Articles
178 Documents
Permukiman Musiman Sebagai Bentuk Adaptasi Hunian Petani Subsisten di Pedesaan
Shabrina Tamimi;
Dwita Hadi Rahmi;
Ikaputra -
Tesa Arsitektur Vol 17, No 2: Desember 2019
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v17i2.1831
Society lives in a place called settlement. Peasants are one of community which live in settlement specifically in rural settlement due to the wider area for cultivating land. The main characteristic of the peasant is the independence in providing their own food source. Instead of buying from market, peasants will provide food source needs from their subsistence farming. Hence, peasants tend to live casually and cultivate in household scale. Peasants have adjustments and adapt to the particular form of settlement in rural area. One of settlement form is when they have two types of house: the main house and the temporary house. The temporary house tends to be built close to the field and occupied during fertile season. This type of house can be catagorized as seasonal settlement and is an adaptation of peasant’s life in term of economy, environment, and social organization
Model Desain Tata Ruang Kawasan Kampung Batik Celaket Berbasis Kawasan Produktif di Kota Malang
Lalu Mulyadi;
Lalu Achmad Juniarta Dias Eka Wahyudi
Tesa Arsitektur Vol 18, No 1: Juni 2020
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v18i1.2420
Malang city is one leading city in tourism field that embodied concept of Tribina Cita Kota Malang where part of it is to make Malang as tourism city. Aside as a tourist destination, Malang also grows as service, trade and industrial city. By these enormous economic and trade abilities will be able to change the orientation from a tourism city into a shopping tourism city. Kampung Batik Celaket area is increasingly recognized in public eye by many physical and non physical improvements also icons creation inside Kampung Batik Celaket environment. There are five factors as design reference: factors of location, environtmental athmosphere, outdoor layout, road circulation system, and facade of buildings. These factors will be arranged into good construction in order to give comfort and safety in its shopping athmosphere.To begin with, these factors must undergo a research to understand their characteristics, so the result study can be used as a reference for planning and designing area of Kampung Batik Celaket to be one ideal, feasible and productive village.This study conducted directly on site which began from surveys, interviews, and extraction important elements through visual studies.Then, the obtainable data are tested for formulating reccommendations of designs from each subregion.
Studi Komparasi Seting Tempat Aktivitas di Lingkungan Perumahan Kawasan Perdesaan Pegunungan
Cut Nuraini
Tesa Arsitektur Vol 18, No 2: Desember 2020
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v18i2.2231
A residential area has its own character according to the cultural background of the community. The residential area in Hutagodang and Habincaran has a unique arrangement in terms of placing several public facilities as places of community activity. This study aims to find out what the setting of activities in the residential area of mountainous countryside/rural areas, especially in Hutagodang and Habincaran, than comparing with previous research in Singengu. This research is a explorative-qualitative research with descriptive analysis. The data collection technique was carried out through a mini-tour to collect a number of field facts related to the settings for the activities recorded in the logbook and field sketchbooks. The results showed that the setting of activities in the residential area of Hutagodang and Habincaran villages can be grouped into two major parts, namely 1) places of worship, and 2) places of gathering. The place of worship for men is the mosque, and the setting is in the western area from alaman bolak/the center of the residential area, while the place of worship for women is the prayer room/musholla, and the setting is nearby of alaman bolak as centre area. The gathering place for men is lopo (coffee shop) whose settings are nearby of alaman bolak, precisely on the west side, while the gathering place for women is parjagalan (warung) whose settings are located east of the center of alaman bolak. Men and women have separate settings for activity, but there is one place that is used together as a gathering place, the center of the environment called alaman bolak (large yard).
Penguraian Tanda (Decoding) Pada Rumah Limas Dengan Pendekatan Semiotika
Grace Agnes Helena Sibarani;
Agus Suharjono Ekomadyo
Tesa Arsitektur Vol 19, No 1: Juni 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i1.3123
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman warisan budaya yang berpadu dengan keunikan khas masing-masing masyarakat lokalnya. Salah satu contoh warisan budaya Indonesia adalah rumah limas. Sebagai rumah tradisional suatu daerah, rumah limas menjadi salah satu saksi dari beragam adat istiadat dan tradisi yang berkembang di provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di Kota Palembang. Arsitektur rumah limas sarat akan perwujudan identitas asimilasi budaya yang kental, di mana setiap bagiannya memiliki pesan-pesan khusus yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Penelitian ini akan membahas secara khusus bagaimana pesan-pesan tersebut diurai menggunakan metode kualitatif semiotika. Semiotika merupakan ilmu yang mengkaji tentang relasi antara komponen-komponen tanda, serta relasi komponen-komponen tersebut dengan masyarakat pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesan-pesan yang terkandung di dalam arsitektur rumah limas dapat dihubungkan melalui dua rujukan utama, yaitu respon terhadap alam dan respon terhadap unsur campuran budaya.
Kebutuhan Elemen Desain Jalan Yang Inklusif Di Kampung Pelangi Semarang Berdasarkan Aspek Kenyamanan
Muchammad Fuad Chakam;
Novia Sari Ristianti
Tesa Arsitektur Vol 19, No 1: Juni 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i1.2449
Kampung Wonosari yang sekarang disebut dengan Kampung Pelangi yang merupakan salah satu kampung kota di Kota Semarang menjadi salah satu destinasi wisata baru setelah ditetapkan oleh pemerintah melalui program GERBANG HEBAT pada tahun 2017. Kampung dengan karakteristik lingkungan yang berkontur semakin menegaskan bahwa jalan lingkungan menjadi ruang publik paling vital di Kampung Pelangi yang tentu harus inklusif bagi semua penggunanya. Namun pada pelaksanaan penyediaan jalan yang inklusif sesuai konsep ini di Kampung Pelangi dinilai masih belum memenuhi prinsip-prinsip Street for Life, terutama dari aspek kenyamanan. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi dasar penelitian dan menimbulkan pertanyaan penelitian “Apa saja kebutuhan elemen desain dalam penciptaan jalan lingkungan yang inklusif di Kampung Pelangi Semarang dari Aspek Kenyamanan”. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kebutuhan elemen desain jalan yang inklusif di Kampung Pelangi Semarang.Pada prosesnya, mix method yaitu memadukan data kuantitatif dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dan sesuai. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Kebutuhan tersebut meliputi penyediaan jalan yang bersih dan jalan tidak licin ketika dilalui sehingga jalan nyaman untuk dilalui oleh semua pengguna jalan.
Sistem Open Building Dalam Bangunan Hunian
Aldhi Nugraha Anantama;
Ikaputra Ikaputra
Tesa Arsitektur Vol 19, No 1: Juni 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i1.2498
Konsep sistem Open Building yang diutarakan oleh Habraken pada tahun 1961, menggagas mengenai pemisahan struktur (support) dengan interior non-struktural (infill), sehingga antara satu dan lainnya tidak saling bergantung jika ada perubahan dalam bangunan. Penelitian ini berfokus membahas dasar-dasar dari teori Open Building dan bagaimana hubungannya dengan arsitektur yang berkelanjutan. Selain itu, untuk mengetahui kelebihan juga kekurangan dari sistem tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literatur yang menggunakan data sekunder dari berbagai tulisan serta artikel yang membahas serta mendukung pembahasan mengenai Open Building. Dari hasil akhir yang didapatkan, beberapa pernyataan atau penelitian sebelumnya memang mendukung Open Building sebagai suatu sistem yang mendukung arsitektur yang berkelanjutan dengan kemampuan beradaptasinya, namun tetap diperlukan dukungan dari instansi pemerintah yang terkait, dan juga pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat umum.
Studi Tipomorfologi Rumah Melayu: Inkrementalitas Pada Ruang Dan Konstruksi
Yulianto Purwono Prihatmaji;
Imanuddin Imanuddin
Tesa Arsitektur Vol 19, No 1: Juni 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i1.3187
Tujuan dari studi ini untuk menggali persamaan dan perubahan-perubahan bentuk dan langgam selama proses membangun Rumah Melayu secara ruang dan konstruksi. Rumah Melayu dibangun secara mandiri oleh masyarakat dengan segenap kemampuan dan estetika didalamnya, sehingga bangunan rumah dapat mengekspresikan gaya hidup dari penghuninya. Rumah Melayu tersebar di sekitar selat Malaka yang meliputi Rumah Melayu Malaysia, Riau, dan Kepulauan Riau. Terdapat 9 tipe Rumah Melayu yang diikat oleh persamaan menggunakan sistem inkremental (tipologi), yang memungkinkan Rumah Melayu untuk dibangun secara bertahap baik secara ruang maupun konstruksi (morfologi). Diharapkan dari hasil tipologi dan morfologi Rumah Melayu dapat menjadi dasar inovasi pengembangan Rumah Melayu di masa kini dan mendatang. Tipologi Rumah Melayu dapat dilihat dari persamaan acuan mendirikan rumah, yaitu titik, bidang, dan garis. Acuan-acuan ini memperlihatkan morfologi dari keberagaman penciptaan ruang dan konstruksi yang terlihat dari perbedaan layout, fungsi ruang dan orientasi Rumah Melayu. Morfologi pada Rumah Melayu juga diperlihatkan melalui inkrementasi sistem konstruksi antara rumah inti dan ruang penunjang.
Arsitektur Biophilic Untuk Mendukung Pengembangan Desain Hunian Di Era Kegiatan Work From Home (Pandemic Covid 19)
Christian Moniaga
Tesa Arsitektur Vol 19, No 1: Juni 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i1.3404
Pandemi Covid-19 mengharuskan manusia untuk dalam kurun waktu tertentu menghindari interaksi langsung antar manusia. Untuk menjaga produktivitas kerja, maka banyak langkah yang dilakukan termasuk kegiatan bekerja dari rumah (work from home). Perubahan pola aktivitas ini mempengaruhi cara pandang manusia untuk menciptakan kantor kecil di rumah mereka. Usaha untuk menciptakan ruang kantor tersebut bukanlah tanpa sebab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jobstreet.com ternyata proses berpindahnya aktivitas bekerja dari kantor ke dalam hunian tidak bisa begitu saja berpindah. Banyak aspek yang melatarbelakangi kegiatan bekerja tidak bisa berjalan baik di dalam rumah. Beranjak dari permasalahan tersebut, maka timbulah sebuah pertanyaan tentang bagaimana merancang sebuah ruangan kerja yang terpisah dari aktivitas rumah yang mampu memberikan pengalaman bekerja dengan kualitas yang baik, sehingga kegiatan work from home dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penelitian ini mengambil obyek pada sebuah hunian yang terletak di perumahan Cluster Naraya BSB City Semarang. Dimana perumahan ini memliki mayoritas penghuni berusia produktif yang disinyalir terdampak dengan kebijakan bekerja dari rumah. Arsitektur Biofilia menjadi teori utama dalam melihat sejauh mana perancangan pengembangan ruang kerja dapat memberikan dampak kualitas bekerja dari rumah yang baik.
Korelasi Antara Pagar Rumah Tinggal Dengan Aktivitas Ruang Publik di Perumahan Mlaten, Semarang
Maria Damiana Nestri Kiswari
Tesa Arsitektur Vol 19, No 2: Desember 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i2.3700
Perumahan Mlaten merupakan perumahan yang memiliki nilai historis dalam perkembangan perumahan di Kota Semarang. Saat ini, kondisi perumahan khususnya unit – unit huniannya sudah jauh berbeda dari kondisi awal. Warga mengembangkan unit huniannya dan sebagian besar menambahkan pagar rumah, yang dahulu tidak ada dalam desain awal perumahan. Pagar rumah merupakan tanda batas antara area public dan area privat yaitu antara jalan / taman umum dengan rumah tinggal. Keberadaan pagar untuk melindungi area privat tersebut. Di sisi lain, aktivtias warga lingkungan perumahan Mlaten khususnya di Jalan Serayu memanfaatkan ruang publik. Ada dugaan bahwa ada hubungan antara pagar rumah tinggal dengan pemanfaatan ruang publik, khususnya yang berada di sekitarnya. Tujuan dari penelitan ini mengidentifikasi bentuk pagar rumah tinggal dan aktivitas ruang publik yang ada di sekitarnya, serta mengidentifikasi korelasi keberadaan pagar dengan aktivitas yang dilakukan di ruang public. Manfaat dari penelitian ini adalah pemahaman permasalahan lingkungan perumahan dengan rumah-rumah yang berpagar khususnya di Jalan Serayu agar dapat menjadi masukan untuk penataan kampung, dimana perumahan Mlaten yang perkembangannya saat ini menjadi lingkungan yang padat. Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu melakukan pengamatan, merekam gambar dan pengukuran dari bentuk pagar rumah tinggal dan aktivitas yang ada di ruang publik. Hasil dari penelitian ini berupa gambaran korelasi keberadaan pagar rumah tinggal dengan aktivitas ruang public yang ada di sekitarnya.
Sirkulasi Pergerakan Pada Gedung Rektorat Universitas Bengkulu
Dwi Oktavallyan Saputri
Tesa Arsitektur Vol 19, No 2: Desember 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24167/tesa.v19i2.4090
Gedung Rektorat merupakan salah satu gedung yang memiliki peranan penting dalam menjalankan kegiatan di lingkungan Universitas baik kegiatan yang akan direncanakan, dilaksanakan, maupun dievaluasi. Sirkulasi pergerakan pada suatu bangunan memiliki banyak fungsi dalam menjalankan perannya, sehingga sedemikian rupa dirancang agar aktivitas atau kegiatan berjalan dengan baik. Dengan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sirkulasi pergerakan pada Gedung Rektorat Universitas Bengkulu. Metode penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan hasil pengamatan yang dilakukan melalui observasi lapangan berdasarkan teori sirkulasi yang dilakukan secara sistematis dan aktual. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa Gedung Rektorat menerapkan beberapa pola sirkulasi pergerakan dalam ruang yang berrtujuan untuk mencapai suatu tujuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan guideline dalam pengembangan dalam mendesain sirkulasi pergerakan dalam ruang pada Gedung Rektorat Universitas.