cover
Contact Name
Fathul Qorib
Contact Email
fathul.indonesia@gmail.com
Phone
+6285354769970
Journal Mail Official
jisip.unitri@gmail.com
Editorial Address
Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP)
ISSN : -     EISSN : 24426962     DOI : 10.33366/jisip
JISIP Journal of Social and Political Science is published three times a year (April, August and December). Article published in JISIP is an article based on the results of research (priority), and articles on scientific reviews of contemporary phenomena in the field of Social and Political Science, Communication and Public Administration. In receiving articles that will be reviewed by internal, external editors and reviewers. Each article entered in the JISIP journal will be sent to the editors section through the Initial Review process. After that, the articles will be sent to peer reviewers to get the Double-Blind Peer Review Process. JISIP will be published papers chosen under the a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 2 (2025)" : 16 Documents clear
Social Interaction Patterns of Former Indonesian Female Migrant Workers: The Role of Cultural Adaptation and Social Conflict in Community Reintegration Nurhajati, Nunun
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3381

Abstract

The large population but not linear with the number of job opportunities and not accompanied by the level of education of the community gives rise to the phenomenon of the high number of migrant workers in Indonesia, especially female migrant workers. Social conflicts often arise when these migrant workers return to their homeland and interact with their environment. The existence of cultural differences and living habits makes changes in the lifestyle of migrant workers create friction of interests between communities when they interact. The purpose of this study is to analyze the impact of social interaction patterns of former female migrant workers who bring positive or even negative values to their environment and the differences with women who have never been migrant workers along with the factors that influence these social interaction patterns. The method used is a qualitative descriptive research method where researchers obtain data through observation, interviews and documentation. Data analysis uses data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. Based on field research, it was found that these female former migrant workers have different interaction patterns from women who have never worked as migrant workers which can be seen from the way they behave and respond to a problem. Female former migrant workers have more open thinking even though they also become individualists which ultimately causes social conflict in their environment. There are several factors that influence including: communication, differences in perspective or mindset and also habits so that it takes time to re-adapt to the culture and interaction patterns with the local community so as not to cause social conflict in the community.Jumlah penduduk yang besar, namun tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan dan tidak diimbangi dengan tingkat pendidikan masyarakat, menimbulkan fenomena tingginya jumlah pekerja migran di Indonesia, terutama pekerja migran perempuan. Konflik sosial sering muncul ketika para pekerja migran ini kembali ke tanah air dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Perbedaan budaya dan kebiasaan hidup menyebabkan perubahan gaya hidup pekerja migran yang menimbulkan gesekan kepentingan antara masyarakat saat berinteraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pola interaksi sosial mantan pekerja migran perempuan yang membawa nilai positif maupun negatif bagi lingkungan mereka serta perbedaan dengan perempuan yang tidak pernah menjadi pekerja migran, beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pola interaksi sosial ini. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, di mana peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian lapangan, ditemukan bahwa mantan pekerja migran perempuan ini memiliki pola interaksi yang berbeda dari perempuan yang tidak pernah bekerja sebagai pekerja migran, yang terlihat dari cara mereka berperilaku dan merespons suatu masalah. Mantan pekerja migran perempuan cenderung memiliki pola pikir yang lebih terbuka meskipun juga menjadi individualis, yang pada akhirnya menyebabkan konflik sosial di lingkungan mereka. Beberapa faktor yang mempengaruhi termasuk komunikasi, perbedaan perspektif atau pola pikir, dan kebiasaan, sehingga dibutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali dengan budaya dan pola interaksi di masyarakat lokal agar tidak menimbulkan konflik sosial di komunitas tersebut.
Interpersonal Communication Strategies for Conflict Management and Relationship Maintenance in Lesbian Couples Wijaya, Vionita; Subandi, Zera Edenzwo; Rachmad, Teguh Hidayatul
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3393

Abstract

This study aims to examine how lesbian couples manage conflict through interpersonal communication by analyzing the strategies they use to maintain healthy relationships between them. The approach used is a qualitative case study based on Relationship Rules Theory. The data was gathered over a period of two months through semi-structured interviews, observations, and field notes, capturing both verbal and non-verbal cues. The informants included two lesbian couples, along with insights from a close friend and a relationship counselor. Findings indicate that successful conflict management often depends on open and honest dialogue, willingness to compromise, and a deep understanding of each partner's emotional needs and values. Many couples emphasize the importance of creating a safe space for vulnerability, where both partners feel heard and respected. Additionally, external challenges—such as discrimination or lack of family support—sometimes influence how conflicts are handled, requiring couples to develop additional resilience. By highlighting these communication dynamics, this study contributes to a deeper understanding of how lesbian couples maintain their relationships despite facing social barriers. This research also provides practical insights for relationship counselors, educators, and LGBTQ+ advocates who wish to support healthy conflict resolution in same-sex relationships.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pasangan lesbian mengelola konflik melalui komunikasi interpersonal dengan menganalisis strategi yang mereka gunakan untuk mempertahankan hubungan yang sehat di antara mereka. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus kualitatif berdasarkan Teori Aturan Hubungan. Data dikumpulkan selama dua bulan melalui wawancara semi-terstruktur, observasi, dan catatan lapangan, yang menangkap isyarat verbal dan non-verbal. Informan yang terlibat terdiri dari dua pasangan lesbian, bersama dengan wawasan dari seorang teman dekat dan seorang konselor hubungan. Temuan menunjukkan bahwa pengelolaan konflik yang sukses seringkali bergantung pada dialog yang terbuka dan jujur, kesediaan untuk berkompromi, serta pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan emosional dan nilai-nilai masing-masing pasangan. Banyak pasangan menekankan pentingnya menciptakan ruang aman untuk kerentanan, di mana kedua pasangan merasa didengar dan dihormati. Selain itu, tantangan eksternal—seperti diskriminasi atau kurangnya dukungan keluarga—kadang-kadang memengaruhi cara konflik ditangani, sehingga pasangan perlu mengembangkan ketahanan tambahan. Dengan melihat dinamika komunikasi ini, penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana pasangan lesbian mempertahankan hubungan mereka meskipun menghadapi hambatan sosial. Penelitian ini juga memberikan wawasan praktis bagi konselor hubungan, pendidik, dan advokat LGBTQ+ yang ingin mendukung resolusi konflik yang sehat dalam hubungan sesama jenis.
Understanding the Communication Pattern Between Doctors and Indonesian Student Patients in Turkey Through the Use of the 'Halodoc' Telemedicine Application Wahidar, Tutut Ismi; Özdemir, Şefika
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3389

Abstract

This study aims to explore the communication patterns between doctors and patients using the Halodoc application, particularly among Indonesian students in Turkey. The research uses Computer-Mediated Communication (CMC) Theory to analyze how these interactions occur in a digital health setting. Through interviews, observations, and document reviews, the study finds that communication on Halodoc relies heavily on both verbal and nonverbal cues, with the shared language and cultural background of users playing a significant role in facilitating smoother consultations. Despite challenges like time zone differences, occasional internet disruptions, and the inability to perform physical exams, Halodoc remains the preferred choice for Indonesian students in Turkey. The app’s convenience, time efficiency, and alignment with their fast-paced, practical lifestyle make it an accessible and reliable option. Positive user experiences also contribute to their ongoing loyalty, reflecting a broader trend where consumers prioritize overall satisfaction over just the service itself. However, the study highlights some key limitations, such as the over-reliance on verbal descriptions, which can lead to inaccurate diagnoses, especially in more complex cases. Future research could focus on improving telemedicine communication strategies, like enhancing video consultations and addressing digital infrastructure issues. The study underscores the potential of platforms like Halodoc to bridge geographical gaps in healthcare, while also recognizing the need for continuous improvements in telemedicine technology.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola komunikasi antara dokter dan pasien melalui aplikasi Halodoc, khususnya di kalangan mahasiswa Indonesia di Turki. Penelitian ini menggunakan Teori Komunikasi yang Dimediasi Komputer (Computer-Mediated Communication/CMC) untuk menganalisis bagaimana interaksi tersebut terjadi dalam konteks layanan kesehatan digital. Melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumen, penelitian ini menemukan bahwa komunikasi di Halodoc sangat bergantung pada isyarat verbal dan nonverbal, dengan latar belakang bahasa dan budaya yang sama antar pengguna berperan penting dalam memperlancar proses konsultasi. Meskipun menghadapi tantangan seperti perbedaan zona waktu, gangguan internet, dan ketidakmampuan melakukan pemeriksaan fisik, Halodoc tetap menjadi pilihan utama bagi mahasiswa Indonesia di Turki. Kemudahan akses, efisiensi waktu, serta kesesuaian dengan gaya hidup yang cepat dan praktis membuat aplikasi ini menjadi opsi yang andal dan mudah dijangkau. Pengalaman pengguna yang positif juga mendorong loyalitas berkelanjutan, mencerminkan tren yang lebih luas di mana konsumen lebih mengutamakan kepuasan menyeluruh dibandingkan sekadar layanan yang diberikan. Namun demikian, penelitian ini juga menyoroti beberapa keterbatasan utama, seperti ketergantungan berlebih pada deskripsi verbal yang dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, terutama dalam kasus yang lebih kompleks. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada peningkatan strategi komunikasi telemedisin, seperti optimalisasi konsultasi video dan perbaikan infrastruktur digital. Penelitian ini menegaskan potensi platform seperti Halodoc dalam menjembatani kesenjangan geografis dalam layanan kesehatan, sekaligus menekankan perlunya pengembangan berkelanjutan dalam teknologi telemedisin.
Strategi Komunikasi dalam Program CSR PT Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari Flour Mills untuk Meningkatkan Kesadaran Merek dan Keterlibatan Masyarakat Avellina, Yoacline Cascia; Isnaini, Muhamad
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3269

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam meningkatkan brand awareness melalui program kunjungan industri di PT Indofood Sukses Makmur Divisi Bogasari Flour Mills. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan paradigma post-positivisme. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan staf Public Relations yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program CSR, observasi langsung terhadap pelaksanaan program, serta dokumentasi terkait kegiatan CSR dan materi promosi yang digunakan. Teori yang digunakan adalah teori Fungsional dari Randy Hirokawa, yang menganalisis proses pembentukan strategi komunikasi dalam kelompok secara sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kunjungan industri sebagai bagian dari CSR mampu memberikan edukasi langsung kepada masyarakat dan konsumen potensial, meningkatkan pemahaman dan kedekatan publik terhadap brand Bogasari, dengan fokus pada produknya. Strategi komunikasi yang digunakan oleh Public Relations Bogasari bersifat dua arah dan partisipatif, bertujuan untuk memperkuat top of mind awareness terhadap produk mereka. Kreativitas dan dampak menjadi acuan utama dalam membentuk strategi komunikasi yang efektif untuk meningkatkan brand awareness.This study aims to analyze the Corporate Social Responsibility (CSR) communication strategy in increasing brand awareness through the industrial visit program at PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills Division. This research uses a descriptive qualitative approach with a post-positivist paradigm. Data collection techniques include in-depth interviews with Public Relations staff involved in the planning and implementation of the CSR program, direct observation of the program's execution, and documentation of related CSR activities and promotional materials. The theory used is Randy Hirokawa's Functional Theory, which analyzes the process of forming communication strategies within groups systematically. The research findings show that the industrial visit program, as part of the CSR strategy, effectively educates the public and potential consumers, enhancing understanding and connection to the Bogasari brand, focusing on its products. The communication strategy employed by Bogasari's Public Relations is two-way and participatory, aimed at strengthening top-of-mind awareness of their products. Creativity and impact are the main references in developing effective communication strategies to increase brand awareness.
Impact Analysis of the Israel-Hezbollah Conflict on the Security of Lebanese Civil Society: A Case Study of the 2024 Beeper Explosion in South Lebanon Putri, Aullya Ananda; Rahmadan, Yanuar
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3316

Abstract

Israel and Hezbollah have been in conflict since 1982, followed by another conflict in 2006. In 2024, there was a pager explosion in Lebanon, with Israel reportedly behind it, placing explosives in pagers and walkie talkie communication devices used by Hezbollah members. This research uses a qualitative research method with a descriptive approach to analyze the impact of the 2024 pager explosions in Lebanon on the security of civilians in Southern Lebanon. Using the Human Security Theory, this study discusses the human rights of individuals and the legal basis in armed conflict. This research shows that the security of civilians in Lebanon is   threatened in the occurance of pagers and walkie talkie explosions. individuals have been granted on their human rights through various human rights legal frameworks, although in reality violations continually occur especially during conflicts, hence human security could not be fully ensured.Konflik antara Israel dan Hezbollah telah berlangsung sejak tahun 1982, kemudian berlanjut dengan konflik berikutnya pada tahun 2006. Pada tahun 2024, terjadi ledakan pager di Lebanon, di mana Israel diduga bertanggung jawab dengan menempatkan bahan peledak pada pager dan perangkat komunikasi walkie talkie yang digunakan oleh anggota Hezbollah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis dampak ledakan pager 2024 di Lebanon terhadap keamanan masyarakat sipil di Lebanon Selatan. Dengan menggunakan Teori Keamanan Manusia, studi ini membahas hak asasi individu dan dasar hukum dalam konflik bersenjata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan masyarakat sipil di Lebanon terancam akibat ledakan pager dan perangkat komunikasi tersebut. Meskipun hak asasi manusia telah dijamin melalui berbagai kerangka hukum hak asasi manusia, pelanggaran terus terjadi, terutama selama masa konflik, sehingga keamanan manusia tidak dapat sepenuhnya terjamin.
Japan's Policy Rationality in Cooperation with Myanmar Amidst Humanitarian Conflicts Post 2021-2023 Aini, Fauzia Latifah; Rembulan, Putri Mayang; Fachrurreza, Ahmad Mujaddid; Ramadhani, Zahra Suci; Gunawan, Jesha Yemima
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3500

Abstract

This study aims to elucidate the underlying factors driving Japan’s cooperation with Myanmar during the humanitarian crisis following the military coup. This study aims to uncover Japan’s unexpressed interests in maintaining its relationship with Myanmar, particularly as Japan becomes increasingly criticized. By applying rational choice theory, which is based on calculating the cost and benefit of each policy option, in addition to the logic of Neoclassical Realism to incorporate the interpretation of domestic institutions such as corporate interest and public opinion, it contains the rational choice dimensions of why Japan decided to adopt hedging strategy in Myanmar. The study employs a qualitative case study methodology incorporating process tracing to chart the evolution of Japan’s Southeast Asia policy through analysis of primary Ministry of Foreign Affairs documents, Official Development Assistance (ODA) data, and policymakers’ public speeches. The results provide evidence that Japan values long-term benefits in terms of resource access and strategic leverage to counterbalance China’s influence in Southeast Asia, while minimizing its reputational costs through limitations on direct assistance to the Tatmadaw. Moreover, the survey’s findings also suggest that, following the coup, boundedly rational decision-making under conditions of limited information led Japan not to impose humanitarian sanctions but to opt for a mixture of economic engagement and soft balancing. This research fills a gap in literature by demonstrating how state actors engage in rationalist calculations and thereby manage the tension between human values and national interests.Studi ini bertujuan untuk mengungkap minat Jepang yang tidak diungkapkan untuk menjaga hubungannya dengan Myanmar, khususnya, karena Jepang menjadi lebih dikritik. Dengan menerapkan teori pilihan rasional, yang didasarkan pada perhitungan biaya dan manfaat dalam setiap opsi kebijakan, selain logika Realisme Neoklasik untuk memasukkan interpretasi tentang institusi domestik seperti kepentingan perusahaan dan opini publik, ini mengandung dimensi pilihan rasional mengapa Jepang memutuskan untuk mengadopsi strategi lindung nilai di Myanmar. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus kualitatif dengan penelusuran proses yang digunakan untuk melacak perkembangan kebijakan Jepang yang ditujukan untuk Asia Timur dan Tenggara, dengan menganalisis dokumen kebijakan primer dari Kementerian Luar Negeri Jepang, data Bantuan Pembangunan Resmi (ODA), dan pidato publik yang dibuat oleh pembuat kebijakan. Hasilnya memberikan bukti bahwa Jepang menghargai manfaat jangka panjang dalam hal akses sumber daya dan pengaruh strategis untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok di Asia Tenggara sambil meminimalkan biaya reputasinya melalui pembatasan bantuan langsung kepada Tatmadaw. Selain itu, temuan survei juga menunjukkan bahwa setelah kudeta, pengambilan keputusan yang sangat rasional dalam kondisi informasi terbatas membuat Jepang tidak menjatuhkan sanksi kemanusiaan, tetapi memilih campuran keterlibatan ekonomi dan penyeimbangan halus. Penelitian ini mengisi celah dalam literatur dengan menunjukkan bagaimana aktor negara terlibat dalam perhitungan rasionalis dan dengan demikian menangani ketegangan antara nilai-nilai kemanusiaan dan kepentingan nasional.
Berebut Lokal: Kontestasi Kepentingan dalam Tambang Rakyat di Jambi dan Bangka Belitung, Indonesia Nanang, Dimas; Laurent, Erlia Zenita; Sabila, Ananta Rifky; Rakhman, Moh. Arief; Yusuf, M.; Lega, Michael
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3367

Abstract

Penelitian ini mengkaji dinamika akses dan kontestasi kepentingan aktor dalam perebutan lokasi pertambangan rakyat di Provinsi Jambi dan Bangka Belitung. Fokus kajian meliputi kondisi lapangan, faktor ekonomi yang mendorong partisipasi masyarakat, serta relasi kekuasaan antar aktor. Pendekatan kualitatif diterapkan dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara purposif, dan studi dokumentasi. Hasil menunjukkan pertambangan rakyat berkembang pesat karena tingginya potensi sumber daya alam dan kebutuhan ekonomi masyarakat, meskipun sebagian besar kegiatan masih berstatus ilegal. Ketidaksesuaian regulasi dan praktik perizinan menciptakan ketidakpastian hukum yang mengancam keberlanjutan aktivitas tersebut. Pertambangan rakyat menjadi sumber utama penghidupan dengan dampak positif pada pendapatan dan kualitas hidup, namun juga menimbulkan tantangan keberlanjutan, ketimpangan sosial-ekonomi, serta risiko lingkungan. Kontestasi kepentingan memperlihatkan konflik struktural antara masyarakat, elite politik, dan pemilik modal yang didorong oleh lemahnya tata kelola dan regulasi. Dominasi perusahaan besar dan keterlibatan aktor lokal dalam praktik rente memperkuat perebutan sumber daya sebagai arena kekuasaan. Studi lanjutan disarankan untuk mengkaji narasi dan wacana antar pemangku kepentingan guna memperdalam pemahaman pembentukan kebijakan pertambangan rakyat di tingkat lokal.This study examines the dynamics of access and the contestation of interests among actors in the struggle over artisanal mining locations in the Jambi and Bangka Belitung Provinces. The focus of the study includes field conditions, economic factors driving community participation, and power relations among actors. A qualitative approach is applied, with data collected through observation, purposive interviews, and document studies. The results show that artisanal mining is rapidly developing due to the high potential of natural resources and the economic needs of the community, although most activities remain illegal. Regulatory mismatches and licensing practices create legal uncertainty that threatens the sustainability of these activities. Artisanal mining serves as a primary livelihood source with positive impacts on income and quality of life, but it also poses challenges related to sustainability, socio-economic inequality, and environmental risks. The contestation of interests reveals structural conflicts between communities, political elites, and capital owners, driven by weak governance and regulation. The dominance of large companies and the involvement of local actors in rent-seeking practices strengthen the competition over resources as a power arena. Further studies are recommended to examine the narratives and discourses among stakeholders to deepen the understanding of artisanal mining policy formation at the local level.
Kepemimpinan Strategis dalam Pembangunan Perdesaan: Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan Pertumbuhan Desa Wisata di Dusun Binangun, Kabupaten Pasuruan Fitria Agustina, Isna; Firdaus Nuzulla, Mei
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3343

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran kepala desa dalam pengembangan desa wisata sebagai upaya peningkatan ekonomi di tingkat desa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan instrumen penelitian yang meliputi observasi, wawancara terstruktur, serta peneliti sebagai instrumen utama. Teknik analisis data yang diterapkan mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yang mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepala desa dalam pengembangan desa wisata masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dan pola pikir yang terbatas mengenai potensi ekonomi desa wisata. Kepala desa berperan sebagai motivator, fasilitator, mobilisator, dan mediator, yang mempengaruhi proses pembangunan desa wisata. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas peran kepala desa antara lain rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat, keterbatasan peraturan terkait alokasi dana desa, serta persoalan kepemilikan lahan wisata yang bersifat pribadi. Temuan ini memberikan gambaran penting tentang tantangan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata dan perlunya kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah desa dan masyarakat.This study aims to examine the role of the village head in developing tourist villages as a means of economic development at the village level. The research employs a descriptive qualitative approach, with research instruments including observation, structured interviews, and the researcher as the primary instrument. Data analysis techniques follow the Miles and Huberman model, which involves data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The findings indicate that the role of the village head in tourism village development has not yet been optimal. This is due to the low awareness and limited mindset of the community regarding the economic potential of tourism villages. The village head plays the role of a motivator, facilitator, mobilizer, and mediator, influencing the tourism village development process. Several factors affecting the effectiveness of the village head's role include the low quality of human resources (HR) in the community, the limitations of regulations on the allocation of village funds, and the issue of privately owned tourism land. These findings highlight the challenges faced in tourism village development and the need for stronger collaboration between the village government and the community.
The Impact of Australian and European Foreign Aid on Public Infrastructure Development in Papua New Guinea Ariningtyas, Sukma Ayu Putri; Faiz, Humaira
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3169

Abstract

Australia has been a major donor in the development process in Papua New Guinea (PNG) since the beginning of independence. Along with Australia, many other donors including Japan, Europe and China. Multilateral institutions such as the World Bank, IMF, and UNDP have also supported the funding of central projects in PNG. Foreign aid is needed to fulfil public infrastructure facilities, especially for poor and new countries. This research contribute to explain about Australia and the European Union have been donor partners for PNG mainly in primary sector funding, such as clean water provision, health services, prevention of gender-based violence, human rights enforcement, providing bureaucratic reform, forest preservation, and other sectors. This research explains the support provided by foreign aid from Australia and Europe for PNG's development. Uses qualitative research based on literature studies from previous research related to the history of providing foreign aid to PNG. Various forms of aid have been utilized by PNG including technical assistance, projects, and grants. As a country that still relies on the agricultural sector and mining management, PNG relies on support from various donors. This support has a significant impact on human development, public infrastructure and the achievement of global development goals. Therefore, PNG was able to build primary infrastructure from foreign aid while simultaneously increasing the country's institutional capacity through strengthening democracy, enforcing human rights, preventing gender-based violence, and bureaucratic reform. Australia telah menjadi donor utama dalam proses pembangunan di Papua Nugini (PNG) sejak awal kemerdekaan. Selain Australia, banyak pemberi donor lainnya yaitu Jepang, Eropa, dan China. Lembaga multilateral seperti World Bank, IMF, UNDP juga menjadi penyokong begitu banyak pendanaan dari proyek-proyek sentral di PNG. Bantuan luar negeri memang sangat dibutuhkan guna pemenuhan sarana infrastruktur publik, khususnya bagi negara miskin dan baru merdeka. Penelitian ini berkontribusi dalam pembahasan tentang pentingnya dukungan bantuan luar negeri dari Australia dan Eropa bagi upaya-upaya pembangunan dan kesejahteraan PNG. Metode dalam penelitian ini menggunakan riset kualitatif berbasis studi literatur dari riset pendahulu yang berkaitan dengan topik sejarah pemberian bantuan luar negeri untuk PNG. Berbagai bentuk bantuan telah dimanfaatkan oleh PNG meliputi bantuan teknis, proyek, maupun hibah. Sebagai negara yang masih mengandalkan sektor pertanian dan pengelolaan pertambangan sebagai SDA andalan, PNG masih terus membutuhkan dukungan dari berbagai pihak donor. Dukungan ini sangat signifikan dampaknya bagi pembangunan manusia, infrstruktur publik mapun pencapaian tujuan pembangunan global. Hasilnya, PNG mampu membangun infrastruktur primer dari dana bantuan luar negeri sekaligus meningkatkan kapasitas kelembagaan negara melalui penguatan demokrasi, penegakan HAM, pencegahan kekerasan berbasis gender, reformasi birokrasi dan sebagainya
Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Sekolah-Sekolah di Wilayah Pedalaman (Area Rural) dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Kalimantan Tengah (Studi di Kabupaten Gunung Mas, Katingan, dan Seruyan) Alfri Sandi, Jhon Retei; Kriswantara, Glory
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i2.3390

Abstract

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) menetapkan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu”. Pada prakteknya di provinsi yang wilayah luas dengan kapasitas fiskal terbatas, permasalahan membagi kue anggaran menjadi dilematis dan berdampak pada kurang optimalnya kebijakan pembangunan di lini-lini daerah. Kajian ini mengungkapkan bagaimana kebijakan pendidikan di sekolah-sekolah pedalaman pada 3 kabupaten  yakni Gunung mas, Katingan dan Seruyan dan dampaknya terhadap pendidikan Kalimantan Tengah. Metode penelitian digunakan dengan pendekatan kualitatif studi kasus, strategi pengumpulan data secara triangulasi. Data diperoleh melalui pengisian form kondisi infrastruktur, aksesibilitas, guru dan tenaga kependidikan, anggaran dan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Data dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan informan kunci yakni pejabat pemda terkait pendidikan, kepala sekolah, guru, serta perwakilan masyarakat dan orang tua siswa dan observasi.  Hasil penelitian menunjukan adanya defisiensi infrastruktur pendidikan, keterbatasan aksesibilitas geografis, serta kualitas sumber daya manusia yang belum optimal dalam sektor pendidikan di kawasan tersebut. Minimnya kolaborasi antar pemangku kepentingan dan rendahnya tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan kebijakan pendidikan, dan berdampak pada belum optimal kegiatan belajar mengajar dan kualitas keluaran (lulusan) sekolah. Penelitian ini merekomendasikan perlunya formulasi kebijakan lebih spesifik dan responsif terhadap karakteristik sekolah-sekolah daerah pedalaman, yang mencakup prioritas pada peningkatan infrastruktur pendidikan, pemerataan distribusi tenaga pendidik yang berkualitas, serta optimalisasi pemanfaatan teknologi dan pendekatan yang berbasis pada kearifan lokal guna meningkatkan mutu pendidikan di kawasan tersebut.

Page 1 of 2 | Total Record : 16