who were followed for three rounds of chemotherapy from February to August 2015. Data of creatinine serum, BUN, SGOT, SGPT, hemoglobin, platelets, and leukocytes were analyzed using paired t-test for the data that were normally distributed and Wilcoxon test for the data that were not normally distributed with a confidence level of 95% and was said to be significantly different when p<0.05. The results of this case study demonstrated the value of serum creatinine (p=0.530), BUN (p=0.553), SGOT (p=0.162), SGPT (p=0.054), hemoglobin (p=0.034), platelets (p=0.028), and leukocytes (p=0.011) so it could be concluded that there was a significant decrease of blood function which could be characterized by a significant decrease in the parameters of hemoglobin, platelets and leucocytes before chemotherapy I and after chemotherapy III BOM-carboplatin, so it required strict monitoring of the blood function of the patients who received chemotherapy BOM-carboplatin in Sanglah General Hospital in Denpasar.Keywords: BOM-carboplatin, blood function, cervical cancer, chemotherapy, Sanglah General Hospital, toxicity
Pengaruh Pemberian Edukasi Obat terhadap Kepatuhan Minum Obat Warfarin pada Pasien Sindrom Koroner Akut dan Fibrilasi Atrium di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pusmarani, Jastria; Mustofa, Mustofa; Darmawan, Endang
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 4 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.38 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.4.257

Abstract

Peningkatan kepatuhan minum obat warfarin pada pasien sindrom koroner akut (SKA) dan fibrilasi atrium (FA) salah satunya dapat diberikan melalui edukasi dengan pemberian leaflet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi dengan leaflet oleh apoteker terhadap kepatuhan minum obat warfarin pada pasien SKA dan FA. Penelitian ini menggunakan metode uji sebelum dan sesudah menggunakan pembanding. Pengambilan data dilakukan secara prospektif selama 8 minggu periode Juni–Juli 2014 pada pasien rawat jalan SKA dan FA di poliklinik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Data diambil melalui rekam medik pasien dan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang diberikan pada pasien. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian pada kelompok pembanding “ uji sebelum dan sesudah” sebesar p=0,194 dan kelompok perlakuansebesar p=0,058. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) setelah diberikan edukasi dengan leaflet. Pemberian edukasi dengan leaflet tidak memengaruhi kepatuhan minum obat warfarin pada pasien SKA dan FA di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Kata kunci: Fibrilasi atrium (FA), kepatuhan, sindrom koroner akut (SKA), warfarinThe Effect of Medicinal Education on Adherence Taking Warfarin in Acute Coronary Syndrome (ACS) and Atrial Fibrilation (AF) Patients at PKU Muhammadiyah Yogyakarta HospitalIn order to improve warfarin medication adherence in patient with Acute Coronary Syndrome (ACS) and Atrial Fibrillation (AF), giving education with leaflet administration is one of the solutions. This study was aim to know the impact of pharmacist education with using prepared leaflet on the adherence to warfarin in ACS and AF patients. This study used pre test and post test with control group design. Data were collected prospectively during 8 weeks in June–July 2014 at the ambulatory ACS and AF patients at PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital, Indonesia. Data were collected by medical record and the questionnaire using Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Wilcoxon test was used for statistical analysis. The results shows pre test and post test value in the control group was p=0.194 and pre and post test value in the test group was p=0.058. There was no significant difference (p>0.05) after giving education with leaflet. The education with leaflet had no effect to adherence in warfarin in ACS and AF patients at PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital.Keywords: Acute coronary syndrome, adherence, atrial fibrilation, warfarin

Page 9 of 54 | Total Record : 536


Filter by Year

2012 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 2 (2025) Vol 14, No 1 (2025) Article in Press Vol 13, No 3 (2024) Vol 13, No 2 (2024) Vol 13, No 1 (2024) Vol 12, No 3 (2023) Vol 12, No 2 (2023) Vol 12, No 1 (2023) Vol 11, No 4 (2022) Vol 11, No 3 (2022) Vol 11, No 2 (2022) Vol 11, No 1 (2022) Vol 10, No 4 (2021) Vol 10, No 3 (2021) Vol 10, No 2 (2021) Vol 10, No 1 (2021) Vol 9, No 4 (2020) Vol 9, No 3 (2020) Vol 9, No 2 (2020) Vol 9, No 1 (2020) Vol 8, No 4 (2019) Vol 8, No 3 (2019) Vol 8, No 2 (2019) Vol 8, No 1 (2019) Vol 7, No 4 (2018) Vol 7, No 3 (2018) Vol 7, No 3 (2018) Vol 7, No 2 (2018) Vol 7, No 2 (2018) Vol 7, No 1 (2018) Vol 7, No 1 (2018) Vol 6, No 4 (2017) Vol 6, No 4 (2017) Vol 6, No 3 (2017) Vol 6, No 3 (2017) Vol 6, No 2 (2017) Vol 6, No 2 (2017) Vol 6, No 1 (2017) Vol 6, No 1 (2017) Vol 5, No 4 (2016) Vol 5, No 4 (2016) Vol 5, No 3 (2016) Vol 5, No 3 (2016) Vol 5, No 2 (2016) Vol 5, No 2 (2016) Vol 5, No 1 (2016) Vol 5, No 1 (2016) Vol 4, No 4 (2015) Vol 4, No 4 (2015) Vol 4, No 3 (2015) Vol 4, No 3 (2015) Vol 4, No 2 (2015) Vol 4, No 2 (2015) Vol 4, No 1 (2015) Vol 4, No 1 (2015) Vol 3, No 4 (2014) Vol 3, No 4 (2014) Vol 3, No 3 (2014) Vol 3, No 3 (2014) Vol 3, No 2 (2014) Vol 3, No 2 (2014) Vol 3, No 1 (2014) Vol 3, No 1 (2014) Vol 2, No 4 (2013) Vol 2, No 4 (2013) Vol 2, No 3 (2013) Vol 2, No 3 (2013) Vol 2, No 2 (2013) Vol 2, No 2 (2013) Vol 2, No 1 (2013) Vol 2, No 1 (2013) Vol 1, No 4 (2012) Vol 1, No 4 (2012) Vol 1, No 3 (2012) Vol 1, No 3 (2012) Vol 1, No 2 (2012) Vol 1, No 2 (2012) Vol 1, No 1 (2012) Vol 1, No 1 (2012) More Issue