cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Fakultas Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 486 Documents
APLIKASI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) DAN DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) DALAM MINUMAN CELUP Wika, Yuliana; Mushollaeni, Wahyu; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dipping drinks are drinks in the form of powder or fine granules made from fruits, spices, grains or leaves which are packaged in packs in the form of a dipping bag. Dipping drinks can be served quickly by brewing with hot water. Dipping drinks are made with raw materials of secang wood and leaves are dried through the drying process using a drying oven. This study aims to obtain secang wood and senggani leaf formulations in the form of dipping drinks that have the best physical and chemical qualities, and are feasible to be developed on a home industry scale. This study used a completely randomized design (CRD) with one factor, namely the formulation of secang wood and senggani leaf as many as 5 formulations. The treatment was repeated three times to obtain 15 experimental units. The best treatment in this study is found in the formulation of 80% secang wood and 20% senggani leaf, with the parameter value of dissolved solids is 0.2, the water content is 9.77, and the ash content is 5.92. The organoleptic test showed the color preference was 3.66, the taste was 3.74, and the aroma was 3.76. Minuman celup adalah minuman yang berupa serbuk atau butiran halus dibuat dari bahan buah-buahan, rempah-rempah, biji-bijian atau daun yang dikemas dalam kemasan berupa kantong celup. Minuman celup dapat disajikan secara cepat dengan cara diseduh dengan air panas. Minuman celup salah satu dapat dibuat dengan Bahan baku kayu secang dan daun senggani dengan melalui proses pengeringan Kayu Secang Daun Senggani dilakukan dengan menggunaka oven pengering. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi Kayu Secang Dan Daun Senggani dalam bentuk minuman celup yang memiliki kualitas fisik dan kimia terbaik, serta layak diusahakan dalam skala industri rumah tangga. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu formulasi Kayu Secang Daun Senggani sebanyak 5 formulasi. Perlakuan ini diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Perlakuan formulasi minuman celup Kayu Secang dan Daun Senggani merupakan hasil dari perhitungan perlakuan terbaik dalam penelitian ini yaitu terdapat pada formulasi 80% Kayu Secang dan 20% Daun Senggani. Nilai rerata setiap parameter padatan terlarut 0.2, kadar air 9.77, kadar abu 5.92, uji organoleptik meliputi warna 3.66, rasa 3.74, aroma 3.76.
SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG JAGUG PULUT DAN FORTIFIKASI DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU PADA PEMBUATAN COOKIES Togo, Ludwika Y; Ahmadi, KGS; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cookies are one of the favorite snack of Indonesian society, but cookies generally have only high energy advantages. So it takes other key ingredients that can increase the nutritional content of cookies. Such as protein, fiber and provitamin A. The purpose of this research is to know the substitution of wheat flour: corn flour and fortification of green beans to produce cookies with the best treatment. This study used a randomized block design with two factors, where firt factor was the addition of wheat flour with corn flour (0%), (15%), (30%), (45), and second was fortification of green bean flour (5%, 10%, 15%). thu combinations were repeated 3 times so that 36 samples of cookies were obtained. The results showed that the best treatment was found in 60% flour substitution with 30% corn flour maize and fortified green bean flour 15% with parameters of protein content 9.26, ash content of 1.28%, fracture 23.09 N, moisture content 6.42% and the development volume of 15.01 cm³. Cookies adalah salah satu makanan ringan yang digemari oleh masyarakat indonesia, tetapi pada umumnya cookies hanya mempunyai keunggulan tinggi energi karena mengandung protein, serat dan provitamin A. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan substitusi parsial tepung terigu dengan tepung jagung pulut dan fortifikasi tepung kacang hijau yang terbaik pada pembuatan cookies Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor, dimana faktor satu adalah penambahan tepung terigu dengan tepung jagung pulut (0%), (15%), (30%), (45), dan faktor dua adalah fortifikasi tepung kacang hijau (5%, 10%, 15%). Seluruh kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 sampel cookies. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada substitusi tepung terigu 60% dengan tepung jagung pulut 30% dan fortifikasi tepung kacang hijau 10% dengan parameter kadar protein 9,26, kadar abu 1,28%, daya patah 20 N, kadar air 6,42 % dan volume pengembangan 14,07 cm³.
ANALISA KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KUE PITA MENGGUNAKAN MOCAF (Modified Cassava Flour) Buru, Romika Jibrael; Santosa, Budi; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cake pita is a typical snack from East Nusa Tenggara, this snack is made by frying after batter is printed, pita cake is classified as a pastry made from flour, wheat flour contains a protein called gluten, this gluten protein is actually not good for human health. Because it is difficult to digest by the digestive system, so one is looking for low-protein sources mocaf. The purpose of this study was to analyze the business feasibility of making cake Pita with mocaf. The analytical study of the business of making cake pita with this mocaf source used calculations to find out the total investment costs and production costs needed. The calculated the calculation of Break Event Point (BEP), Basic of Production and Price of Selling (HPP), Revenue Cost Ratio (RCR). This research also tried to find out the profits both monthly and yearly term. The business analysis calculation results showed that the making of cake pita with mocaf source the HPP production was IDR . 6.325,00/ pack, the HPP sales with 15% interest was IDR 12,487,00/ pack. The BEP was IDR 88.728.000,00, andthe RCR 1,15 so that the business is feasible. Kue pita merupakan makanan kecil khas Nusa Tenggara Timur, di buat dengan cara di goreng setelah adanon dicetak, kue pita tergolong sebagai kue kering yang terbuat dari bahan baku terigu, terigu mengandung protein gluten sebenar nya tidak bagus untuk kesehatan manusia. Karena sulit di cerna oleh sistem pencernaan, sehingga di cari sumber rendah protein salah satunya adalah mocaf. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisa usaha pembuatan kue pita menggunakan mocaf. Penelitian usaha pembuatan kue pita menggunakan mocaf ini menggunakan perhitungan total biaya investasi dan biaya produksi yang dibutuhkan. Kemudian mencari perhitungan Break Event Point(BEP), Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan (HPP), Revenue Cost Ratio (RCR).Dan juga mencari keuntungan baik dalam jangka waktu bulanan dan tahunan. Hasil perhitungan menunjukkan pembuatan kue pita menggunakan mocaf layak diusahakan karena HPP produksi Rp . 6.325,00/bungkus, HPP penjualan dengan bunga 15% adalah Rp 12,487,00/bungkus. Dengan BEP Rp 88.728.000,00, dan RCR 1,15 sehingga usaha layak dijalankan.
REDESAIN KAWASAN WISATA REKREASI DI PANTAI CEPI WATU KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, NTT Lomes, Klementinus Lodofikus; Setyabudi, Irawan; Nailufar, Balqis
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Currently the development of tourism objects is increasing both natural, cultural and culinary tourism. The increasingly widespread tourism now results in local governments and local communities striving hard to use tourism potential resources. The design of recreational tourism areas is very important because it is basically an effort to increase tourist attraction. Cepi Watu Beach is one of the tourism potentials in East Manggarai Regency. But now Cepi Watu Beach is not arranged and managed optimally because on this beach there are several public facilities that have been damaged and there are no sellers of sofenir or food that can meet the needs of visitors. This study aims to study the potential and constraints in designing the recreational tourism area of Cepi Watu Beach to facilitate the activities of visitors. The method used in this study is a design method according to Simmonds (2006) which is modified. Redesign of the Cepi Watu Beach Tourism Recreation Area is a design that presents a new tourist area design based on existing potential within and outside the region both from the concept of zoning, material, circulation patterns and facilities. From the zoning concept using the concept of the traditional manggarai township which consists of natas, compang and mbaru gendang. For materials in this redesign use existing materials with the aim of minimizing material costs. The circulation pattern follows the songke motif, namely the rongong motif and the wela kaweng motif. While the form of buildings or facilities such as restaurants, gazebos and rental places follows the form of the Manggarai traditional house. Saat ini pengembangan obyek wisata semakin meningkat baik wisata alam, budaya, maupun kuliner. Semakin maraknya wisata saat ini mengakibatkan pemerintah daerah dan masyarakat setempat berupaya keras dalam pemanfaatan sumber potensi wisata. Perancangan kawasan wisata rekreasi sangat penting karena pada dasarnya merupakan upaya untuk menambah daya tarik wisatawan. Pantai Cepi Watu merupakan salah satu potensi wisata yang ada di Kabupaten Manggarai Timur namun saat ini tidak ditata dan dikelola secara optimal dikarenakan di pantai ini ada beberapa fasilitas umum yang telah rusak dan tidak terdapat penjual sofenir maupun makanan yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajian potensi serta kendala dalam meredesain kawasan wisata rekreasi Pantai Cepi Watu untuk memfasilitasi kegiatan para pengunjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desain menurut Simmonds (2006) yang dimodifikasikan. Redesain Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Cepi Watu merupakan perancangan yang menghadirkan rancangan kawasan wisata yang baru berdasarkan potensi yang ada dalam maupun luar kawasan baik dari konsep zonasi, material, pola sirkulasi maupun fasilitas. Dari konsep zonasi menggunakan kosep perkampungan tradisional manggarai yang terdiri dari natas, compang dan mbaru gendang. Untuk material pada redesain ini menggunakan material yang sudah adah dengan tujuan untuk meminimalisirkan biaya material. Pada pola sirkulasi mengikuti motif kain songke yakni motif renggong dan motif wela kaweng. Sedangkan bentuk bangunan atau fasilitas seperti rumah makan, gazebo dan tempat penyewaan mengikuti bentuk dari rumah adat manggarai.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG LIMBAH IKAN TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR PADA AYAM BROILER FASE GROWER Menezes, Isaias Maria dos Santos; Supartini, Nonok; Fitasari, Eka
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of adding fish waste flour to the digestibility of dry matter, organic matter and crude protein in broiler chickens. The experimental method with Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments each treatment unit was repeated 5 times so that there were 25 experimental units. The administration of fish meal waste did not have a significant effect from the four treatments. However, the highest digestibility of dry matter and organic matter was found in P2 treatment given 10% fish meal waste with a crude protein feed of 21.14%. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh penambahan tepung limbah ikan terhadap kecernaan BK, BO dan PK pada ayam broiler. Metode percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan tiap unit perlakuan diulang 5 kali sehingga terdapat 25 unit percobaan. Pemberian limbah tepung ikan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari ke empat perlakuan. Namun kecernaan bahan kering dan bahan organik tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yang diberikan limbah tepung ikan sebesar 10% dengan protein kasar pakan 21,14%.
Pengaruh Konsentrasi Gula dan Natrium Metabisulfit terhadap Mutu Manisan Nangka Kering(Artocarpus Heterophyllus) Kaka, Heleria Ambu; Ahmadi, KGS; Rozana, Rozana
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Candied fruit is a products that is processed by adding sugar with the aim of giving it a sweet taste, and preventing the growth of microorganisms (fungi, yeasts, and bacteria), so that it can extend its storage time. The purpose of this study was to obtain the best concentration of sugar and sodium metabisulfite on the quality of candied dry jackfruit. This research used a Factorial Completely Randomized Design, the first factor was the concentration of sugar solution, with 3 levels, namely: 50%, 60%, and 70%. While the second factor was the concentration of sodium metabisulfite solution with 3 levels, namely: 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm. The results showed that the best treatment (60% sugar and sodium metabisulfi 200 ppm) with physicochemical parameters of water content (0.2758%), sugar content (0.0548%), yield (0.1055%) while organoleptic tests were obtained taste (4,1), aroma (3,8), color (3,8), and texture (3,9). Manisan adalah produk yang diolah dengan menambah gula dengan tujuan untuk memberi rasa manis, dan mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, khamir, dan bakteri), sehingga dapat memperpanjang daya simpan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konsentrasi gula dan natrium metabisulfit yang terbaik terhadap mutu manisan nangka kering. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, Faktor pertama konsentrasi larutan gula, dengan 3 taraf yaitu : 50%, 60%, dan 70%. Faktor kedua adalah konsentrasi larutan natrium metabisulfit dengan 3 taraf yaitu: 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik (gula 60 % dan natrium metabisulfi 200 ppm) dengan parameter fisiko kimia kadar air (0,2758 %), kadar gula (0,0548 %), rendemen (0,1055 %), sementara uji organoleptik diperoleh rasa (4,1), aroma (3,8), warna (3,8), dan tekstur (3,9).
PENGGUNAAN PUPUK HAYATI DAN BOKASI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill.) Tandu, Antonius; Agastya, I Made Indra; Widowati, Widowati
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the dosage combination of bocation fertilizer and biological fertilizer on soybean growth and yield. The research was conducted at Jalan Srigading, No. 01, Gading Kulon Village, Dau District, Malang Regency, East Java Province. The research began in March to May 2018, with altitude of ± 635 m above sea level. This study uses factorial Randomized Block Design (RBD) consisting of 3 replications. The treatment factor in this study consisted of two (2) factors, namely: Factor I is the Bocation Dosage (B) consisting of 3 levels, namely: B0 = Fertilizer dose is located 0 t/ha, (Control), B1 = Dosage of fertilizer is bocated 5 t/ha and B2 = bocation fertilizer dose 10 t/ha. Factor II is Biofertilizer (H) which consists of 2 levels, namely : H0 = Dosage of biofertilizer 0 kg/ha (Control) and H1 = Dosage of biological fertilizer 50 kg/ha. Variable observations are as follows: Plant height (cm), number of leaves (strands), number of branches (branches), number of pods (pods), total plant wet weight (g), total plant dry weight (g), weight of pods (g/pods) ), Seed yield weight (g/plant) and estimated yield (t/ha). The data obtained from the research results were analyzed statistically using the F test, if the results of the variance were significantly different (F count > F table 5%) or very significantly different (F count > F table 1%), then to compare the two treatment averages were tested continued with the Smallest Significant Difference test (LSD) level of 5%. The results showed that there was no interaction on the administration of biofertilizer doses and bocation doses on the growth and production of Grobogan soybean varieties. The best soybean production at the bocation dose of 10 t/ha was 3.10 t/ha, while the best biofertilizer dosage at a dose of 5 kg/ha was 3.02 t/ha. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi dosis pupuk bokasi dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilaksanakan di Jalan Srigading, No. 01, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018, dengan ketinggian tempat ± 635 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 3 ulangan. Faktor Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) faktor, yaitu : Faktor I adalah Dosis Bokasi (B) terdiri dari 3 taraf yaitu : B0 = Dosis pupuk bokasi 0 t/ha, (Kontrol), B1 = Dosis pupuk bokasi 5 t/ha dan B2 = Dosis pupuk bokasi 10 t/ha. Faktor II adalah Pupuk Hayati (H) yang terdiri dari 2 taraf yaitu : H0 = Dosis pupuk hayati 0 kg/ha (Kontrol) dan H1 = Dosis pupuk hayati 50 kg/ha. Variabel Pengamatan sebagai berikut Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Jumlah cabang (cabang), Jumlah polong (polong), Berat basah total tanaman (g), Berat kering total tanaman (g), Bobot polong (g/polong), Bobot hasil biji (g/tanaman) dan Estimasi hasil (t/ha). Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji F, apabila hasil ragam berbeda nyata (F hitung >F tabel 5%) atau berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel 1%), maka untuk membandingkan dua rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi pada pemberian dosis pupuk hayati dan dosis bokasi terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan. Produksi kedelai terbaik pada dosis bokasi 10 t/ha sebesar 3,10 t/ha, sedangkan dosis pupuk hayati terbaik pada dosis 5 kg/ha sebesar 3,02 t/ha.
ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS KENTANG DI DESA NGANTRU KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG Subaidi, Hairul; Muljawan, Rikawanto Eko; Khoirunnisa', Ninin
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted in Ngantru Village, Ngantang Subdistrict, Malang Regency, which aims to find out the channel marketing pattern, Supplementary Chain Management, the amount of costs, benefits and the large marketing margin for fresh potato commodities. Data was collected using a questionnaire, then analyzed descriptively, marketing costs, marketing benefits, and marketing margins. The results of this study indicate that there are two marketing channels. Marketing channel I partner farmers to vendors to consumers PT. Indofood Fritolay Makmur (IFM). Marketing channels II, non-partner farmers to middlemen, to retailers to end consumers. Vendor marketing costs of IDR 6,711.37/Kg, middleman traders amounted to IDR 7,057.5/Kg, and retailers were IDR 8,702.70/Kg. Vendor profits of Rp 88.6435/Kg, middleman traders, amounting to Rp 942.5/Kg, and retailers Rp 3,297.29/Kg. The marketing margin on partner farmers' marketing channel I is IDR 100/Kg and marketing channel II is non-partner farmers which is IDR 5,000/Kg. Penelitian ini dilakukan di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang ini bertujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, Suppllay Chain Management, besarnya biaya, keuntungan dan besarnya marjin pemasaran komoditas kentang segar. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis dengan deskriptif, biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, dan marjin pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat dua saluran pemasaran. Saluran pemasaran I petani mitra ke vendor ke konsumen PT. Indofood Fritolay Makmur (IFM). Saluran pemasaran II petani non mitra ke pedagang tengkulak ke pedagang pengecer ke konsumen akhir. Biaya pemasaran vendor sebesar Rp 6.711,37/Kg, pedagang tengkulak sebesar Rp 7.057,5/Kg, dan pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 8.702,70/Kg. Keuntungan vendor sebesar yaitu Rp 88,6435/Kg, pedagang tengkulak yaitu sebesar Rp 942,5/Kg, dan pedagang pengecer sebesar Rp 3.297,29/Kg. Marjin pemasaran pada saluran pemasaran I petani mitra yaitu sebesar Rp 100/Kg dan saluran pemasaran II petani non mitra yaitu sebesar Rp 5.000/Kg.
EVALUASI ESTETIKA LASKAP PESISIR KAWASAN WISATA PANTAI KOKA MAUMERE FLORES NTT Putra, Alendro N. Djea M. L.; Alfian, Rizki; Nailufar, Balqis
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Koka Maumere Beach Coastal Area is an area that has a variety of natural resources that can be developed into tourist objects and attractions. Koka Maumere Beach has the potential of natural resources, a distinctive and beautiful visual landscape with friendly locals, as well as the availability of natural objects and interesting cultural activities of local people in the coastal area of Koka Beach. With the tourism landscape planning, Koka Beach is expected to improve environmental quality, preserve natural resources, and preserve local culture, and increase the income of local communities. The purpose to be achieved through the research in question is to determine and assess the visual quality of the tourist area of Koka Beach based on the estimation of beauty. Based on the SBE value, Koka Beach in landscape 28 has the highest visual value of 71.786-171.164, medium, which is 40.624-67.855, and the lowest is 00.00-37,428. High beauty classification (T) has a blend of built and natural landscapes that create a landscape with cultural characteristics, moderate (S) beauty classification because sand and green vegetation give a shady and natural beach impression, and a low (R) beauty classification due to the coastal landscape less beautiful, thus reducing aesthetics. Kawasan Pesisir Pantai Koka Maumere merupakan kawasan yang memiliki beragam sumber daya alami yang dapat dikembangkan menjadi objek dan atraksi wisata. Pantai Koka Maumere memiliki potensi sumberdaya alam, visual lanskap yang khas dan indah dengan penduduk setempat yang ramah, serta tersedianya objek alam dan aktivitas budaya masyarakat lokal yang menarik di kawasan pesisir Pantai Koka. Dengan adanya perencanaan lanskap wisata diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan, melestarikan sumberdaya alam, dan melestariakan budaya lokal, serta meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian yang dimaksud adalah menentukan dan menilai kualitas visual kawasan wisata Pantai Koka berdasarkan pendugaan keindahan. Berdasarkan nilai SBE Pantai Koka pada lanskap 28 memiliki nilai visual tertinggi yaitu 71,786-171,164, sedang yaitu 40,624-67,855, dan terendah yaitu 00,00-37,428. Klasifikasi keindahan tinggi (T) terdapat perpaduan lanskap binaan dan alami yang menciptakan lanskap yang berkarakter budaya, klasifikasi keindahan sedang (S) dikarenakan hamparan pasir dan hijaunya vegetasi memberikan kesan pantai yang teduh dan alami, dan klasifikasi keindahan rendah (R) dikarenakan lanskap pantai yang kurang indah, sehingga mengurangi estetika.
MANAJEMEN PENGELOLAAN HUTAN KOTA VELODROME GUNA MENINGKATKAN FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU Bete, Cornelio Rosalino Mau; Djoko, Riyanto; Alvian, Rizki
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urban Forests are areas covered by trees that are allowed to grow naturally which resemble forests that are not arranged like a park, and their location is in or around the city. This research took place in the Velodrome City Forest at Jln. Simpang Terusan Danau Sentani, Kecamatan, Kedung Kandang Malang City The data obtained will be analyzed using qualitative descriptive method, to find out the existing conditions in the form of physical, biophysical social with the City Forest management system related to the Planing Organizing, Actuating and Controling (POAC) aspects. Based on the results of the research conducted, it can be concluded in the Velodrome Urban Forest that several problems were identified, including the Housing and Settlement Area as a Velodrome City Forest Management not yet having a master plan, and the Velodrome Urban Forest management organization has not run properly according to its function and role, Housing Agency And the Poor Settlement Area has a special maintenance budget plan. From these problems there are several recommendations for several aspects, 1) Planning Aspects (Planing). there needs to be a Master Plan for planning the management of Velodrome Urban Forest and establishing a velodrome urban forest maintenance budget plan itself. 2) Organizing Aspects need to be redesigned in the organizational structure for Velodrome Urban Forest so that the organization is organized and organized. 3) Actuating aspects need an organization that regulates all Velodrome Urban Forest management activities. 4) Controlling activities, is the most important thing in an activity, it is necessary to add field officers to control all activities in the field so that all activities in the Velodrome Urban Forest can run smoothly. Hutan Kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami yang menyerupai hutan tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau di sekitar perkotaan. Penelitian ini bertempat di Hutan Kota Velodrome di Jln. Simpang Terusan Danau Sentani, Kecamatan, Kedung Kandang Kota Malang Data yang didapat akan dianalisis menggunakan metode diskriptif kualitatif, untuk memgetahui kondisi eksisting yang berupa fisik, biofisik sosial dengan sistem pengelolaan Hutan Kota terkait aspek Planing Organizing, Actuating dan Controling (POAC). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan di Hutan Kota Velodrome terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi diantaranya, Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman sebagai pengelolah Hutan Kota Velodrome belum memiliki master plan, dan organisasi pengelolaan Hutan Kota Velodrome belum berjalan dengan baik sesuai fungsi dan perannya, Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman belun mempunyai rencana anggaran pemeliharaan yang khusus. Dari permasalahan-permasalahan tersebut terdapat beberapa rekomendasi untuk beberapa aspek, 1) Aspek Perencanaan (Planing). perlu adanya Master Plan untuk perencnaan pengelolan Hutan Kota Velodrome dan menetapkan rencana anggaran pemeliharaan hutan kota velodrome itu sendiri 2) Aspek Organisasi (Organizing) perlu dirancang ulang struktur pengorganisasian untuk Hutan Kota Velodrome agar organisasinya terarah dan teratur. 3) aspek pelaksanaan (Actuating) perlu adanya organisasi yang mengatur seluruh kegiatan pengelolaan Hutan Kota Velodrome. 4) Kegiatan pengawasan (Controling), merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan, maka perlu ditambahkan petugas lapangan untuk mengotrol seluruh kegiatan dilapangan agar semua kegiatan di Hutan Kota Velodrome dapat berjalan dengan lancar.

Page 8 of 49 | Total Record : 486