cover
Contact Name
Yayan Hendrayana
Contact Email
yayan.hendrayana@uniku.ac.id
Phone
+6281324088139
Journal Mail Official
admin_wanaraksa@uniku.ac.id
Editorial Address
Jl.Cut Nyak Dhien No.36 A, Cijoho, Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Location
Kab. kuningan,
Jawa barat
INDONESIA
Wana Raksa
Published by Universitas Kuningan
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Wanaraksa (Jurnal Kehutanan dan Lingkungan) merupakan publikasi ilmiah hasil penelitian yang diterbitkan oleh Program Studi Kehutanan di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan. Lingkup cakupan jurnal Wanaraksa yaitu berbagai topik dalam bidang diantaranya: 1. Kehutanan Manajemen Hutan Budidaya Hutan Eknologi Hasil Hutan, Konservasi Sumberdaya Hutan, Silvikultur, Aspek Sosial Ekonomi Kehutanan. 2. Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan.
Articles 74 Documents
JENIS TUMBUHAN BAWAH OBAT DI BUKIT MAYANA KABUPATEN KUNINGAN Ade Anwarudin; Ilham Adhya; Nina Herlina
Wanaraksa Vol 16, No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i01.9010

Abstract

The understorey was a component of the basic vegetation under forest stands apart from tree regeneration, which consists of grass, herbs and shrubs. Lower plants function to maintain the hydrological cycle, provider of organic matter and maintain soil moisture. Apart from having an ecological function, understorey plants also have benefits for medical purposes that could be developed, one of them was as an ingredient for medicine, both modern and traditional. Knowledge related to medicinal plants was a national asset and national asset that must be utilized and developed also saved because it was very potential to be developed by involving local communities who have knowledge related to these medicinal plants. This research was conducted in Mayana Hill Kuningan Regency, West Java, where this study aimed to determine what types of understorey have the potential as medicine. Retrieval of data in the field used the transects/grid line method, The plot size was 1x1 as well as for an interval between plots of 10 m, with data collection being stopped when there was no more species addition to the sample plots. In the field observations, 41 species of understorey were found, including 28 families and 1041 individuals. Meanwhile, the identification results found that there were 26 species of understorey that have the potential to be medicinal, including 19 families and the number of individuals found as many as 584 individualsTumbuhan bawah merupakan komponen vegetasi dasar di bawah tegakan hutan selain permudaan pohon yang terdiri dari rumput, herba, dan semak. Tumbuhan tingkat rendah berfungsi menjaga siklus hidrologi, penyedia bahan organik dan menjaga kelembaban tanah. Selain mempunyai fungsi ekologis, tumbuhan bawah juga mempunyai manfaat untuk keperluan pengobatan yang dapat dikembangkan, salah satunya sebagai bahan obat baik modern maupun tradisional. Pengetahuan terkait tanaman obat merupakan aset nasional dan aset nasional yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan juga dilestarikan karena sangat potensial untuk dikembangkan dengan melibatkan masyarakat lokal yang memiliki pengetahuan terkait tanaman obat tersebut. Penelitian ini dilakukan di Bukit Mayana Kabupaten Kuningan Jawa Barat, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan bawah apa saja yang berpotensi sebagai obat. Pengambilan data di lapangan menggunakan metode transek/grid line, ukuran plot 1x1 serta jarak antar plot 10 m, pengambilan data dihentikan bila tidak ada lagi penambahan jenis pada plot sampel. Pada pengamatan di lapangan ditemukan 41 jenis tumbuhan bawah yang terdiri dari 28 famili dan 1041 individu. Sementara hasil identifikasi, terdapat 26 jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat, termasuk 19 famili dan jumlah individu yang ditemukan sebanyak 584 individu.
FAKTOR – FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PENANGKARAN EX-SITU MURAI BATU (Copsycus malabaricus, Scopoli) DI KABUPATEN KUNINGAN Ilham Pratama; Toto Supartono; Nurdin Nurdin
Wanaraksa Vol 17, No 02 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v17i02.9016

Abstract

 The purpose of this study was to determine the determinants of the successful breeding of Cupsychus malabaricus birds ex-situ in Kuningan local captivity and to determine the distribution of captive breeding sites in Kuningan Regency. This research was conducted from September to December, and the object he observed was a pair of Cupsychus malabaricus who had entered adulthood.The data co;;ection methode is done by using the census methode yo each captivity. The results of this study were tested using SPSS software with multiple linear regression methods with a confidence value of 95% so from the seven factors, namely male age,famale age, temperature, humidity, feed, cage size, and noise do not affect the factor of hatching eggs. The distribution of the Cupsychus malabaricus breeding in Kuningan Regency is with a total of 30 breeders, the breeders are spread across 25 vilages and 13 districtsTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan penangkaran burung Cuppsychus malabaricus ex-situ di penangkaran lokal Kuningan dan mengetahui sebaran tempat penangkaran di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Desember, dan objek yang diamati adalah sepasang Cuppsychus malabaricus yang telah memasuki usia dewasa. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus pada setiap penakaran. Hasil penelitian ini diuji menggunakan software SPSS dengan metode regresi linier berganda dengan nilai keyakinan 95% sehingga dari ketujuh faktor yaitu umur jantan, umur betina, suhu, kelembaban, pakan, ukuran kandang, dan gangguan tidak berpengaruh terhadap faktor penetasan telur. Sebaran bibit Cuppsychus malabaricus di Kabupaten Kuningan berjumlah 30 orang, peternak tersebar di 25 desa dan 13 kecamatan.  
KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA TUTUPAN LAHAN PINUS DAN SEMAK BELUKAR DI STASIUN PENELITIAN KARANGSARI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Rofi Purnama; Ilham Adhya; Toto Supartono
Wanaraksa Vol 17, No 01 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v17i01.9061

Abstract

This diversity aims to determine the various species of soil macrofauna and the diversity of soil macrofauna in two different land covers in the Karangsari Research Station, Gunung Ciremai National Park (TNGC). This research was carried out at the Karangsari Research Station of Gunung Ciremai National Park (TNCG) in May-June 2022 using the squared method and Hand sorting. Data analysis included population density, relative density, attendance fraction, and Shanon Weiner diversity index. The results showed that in two land covers, 18 orders / families were found with 1034 individuals, 606 individuals were found in bush cover and 428 individuals were found in pine stands dominated by Formicidae. The calculation of the abundance of all soil macrofauna found in pine stands was 158.51 individuals / Ha smaller than the abundance of all types found in seak land cover of 224.44 individuals / Ha with a diversity value of 2.32 or moderately categorized. The 18 orders/families found include Arachnids, Armadillidae, Blatodea, Centipede, Chelicerastes, Coleoptera, Dermaptera, Formicidae, Gastropods, Gryllidae, Hexapods, Isopods, Lumbricidae, Milipede, Polydesmida, Rhinofermitidae, Tetragnathidae, and Tomoceridae.Keanekragaman ini bertujuan untuk mengetahui berbagai spesies macrofauna tanah dan keanekaragaman macrofauna tanah pada dua tutupan lahan berbeda di Stasiun Penelitian Karangsari, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Penelitian Karangsari Taman Nasional Gunung Ciremai (TNCG) pada bulan Mei-Juni 2022 dengan menggunakan metode kuadrat dan Hand sorting. Analisis data diantaranya kepadatan populasi, kepadatan relatif, frkuensi kehadiran, dan indeks keanekaragaman Shanon Weiner. Hasil penelitian menunjukan pada dua tutupan lahan ditemukan sebanyak 18 ordo/famili dengan jumlah individu sebanyak 1034 individu, pada tutupan semak ditemukan 606 individu dan pada tegakan pinus ditemukan 428 individu yang didominasi oleh Formicidae. Perhitungan kelimpahan seluruh macrofauna tanah yang ditemukan pada tegakan pinus yaitu sebanyak 158,51 individu/Ha lebih kecil dibandingkan dengan kelimpahan seluruh jenis yang ditemukan pada tutupan lahan seak yaitu sebanyak 224,44 individu/Ha dengan nilai keanekaragaman sebesar 2,32 atau dikategorikan sedang. 18 ordo/famili yang ditemukan diantaranya arachnida, Armadillidae, Blatodea, Centipede, Chelicerastes, Coleoptera, Dermaptera, Formicidae, Gastropoda, Gryllidae, Hexapoda, Isopoda, Lumbricidae, Milipede, Polydesmida, Rhinofermitidae, Tetragnathidae, dan Tomoceridae.
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DI STASIUN RISET KARANGSARI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Abdul Mazid; Ilham Adhya; Ai Nurlaila
Wanaraksa Vol 16, No 02 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i02.9031

Abstract

Forests have the potential to provide germplasm diversity as a source of food and medicine. Various foodstuffs and medicines have been identified as originating from forest areas, both wild and cultivated types (Sinta, 2000). This research was conducted to determine the types and diversity of food plants. It is hoped that the results of this research will be useful as a source of information about plant types with food potential and their diversity. This research was carried out at the Karangsari Research Station, Mount Ciremai National Park, covering an area of 90 Ha. The method used in this research is the grid line method which is a combination of the strip method and multiple plots, which were placed intentionally (purposive sampling). The method for identifying types of food plants uses interviews with the community around the Karangsari research station. There were 29 types of food plants found consisting of 22 families. The food plant that has the highest species diversity index is the understory level, namely the harendong type (Melastoma candidum), which dominates the highest INP at 43.01%, the seedling level, namely coffee (coffea), which dominates the highest INP at 101.34%, the sapling level, namely white calliandra ( Calliandra haematocephala) dominates the highest INP at 67%, the pole level, namely laurel (Syzygium polyanthum), dominates the highest INP at 124%, while the tree level, namely avocado (Persea americana), dominates the highest INP at 211%.Hutan mempunyai potensi sebagai penyedia keanekaragaman plasma nutfah sumber pangan dan obat. Berbagai bahan pangan dan obat teridentifikasi berasal dari kawasan hutan, baik jenis-jenis yang masih liar maupun yang sudah dibudidayakan (Sinta, 2000). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan keanekaragaman tumbuhan pangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi tentang jenis tumbuhan berpotensi pangan dan keanekaragamannya. Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Riset Karangsari Taman Nasional Gunung Ciremai seluas 90 Ha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis berpetak yang merupakan kombinasi antara cara jalur dan petak ganda, yang diletakkan secara sengaja (purposive sampling). Metode untuk identifikasi jenis tumbuhan pangan menggunakan metode wawancara terhadap masyarakat sekitar stasiun riset Karangsari . Ditemukan jenis-jenis tumbuhan pangan dengan jumlah 29 jenis yang terdiri dari 22 famili. Tumbuhan pangan yang memiliki indeks keanekaragaman jenis tertinggi adalah tingkat tumbuhan bawah adalah jenis harendong (Melastoma candidum) mendominasi INP tertinggi sebesar 43,01%, tingkat semai yaitu kopi (coffea) mendominasi INP tertinggi sebesar 101,34%, tingkat pancang yaitu kaliandra putih (Calliandra haematocephala) mendominasi INP tertinggi sebesar 67%, tingkat tiang yaitu salam (Syzygium polyanthum) mendominasi INP tertinggi sebesar 124%, sedangkan tingkat pohon yaitu alpukat (Persea americana) mendominasi INP tertinggi sebesar 211%.
PENGGUNAAN KONEKTIVITAS BUATAN OLEH KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus) PADA AREAL TALUN KABUPATEN GARUT Hilman Fauzi; Agus Yadi Ismail; Toto Supartono
Wanaraksa Vol 16, No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i01.9014

Abstract

 Javan Slow loris (Nycticebus javanicus) is a critically endangered species caused by several factors, one of them is forest loss and sustainable habitat degradation that cause reduced the habitat of Javan slow loris. In the Agroforestry area Cipaganti Garut West Java, artificial connectivity was made by the Little Fireface Project as a solution to reduce the death threat of Javan slow loris and they can reach their home range without using terrestrial activity. This research aimed to determine the preferences of Javan slow loris to the use of 5 artificial connectivity. The data in this research were collected using camera trap which installed in each artificial connectivity and analyzed using encounter rate (ER) and Neu method to determine the encounter rate of the Javan slow loris in each artificial connectivity and vegetation analysis to determine availability of forage plant in each artificial connectivity. The Javan Slow Loris dominantly found in waterline artificial connectivity with encounter rate (ER: 3,77 pictures/day) and analyzed with Neu methods. The result is Javan slow loris prefers using the artificial connectivity (waterline) type (w1). Availability of forage plant with highest amount found on bridge 4 (waterline) with total 113 individuals from 4 speciesKukang (Nycticebus javanicus) merupakan spesies yang terancam punah yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hilangnya hutan dan degradasi habitat berkelanjutan yang menyebabkan berkurangnya habitat kukang. Di kawasan Agroforestri Cipaganti Garut Jawa Barat, konektivitas buatan dibuat oleh Little Fireface Project sebagai solusi untuk mengurangi ancaman kematian kukang dan mereka dapat mencapai wilayah jelajahnya tanpa menggunakan aktivitas terestrial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi kukang terhadap penggunaan 5 konektivitas buatan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kamera trap yang dipasang pada setiap konektivitas buatan dan dianalisis menggunakan metode Face Rate (ER) dan Neu untuk mengetahui tingkat perjumpaan kukang pada setiap konektivitas buatan dan analisis vegetasi untuk mengetahui ketersediaan tanaman hijau. di setiap konektivitas buatan. Kukang dominan ditemukan di perairan buatan dengan tingkat perjumpaan (ER: 3,77 gambar/hari) dan dianalisis dengan metode Neu. Hasilnya kukang lebih memilih menggunakan tipe konektivitas buatan (garis udara) (w1). Ketersediaan tanaman hijauan dengan jumlah tertinggi terdapat pada jembatan 4 (garis air) dengan jumlah 113 individu dari 4 spesies
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH BERKHASIAT OBAT PADA TIGA TIPE VEGETASI DI KAWASAN STASIUN RISET KARANGSARI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Nengsih Anen; Fakhri Dwi Sandi
Wanaraksa Vol 17, No 02 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v17i02.9189

Abstract

Research on the diversity of undergrowth species has been widely carried out in other places. However, at the Karangsari Research Station, Gunung Ciremai National Park, data on the diversity of types of undergrowth with medicinal efficacy is not yet available so the purpose of this study is to determine the types of undergrowth with medicinal efficacy and that dominate and the level of diversity in three types of vegetation (mixed forests, pine forests, thickets) in the Karangsari Research Station area of Gunung Ciremai National Park. This study used the area species curve method with data analysis using vegetation analysis, species diversity index, plant identification. Based on data analysis, it was shown that all the undergrowth found were identified as medicinally efficacious based on the literature and scientific foundations. For the number of types of medicinally efficacious undergrowth obtained 9 types in mixed forest vegetation, 12 types in pine forest vegetation, 20 types in shrub vegetation. The total types of medicinally efficacious undergrowth from all vegetation were obtained as many as 25 types from 18 families obtained from the results of sorting types in each cover because there are several types of the same in each cover. There are 4 types of undergrowth plants that can grow in three vegetation at the study site from 4 different families, namely Archery leaves (Ayapana triplinervis), Harendong (Clidemia hirta), Reeds (Imperata cylindrica), Bandotan (Ageratum conyzoides). This shows that types with relatively high abundance values are thought to be able to adjust to the surrounding situationPenelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan bawah telah banyak dilakukan di tempat lain. Akan tetapi di Stasiun Riset Karangsari Taman Nasional Gunung Ciremai data mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat belum tersedia sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat dan yang mendominasi serta tingkat keanekaragamannya pada tiga tipe vegetasi (hutan campuran, hutan pinus, senak belukar) di kawasan Stasiun Riset Karangsari Taman Nasional Gunung Ciremai. Penelitian ini menggunakan metode kurva spesies area dengan analisis data menggunakan analisis vegetasi, indeks keanekaragam jenis, identifikasi tumbuhan. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa semua tumbuhan bawah yang ditemukan teridentifikasi berkhasiat obat berdasarkan literatur dan landasan ilmiah. Untuk jumlah jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat diperoleh 9 jenis di vegetasi hutan campuran, 12 jenis di vegetasi hutan pinus, 20 jenis di vegetasi semak belukar. Adapun total jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat dari seluruh vegetasi diperoleh sebanyak 25 jenis dari 18 famili diperoleh dari hasil pemilahan jenis di setiap tutupan karena ada beberapa jenis yang sama di setiap tutupannya. Terdapat 4 jenis tumbuhan bawah yang dapat tumbuh di tiga vegetasi pada lokasi penelitian dari 4 famili yang berbeda yaitu Daun panahan (Ayapana triplinervis), Harendong (Clidemia hirta), Alang-alang (Imperata cylindrica), Bandotan (Ageratum conyzoides). Hal ini menunjukan bahwa jenis-jenis dengan nilai kelimpahan relatif tinggi diduga mampu menyesuaikan dengan keadaan sekitar 
STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT DESA DUKUHDALEM KECAMATAN JAPARA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Studi Kasus : Kelompok Tani Mekarsaluyu II Yogha Adhie Nugraha; Yayan Hendrayana; Deni Deni
Wanaraksa Vol 17, No 01 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v17i01.9161

Abstract

 The problem with certified community forests is management problems, government policies that have not been optimal regarding certified community forests (There is a policy of P.85 / Menlhk / Setjen / Kum.1 / 11/2016) What used to be a certified community forest is mandatory now is not because for uncertified community forests, they can use transportation notes for their wood products), certified forest farmer groups are less in looking for opportunities, management is still traditional, and the existence of certificates does not guarantee easy selling of their wood products. For this reason, the method used in this research is to use the SWOT analysis technique of Freddy Rangkuti through direct interviews with resource persons, namely farmer group II and also with the Focus Group Disscussion method. The strategy for certified community forest management in Dukuhdalem Village, Japara District, Kuningan Regency by the Mekarsaluyu II Farmer Group, obtained an IFAS value of -0,113 and an EFAS value of 0,133 and the right strategy in developing a certified community forest management strategy in Dukuhdalem Village, Japara District, Kuningan Regency by the Mekarsaluyu II Farmer Group is an Turn Around strategy.Permasalahan hutan rakyat bersertifikat adalah permasalahan pengelolaan, kebijakan pemerintah yang belum optimal mengenai hutan rakyat bersertifikat (Ada kebijakan P.85/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2016) Yang dulunya merupakan hutan rakyat bersertifikat hutan menjadi wajib sekarang bukan karena bagi hutan rakyat yang belum bersertifikat, mereka bisa menggunakan nota angkut untuk hasil kayunya), kelompok tani hutan bersertifikat kurang dalam mencari peluang, pengelolaan masih tradisional, dan adanya sertifikat tidak menjamin mudahnya penjualan. produk kayu mereka. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis SWOT dari Freddy Rangkuti melalui wawancara langsung dengan narasumber yaitu kelompok tani II dan juga dengan metode Focus Group Discussion. Strategi pengelolaan hutan rakyat bersertifikat di Desa Dukuhdalem Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan oleh Kelompok Tani Mekarsaluyu II memperoleh nilai IFAS sebesar -0,113 dan nilai EFAS sebesar 0,133 serta strategi yang tepat dalam menyusun strategi pengelolaan hutan rakyat bersertifikat di Dukuhdalem Desa, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan oleh Kelompok Tani Mekarsaluyu II merupakan strategi Turn Around .  
KEBERADAAN AMFIBI ORDO ANURA DI BLOK GUNUNG PUTRI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Elditama Rezky; Iing Nasihin; Yayan Hendrayana; Toto Supartono; Ilham Adhya
Wanaraksa Vol 16, No 02 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i02.9056

Abstract

The research seeks to determine the habitat conditions, characteristics, and diversity of amphibians of the order Anura. The method used in this research is a combination of Line Transect and Visual Encounter Survey (VES). Based on observations using a combination of the Line Transect method and the Visual Encounter Survey method, the number of amphibians species found was 8 species from 5 families including 1 type of family Bufonidae, 2 types of family Dicroglossidae, 1 type of family Megophrydae, 2 types of family Ranidae, and 2 species of family Rhacophoridae. The index of amphibian species diversity in the mount Putri river flow of Mount Ciremai National Park (H') which was obtained at the research location of the Mount Putri Ciinjuk river flow was 1.60. The value of the Eveness index of amphibians that obtained in the Mount Putri river flow was E = 0.77 and The value of the wealth index obtained is R = 1.48 then the temperature and humidity ranges from 19.3 – 20.0°C and 90.5% – 98.4%, with water pH value 6 – 7. The flow of the Mount Putri Ciinjuk river is a balanced habitat for amphibian life where the flow is formed from two steep Mount Ciremai slopes with moist litter conditions and dense canopy cover.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat, karakteristik, dan keanekaragaman amfibi ordo Anura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi Line Transect dan Visual Encounter Survey (VES). Berdasarkan pengamatan menggunakan kombinasi metode Line Transect dan metode Visual Encounter Survey, jumlah jenis amfibi yang ditemukan adalah 8 jenis dari 5 famili diantaranya 1 jenis famili Bufonidae, 2 jenis famili Dicroglossidae, 1 jenis famili Megophrydae, 2 jenis famili Ranidae, dan 2 jenis famili Rhacophoridae. Indeks keanekaragaman jenis amfibi di aliran sungai Gunung Putri Taman Nasional Gunung Ciremai (H') yang diperoleh di lokasi penelitian aliran sungai Gunung Putri Ciinjuk adalah sebesar 1,60. Nilai indeks kemerataan amfibi yang diperoleh di aliran sungai Gunung Putri adalah E = 0,77 dan Nilai indeks kekayaan yang diperoleh adalah R = 1,48 kemudian suhu dan kelembaban berkisar antara 19,3 – 20,0°C dan 90,5% – 98,4% , dengan nilai pH air 6 – 7. Aliran sungai Gunung Putri Ciinjuk merupakan habitat yang seimbang bagi kehidupan amfibi dimana aliran tersebut terbentuk dari dua lereng Gunung Ciremai yang terjal dengan kondisi serasah yang lembab dan tutupan tajuk yang rapat. 
PERBANDINGAN STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN TANAMAN SECARA KONVENSIONAL DAN KULTUR JARINGAN Riana Puspitasari; Ika Karyaningsih; Deni Deni
Wanaraksa Vol 16, No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i01.9022

Abstract

Seedlings are one of the main factors of production, plant nurseries can be produced from seeds, shoots, etc. So the seed propagation process has various methods, one of which is conventional or hereditary or traditional and there is tissue culture or biotechnology methods. The aim of this research is to compare the feasibility of a plant nursery using two different methods. Apart from that, to find out the feasibility of a nursery business carried out using conventional techniques and tissue culture. This study conducted a survey at two conventional nursery companies that carried out conventional breeding at the Cimanggis Permanent Nursery and tissue culture at Esha Flora Bogor. From these two places of business, you can see the picture of the nursery business in two different ways. This research uses quantitative analysis and qualitative analysis methods. Data analysis in this research uses analysis of non-financial aspects and financial aspects. Conventional plant nursery businesses and tissue culture nursery businesses have differences in terms of technical production, so the costs incurred will be different. From a non-financial aspect, these two businesses are worth running because they have no impact on society and the environment. From a financial aspect, conventional plant breeding and tissue culture are feasible. Judging from the financial aspect criteria that have been determined, both businesses can meet these criteria.Bibit merupakan salah satu faktor utama produksi, persemaian tanaman dapat dihasilkan dari biji, pucuk, dan lain-lain. Sehingga proses perbanyakan benih memiliki berbagai macam cara, salah satunya secara konvensional atau turun temurun atau tradisional dan ada kultur jaringan atau metode bioteknologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kelayakan suatu pembibitan tanaman dengan dua cara yang berbeda. Selain itu untuk mengetahui seperti apa kelayakan usaha pembibitan yang dilakukan dengan menggunakan teknik konvensional dan kultur jaringan. Studi ini melakukan survei di dua perusahaan pembibitan konvensional yang melakukan pembibitan konvensional di Pembibitan Permanaen Cimanggis dan kultur jaringan di Esha Flora Bogor. Dari kedua tempat usaha tersebut, Anda dapat melihat gambaran usaha pembibitan dengan dua cara yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis aspek non keuangan dan aspek keuangan. Usaha pembibitan tanaman konvensional dan usaha pembibitan kultur jaringan memiliki perbedaan dari segi teknis produksinya, sehingga biaya yang dikeluarkan akan berbeda. Dari aspek non finansial, kedua usaha ini layak dijalankan karena tidak berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan. Dari aspek finansial, pembibitan tanaman konvensional dan kultur jaringan layak untuk dijalankan. Terlihat dari kriteria aspek keuangan yang telah ditentukan, kedua bisnis tersebut dapat memenuhi kriteria tersebut.
Pendugaan Potensi Tumbuhan Berkayu di Sekitar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan Jaya, Ramdhan Risnur; Supartono, Toto; Hendrayana, Yayan
Wana Raksa Vol. 18 No. 01 (2024)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v18i01.9306

Abstract

Forest potential is characterized by vegetation diversity because it is the most dominant resource from the forest component. The presence of community wood plantations in private forests and community land can provide a positive role both economically and ecologically. Types of local wood such as White Teak, Sengon, Jabon, Acacia, Mahogany and others. These types have been cultivated by farmers for a long time and are managed traditionally. It's just that the potential amount of wood contributed from woody plants is not yet known for certain. In fact, data on wood potential is needed to provide information on wood availability to communities where the wood supply is not enough to meet their needs, especially if they only rely on natural forests. If potential information is known, the government can take policies regarding the development of woody plants, especially from mixed gardens. On this basis, research was conducted on Estimating Timber Potential in the Faculty of Forestry and Environment, Kuningan University Potensi hutan dicirikan oleh keanekaragaman vegetasi karena merupakan sumber daya yang paling dominan dari komponen hutan. Kehadiran hutan tanaman rakyat di hutan milik dan lahan masyarakat dapat memberikan peran positif baik secara ekonomi maupun ekologis. Jenis kayu lokal seperti Jati Putih, Sengon, Jabon, Akasia, Mahoni dan lain-lain. Jenis ini sudah lama dibudidayakan oleh petani dan dikelola secara tradisional. Hanya saja potensi kontribusi kayu dari tanaman berkayu belum diketahui secara pasti. Padahal, data potensi kayu diperlukan untuk memberikan informasi ketersediaan kayu kepada masyarakat yang pasokan kayunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, apalagi jika hanya mengandalkan hutan alam. Jika diketahui informasi potensinya, pemerintah dapat mengambil kebijakan terkait pengembangan tanaman berkayu, khususnya yang berasal dari kebun campuran. Atas dasar itulah dilakukan penelitian Pendugaan Potensi Kayu di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Universitas Kuningan