cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Litbang Industri
ISSN : 22523367     EISSN : 25025007     DOI : 10.24960
Core Subject : Engineering,
Jurnal Litbang Industri (JLI) adalah jurnal ilmiah yang terbit secara berkala dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. JLI memuat artikel primer yang bersumber langsung dari hasil riset industri, olahan hasil pertanian, penanggulangan pencemaran industri. Semua naskah direview oleh mitra bestari. Jurnal Litbang Industri Padang diterbitkan oleh Balai Riset dan Standardisasi industri Padang, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. p-ISSN: 2252-3367 e-ISSN: 2502-5007
Arjuna Subject : -
Articles 357 Documents
Pengaruh Suhu Penggorengan dan Ketebalan Irisan Buah Terhadap Karakteristik Keripik Nanas Menggunakan Penggorengan Vakum Asmawit, Asmawit; Hidayati, Hidayati
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 2 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.515 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i2.639.115-121

Abstract

Pineapple is one of the fruits that are produced in West Kalimantan. The production which is relatively high and it had a relatively short shelf life that is necessary to diversify the products from pineapple fruit that can add the sale value and extend the shelf life. One potential alternative is to develop the processing become chips. Pineapple chips processing was done by using a vacuum frying.  In the making process of pineapple chips was done by varying of frying temperature at 80, 85 and 90 degC and slice thickness 3, 4 and 5 mm. The research goal was to determine the effect of frying temperature and slice thickness of fruit on the characteristics of pineapple chips. The analysis showed that the frying temperature between 85-90oC and slices thick 3 mm were a good combination in the making of pineapple chips and met the SNI 01-4304-1996.ABSTRAK Nanas merupakan salah satu buah yang banyak dihasilkan di Kalimantan Barat. Produksi nanas yang relatif tinggi dan umur simpan yang relatif pendek mendasari perlu dilakukan diversifikasi produk dari buah nanas sehingga dapat menambah nilai jual dan memperpanjang umur simpan buah. Salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan adalah dengan mengolahnya menjadi keripik. Pengolahan keripik nanas dilakukan dengan menggunakan alat penggorengan hampa (vacuum frying). Pada proses pembuatan keripik nanas ini dilakukan penelitian berupa variasi suhu penggorengan yaitu 80, 85 dan 90oC dan tebal irisan yaitu 3, 4 dan 5 mm. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengetahui pengaruh suhu penggorengan dan tebal irisan buah terhadap karakteristik keripik nanas. Hasil analisa  menunjukkan bahwa suhu penggorengan antara 85-90oC dan tebal irisan 3 mm, merupakan kombinasi yang baik dalam pembuatan keripik nanas dan sudah memenuhi SNI 01-4304-1996.
Sifat Tahan Luntur dan Intensitas Warna Kain Sutera Dengan Pewarna Alam Gambir (Uncaria gambir Roxb) Pada Kondisi Pencelupan dan Jenis Fiksator Yang Berbeda Failisnur, Failisnur; Sofyan, Sofyan
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (822.495 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i1.634.1-8

Abstract

Gambier (Uncaria gambir Roxb) contains tannin compounds that can be used as a dye for textile products. Tannins are complex compounds in plant tissues when reacted with certain metal ions will form a specific colour. Result of strength and colour direction depend on dyeing condition and kind of fixator in fixation process. Purpose of the research to decide a right of dyeing condition and kind of fixator which were desired in order to produce colour variation, colour strength value, and a good colour fastness. The dyeing was conducted in hot condition (60-70ºC) in room temperature (27-30ºC) with fixator Al2(SO4)3, CaO,, and FeSO4. Result of the research was found a colour direction that was variative enough on silk fabrics started from yellow, golden yellow, brownish red, brown, moss green until blackish green. The optimum condition was obtained in hot dyeing (60-70ºC), kind of fixator CaO that produced intensity and higher darkness colour (K/S value) as high as 19.174 and colour fastness of washing 40oC, bright light and heat pressure was good and very good (4-5).ABSTRAK Gambir (Uncaria gambir Roxb) mengandung senyawa tanin yang dapat digunakan sebagai pewarna pada produk tekstil. Tanin merupakan senyawa komplek pada jaringan tumbuhan yang bila direaksikan dengan ion-ion logam tertentu akan membentuk warna yang spesifik. Intensitas dan arah warna kain yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kondisi saat pencelupan dan jenis fiksator pada proses fiksasi. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kondisi pencelupan yang tepat dan pemilihan jenis fiksator yang diinginkan dalam menghasilkan variasi warna, nilai intensitas dan ketahanan luntur warna yang baik. Pencelupan dilakukan dalam suasana panas (60-70ºC) dan pada suhu kamar (27-30ºC), dengan pembangkit warna (fiksator) Al2(SO4)3 (tawas), CaO(kapur tohor) dan FeSO4 (tunjung).  Hasil penelitian didapatkan arah warna yang cukup variatif pada kain sutera mulai dari kuning, kuning keemasan, merah kecoklatan, coklat, hijau lumut sampai hijau kehitaman.  Kondisi optimum diperoleh pada pencelupan panas (60-70ºC), jenis fiksator CaO yang menghasilkan intensitas dan ketuaan warna lebih tinggi (nilai K/S) sebesar 19,174 dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40ºC, sinar terang hari dan penekanan panas bernilai baik sampai sangat baik (4-5).
Penentuan Kondisi Terbaik Ekstraksi Antioksidan dari Gambir Menggunakan Metode Permukaan Respon Yeni, Gustri; Sa’id, E. Gumbira; Syamsu, Khaswar; Mardliyati, Etik
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.273 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i1.637.39-48

Abstract

Extract of Uncaria gambier contains phenolic compounds that have function as an antioxidants. Antioxidant content depends on the extraction conditions. To obtain high antioxidant activity of the phenolic compounds, the optimization process was carried out using response surface methodology (RSM) with three variables namely  the ratio of solvent (ethyl acetat : ethanol), the ratio of sample : solvent and time of extraction with the antioxidant activity DPPH (IC50) as response. Optimization result showed a quadratic polynomial regression equation of Y = 137.25 + 5.18 (R.solvent) + 24.75 (R.sample) + 11.53 (Time of.extrac) + 6.17 (R.solvent x sample) + 3.14 (Rsolvent x Time of.extrac) + 13.79 (R.sample x Time of.extrac) – 5.44 (R.solvent2) – 15.33 (R.sample2) – 5.42 (Time of.extrac2). The optimum response was achieved at the solvent ratio of ethyl acetat : ethanol = 0,37 : 0,55, ratio of sample : solvent = 1:2 and time of extraction 20 hours.  Validation result revealed that the predicted value (IC50 = 82.89 mg/mL) of this model was reasonably close to the experimental result (IC50 = 82,735 ± 0,362 mg/mL). Visual characterization of the extracts indicated that the extracts have different colour in each treatment, depending on the ratio of the solvent used.ABSTRAK Ekstrak dari Uncaria gambir mengandung senyawa fenolik katekin yang berfungsi sebagai antioksidan. Kandungannya pada hasil ekstrak bergantung pada kondisi ekstraksi yang digunakan. Untuk mendapatkan kondisi ekstraksi terbaik senyawa fenolik dari gambir dengan aktivitas antioksidan yang tinggi dilakukan proses optimasi menggunakan metode permukaan respon (RSM) pada tiga variabel yaitu rasio pelarut, rasio sampel dengan pelarut dan lama ekstraksi dengan respons aktivitas antioksidan terhadap antiradikal DPPH (IC50). Hasil optimasi menunjukkan persamaan kuadrat polinomial regresi yaitu Y = 137,25 + 5,18 (Rpelarut) + 24,75 (Rsampel) + 11,53 (Lamaeks) + 6,17 (Rpelarut x sampel) + 3,14 (Rpelarut x lamaeks) + 13,79 (Rsampel x lamaeks) - 5,44 (Rpelarut2) - 15,33 (Rsampel2) - 5,42 (Lamaeks2). Kondisi optimum dicapai pada rasio etil asetat dengan etanol  0,37:0,55, rasio sampel dengan pelarut 1:2 dan lama ekstraksi 20 jam. Hasil validasi menunjukkan nilai prediksi (IC50 = 82.89 mg/ml) dari model tidak berbeda signifikan dengan nilai hasil validasi (IC50= 82,735 ± 0,362 mg/ml). Karakteristik produk hasil ekstraksi secara visual menunjukkan warna yang berbeda dari setiap perlakuan dan tergantung dari rasio pelarut yang digunakan.
Pemanfaatan Daun Ubi Kayu Menjadi Dendeng Sebagai Makanan Alternatif Vegetarian Pengganti Protein Firdausni, Firdausni; Anova, Inda Three
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.147 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i1.662.61-69

Abstract

The research on utilization of cassava leaves in making of jerky as a protein source  was aimed to optimize the utilization of cassava leaves became products which were delicious, preferably and as a source of protein for vegetarians. Processing of cassava leaves became jerky was made by several stages of the process and addition of fillers, flour, and other seasoning condiment to produce a soft jerky with preferred taste. The first  stage was done to get  the right process and variation of flour addition, control (0%) craftsmen version, the addition of tapioca flour 25%, 50% and 75%. The results showed that the addition of flour ratio affected the levels of protein, carbohydrate and organoleptic of cassava leaves jerky. The making of cassava leaves jerky by treatment tapioca flour addition of 50% indicated optimal results with water content  2.91%, ash content  4.47%, protein 14.01%, fat content 20.15%, and crude fiber 11.10 %, and organoleptic testing for taste, color, aroma and texture were preferred. Observations storability of cassava leaves jerky with plastic packaging at room temperature was still in good condition visually for three months of storage.ABSTRAK Penelitian pemanfaatan daun ubi kayu dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun ubi kayu menjadi produk olahan yang enak, disukai dan sebagai sumber protein bagi vegetarian. Pengolahan daun ubi kayu menjadi dendeng dilakukan dengan beberapa tahapan proses dan penambahan bahan pengisi, tepung, dan bumbu-bumbu yang lain sehingga dihasilkan dendeng yang empuk dengan rasa yang disukai. Tahap awal dilakukan untuk mendapatkan proses yang tepat dan variasi penambahan tepung yaitu kontrol (0%) versi pengrajin, penambahan tepung tapioka 25, 50, dan 75%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penambahan tepung berpengaruh terhadap kadar protein,  karbohidrat, dan organoleptik dendeng daun ubi kayu.  Pembuatan  dendeng daun ubi kayu dengan perlakuan penambahan tepung tapioka 50% menunjukkan  hasil yang optimal dengan  kadar air 2,91%, kadar abu 4,47 %, protein 14,01%,  lemak 20,15%, dan serat kasar 11,10%, dan uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur disukai.  Dendeng daun ubi kayu dengan kemasan plastik pada suhu ruang masih dalam kondisi baik secara visual selama tiga bulan  penyimpanan.
Pengaruh Perbandingan Sari Buah dan Gula Terhadap Mutu Minuman Fungsional Labu Kuning Anova, Inda Three; Firdausni, Firdausni; Kamsina, Kamsina
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.156 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.666.113-122

Abstract

Functional beverage is a kind of beverage obtained from the edible part of fruit through process of washing, crushing, and purifying (if required), pasteurizing, fermenting, and packaging to be consumed immediately. Functional drinks of pumpkin can be used as a satisfying taste and have special function to increase the certain vitamins and minerals intake, inceasing stamina, and reducing the risk of certain diseases (such as antioxidants to reduce the risk of cancer). The purpose of this study was to determine the optimum concentration of pumpkin juice and sugar concentration in making functional drinks of pumpkin. The results showed that the treatment variation of pumpkin juice and water ratio 1:1 and the addition of sugar 20% (A1B3) provided the best results for pH, sugar content, total acid, total dissolved solid, metal contamination, and the amount of lactic acid bacteria. For all treatments, the results of microbial contamination were good, both coliforms <2 APM/100 ml (negative) and salmonella (negative), and had storage resistance at a temperature of 4oC (refrigerator) for three (3) weeks.ABSTRAKMinuman fungsional dihasilkan dari pengolahan buah untuk dikonsumsi secara langsung. Minuman ini diperoleh melalui  proses pencucian, penghancuran, penjernihan (jika dibutuhkan), pasteurisasi, fermentasi, dan pengemasan. Minuman fungsional labu kuning bisa digunakan sebagai pemuas rasa dan berfungsi khusus untuk menambah asupan vitamin dan mineral tertentu, meningkatkan stamina tubuh, dan mengurangi resiko penyakit tertentu (seperti antioksidan untuk mengurangi resiko kanker). Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi juice labu kuning dan konsentrasi gula yang optimal dalam pembuatan minuman fungsional labu kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rasio sari labu kuning dengan air 1:1 dan penambahan gula pasir 20%  (A1B3)  memberikan hasil terbaik terhadap nilai pH, kadar gula, total asam,   total padatan terlarut, cemaran logam dan  jumlah bakteri asam laktat. Untuk semua perlakuan, cemaran mikroba hasilnya bagus, baik bakteri koliform <2 APM/100 ml (negatif) maupun salmonella (negatif) serta memiliki ketahanan simpan pada suhu 40C (refrigerator) selama 3 (tiga) minggu.
Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Kehalusan Gambir Serta Variasi Komposisi Terhadap Beberapa Sifat Fisika dalam Pembuatan Tinta Cetak Muchtar, Hendri; Anova, Inda Three; Yeni, Gustri
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1089.736 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.674.131-139

Abstract

Ink is a very important element that determines the quality of a printout. One of the potential natural materials that can be used as a raw material for making printing ink is gambier.The objective of this study was to observe the effect of stirring speed and particle size on some physical properties in the printing ink. The ink manufacturing was done in 2 phases, namely the manufacture of color pigment and ink formulation. Pigment ink was made by cleaning the gambier through dilution with hot water, filtration, and precipitation of fitrat. Furthermore the gambier was mashed with particle size variation 40, 60, 80 mesh. The adding saturated FeCl3 compounds in ethanol into the extract gambier slowly with stirring speed 250, 500, 750 rpm for 4 hours. The color of the pigment, viscosity, and the particle size was tested by using the PSA method (particle size analyzer). Manufacture of ink formula with additives propylene glycol 7.5; 10; 12.5 mL and polyethylene glycol 0.1; 0.3; and 0.5 mL for every 30 ml of extract gambier in ethanol. Best pigment was obtained from the use of gambier 60 mesh powder, stirring speed 250 rpm, the smallest pigment particle was 47.54 nm. The best ink formula was using propylene glycol and polyethylene glycol 12.5 mL and 0.5 mL. The characteristics of ink were black colored ink with a density 0.9633 at a temperature of 28-30°C, viscosity 0.9 cP, and surface tension 0.2539 N/m.ABSTRAK Tinta merupakan unsur yang sangat penting menentukan kualitas hasil cetakan. Salah satu bahan alam potensial yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tinta cetak adalah gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh kecepatan pengadukan dan kehalusan bahan baku gambir terhadap beberapa sifat fisika dalam pembuatan tinta cetak. Pembuatan tinta dilakukan 2 tahap yaitu pembuatan pigmen dan formula tinta. Pigmen tinta dibuat dengan cara membersihkan  gambir melalui pelarutan dengan air panas, penyaringan, dan pengendapan fitrat. Selanjutnya endapan gambir dihaluskan dengan variasi ukuran butiran sebesar  40, 60, 80 mesh. Penambahan senyawa FeCl3  jenuh dalam etanol pada ekstrak gambir dalam 25 ml etanol secara perlahan dengan kecepatan pengadukan bahan sebesar 250, 500, 750 rpm selama 4 jam. Pigmen diuji warna, viskositas, dan ukuran partikel dengan menggunakan metoda PSA (particle size analyzer). Pembuatan formula tinta dengan bahan aditif propilen glikol sebesar 7,5; 10; 12,5 ml dan polietilen glikol 0,1; 0,3; 0,5 ml untuk setiap 30 ml ektrak gambir dalam etanol. Pigmen yang terbaik diperoleh pada pemakaian bubuk gambir 60 mesh, kecepatan pengadukan 250 rpm, ukuran partikel pigmen yang terkecil adalah 47,54 nm. Formula tinta yang terbaik adalah tinta dengan menggunakan propilen glikol 12,5 ml dan polielen glikol 0,5 ml. Karakteristik  tinta bewarna hitam dengan berat jenis pada suhu 28-30oC sebesar 0.9633, viskositas      0,9 cP dan tegangan permukaan 0,2539 N/m.
Pengaruh Perlakuan Limbah dan Jenis Mordan Kapur, Tawas, dan Tunjung Terhadap Mutu Pewarnaan Kain Sutera dan Katun Menggunakan Limbah Cair Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sofyan, Sofyan; Failisnur, Failisnur; Salmariza, Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6438.831 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.668.79-89

Abstract

Gambier is an extract obtained from heat extraction of leaves and twigs of gambier plant followed by compression, sedimentation, and the formed paste is moulded and then dried. According to West Sumatra in figures, total production of gambier in West Sumatera in 2012 reached 14,220 tons. From the amount would be produced approximately 5,688,000 liters of liquid waste per year. The gambier waste is a by product of gambier production process which is untapped. High tannin content in the liquid waste is a dye that can be used as a textiles dye. The purpose of the research was to utilize liquid waste from gambier production process to dye silk and cotton fabrics with liquid waste treatment which was not stabilized or stabilized with mordant lime (CaCO3), alum Al2(SO4)3, and tunjung (FeSO4). The results of the research showed that dyeing with liquid waste by using different mordant would generate different colors. Silk and cotton fabrics were dyed with waste, whether stabilized or not stabilized and mordanted with lime, alum, and tunjung generated a reddish brown color,  bright yellow, and moss green respectively. When compared between silk and cotton, color absorption on silk was better. It could be seen from the darker color for the same treatment. The analysis results of color fastness to washing 40°C, the bright day light, and heat pressing generally ranged between good to excellent (scale 4-5).ABSTRAKGambir adalah getah yang diperoleh dari ekstraksi panas daun dan ranting tanaman gambir yang diikuti pengempaan, sedimentasi, dan pasta yang terbentuk dicetak lalu dikeringkan. Menurut Sumatera Barat dalam angka, total produksi gambir Sumatera Barat selama tahun 2012 mencapai 14.220 ton. Dari jumlah tersebut akan dihasilkan lebih kurang 5.688.000 liter limbah cair per tahun. Limbah gambir merupakan hasil samping dari proses produksi gambir yang belum dimanfaatkan. Kandungan tanin yang tinggi dalam limbah cair ini merupakan bahan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair proses produksi gambir untuk pewarna kain sutera dan kain katun dengan perlakuan limbah cair yang tidak distabilkan dan yang distabilkan dengan mordan kapur (CaCO3), tawas Al2(SO4)3, dan tunjung  (FeSO4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencelupan dengan limbah cair menggunakan mordan yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda pula. Kain sutera dan katun yang diwarnai dengan limbah, baik yang tidak distabilkan ataupun yang distabilkan menghasilkan warna coklat kemerahan untuk yang dimordan dengan kapur, kuning cerah untuk yang dimordan dengan tawas, dan hijau lumut yang dimordan dengan tunjung. Bila dibandingkan antara sutera dan katun, maka penyerapan warna pada sutera lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna yang lebih tua untuk perlakuan yang sama. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC, terhadap sinar terang hari, dan terhadap penekanan panas umumnya berkisar antara baik sampai dengan baik sekali (skala 4-5).
Degradasi Zat Warna Direct Red-23 dan Direct Violet Dengan Metode Ozonolisis, Fotolisis Dengan Sinar Uv dan Cahaya Matahari Menggunakan Katalis N-Doped TiO2 Safni, Safni; Anggraini, Deby; Wellia, Diana Vanda; Khoiriah, Khoiriah
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1259.876 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.675.123-130

Abstract

Direct red-23 and Direct violet are non-biodegradable compounds containing azo component and carcinogenic. Direct red-23 and Direct violet had been degraded by ozonolysis, photolysis with UV lamp and solar irradiation methods using N-doped TiO2 catalyst. UV/Vis Spectrophotometer at wavelength 300-800 nm was used to measure the absorption of sample solution. The optimum weight of N-doped TiO2 catalyst was 20 mg. From the three methods obtained that ozonolysis method was the faster degradation process than photolysis with UV and solar irradiation. Direct red-23 and Direct violet was degraded as much as 55 and 50% within 20 minutes by ozonolysis.ABSTRAKZat warna Direct red-23 dan Direct violet merupakan senyawa non-biodegradable yang mengandung senyawa azo dan bersifat karsinogen. Direct red-23 dan Direct violet didegradasi menggunakan metode ozonolisis, fotolisis dengan sinar UV dan dengan penyinaran matahari, tanpa dan dengan katalis N-doped TiO2. Hasil penelitian diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 300-800 nm. Berat optimum katalis N-doped TiO2 didapatkan 20 mg. Dari ketiga metode didapatkan bahwa proses degradasi pada metode ozonolisis paling cepat dibandingkan dengan fotolisis sinar UV dan cahaya matahari. Direct red-23 dan Direct violet dapat didegradasi sebanyak 55 dan 50% dalam waktu 20 menit.
Pengaruh Penggunaan Metanol Bekas Pakai Secara Berulang-Ulang Terhadap Rendemen dan Mutu Biodiesel dengan Bantuan Reaktor Kavitasi Hidrodinamik Mahlinda, Mahlinda; Maurina, Lancy
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.643 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.669.71-77

Abstract

Research on the using effect of repeatedly used methanol toward yield and quality of biodiesel assisted by hydrodinamic cavitation reactor had been done. The aim of this research was to study the effect of used methanol which is used repeatedly toward yield and quality of biodiesel products. The constant variable used in the transesterification process was the molar ratio of methanol and oil 4:1, KOH catalyst 1%, temperature 45oC and reaction time 60 minutes. The manipulated variable was the number of used methanol replications consisted of 4 replications (replication 1 using fresh methanol dan 3 replications using used methanol). The results of the research showed that biodiesel products couldn not be used directly in diesel engines because some parameters that were tested did not meet the requirements of SNI 04-7182:2006.ABSTRAKPenelitian tentang pengaruh penggunaan metanol bekas pakai secara berulang-ulang terhadap rendemen dan mutu biodiesel menggunakan reaktor kavitasi hidrodinamik telah dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penggunaan metanol bekas pakai yang dipakai secara berulang-ulang dengan mengamati rendemen dan mutu biodiesel yang dihasilkan. Variabel konstan yang digunakan pada proses transesterifikasi ini adalah rasio molar metanol dan minyak 4:1, katalis KOH 1%, temperatur 45 oC dan waktu reaksi 60 menit. Variabel berubah adalah jumlah ulangan penggunaan metanol terdiri dari 4 ulangan (ulangan 1 menggunakan metanol baru dan 3 ulangan mengggunakan metanol bekas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk biodiesel yang dihasilkan tidak dapat digunakan secara langsung di mesin diesel karena beberapa parameter yang diuji tidak memenuhi persyaratan SNI 04-7182:2006.
Pembuatan Bioplastik Dari Pati Ubi Kayu Berpenguat Nano Serat Jerami dan ZnO Amni, Chairul; Marwan, Marwan; Mariana, Mariana
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1501.158 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.670.91-99

Abstract

Production of biodegradable plastic film had been done using cassava starch which serves as a main raw material, distilled water as a solvent, as well as nano fiber straw, ZnO, and a mixture of nano fiber straw and ZnO that function as a reinforcement of bioplastic. Cassava starch was chosen as the raw material for making plastics because of easy to obtain and inexpensive, moreover the use is still very low when compared to other plants that as staple food stuffs, such as rice, corn, potatoes, wheat, and so forth. This research was aimed to make plastics that can reduce the environmental impact by looking at the effect of reinforcing the concentration used for the mechanical properties of the film, water absorption, and the decomposition rate of the plastic. The reinforcer used was nano fibers straw, ZnO, and a mixture of both with a concentration of 1%, 3%, 6%, and 9% of each reinforcer. Testing of mechanical properties (tensile strength and elongation) used the Electronic System Universal Testing Machines, testing of water absorption was done by immersing the film in water for 24 hours, and testing of decomposition rate was done by burying the film into the ground. The results showed the highest tensile strength values was 0.32 kgf/mm2obtained at a concentration of 9% ZnO, whereas the highest percent elongation was 34% obtained at a concentration of 1% nano-fiber straw. The lowest water absorption was 16% obtained at a concentration of 9% ZnO. The highest absorption of water was 27.23% obtained at a concentration of 1% nano-fiber straw and the decomposition process occured for 18-27 days.ABSTRAKPembuatan film plastik biodegradable telah dilakukan dengan menggunakan pati ubi kayu  yang berfungsi sebagai bahan baku utama dan bahan-bahan lain yaitu aquades yang berfungsi sebagai pelarut, serta  nano serat jerami, ZnO dan campuran dari serat jerami dan ZnO yang berfungsi sebagai penguat bioplastik. Pati ubi kayu dipilih sebagai bahan baku pembuatan plastik karena selain mudah didapat dan harganya murah, penggunaannya juga masih sangat minim jika dibandingkan dengan tumbuhan lainnya yang merupakan bahan makanan pokok masyarakat, seperti beras, jagung, kentang, gandum, dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk membuat plastik yang dapat mengurangi dampak lingkungan dengan melihat pengaruh konsentrasi penguat yang digunakan terhadap sifat mekanik  film, daya serap air, dan laju penguraian dari plastik tersebut. Penguat  yang digunakan adalah serat jerami yang berukuran nano, ZnO dan campuran keduanya  dengan konsentrasi 1%, 3%, 6%, dan 9% dari masing-masing penguat. Pengujian sifat mekanik (kuat tarik dan elongasi) menggunakan Electronic System Universal Testing Machines, pengujian daya serap air dilakukan dengan cara merendam film tersebut di dalam air selama 24 jam, dan pengujian laju penguraian dilakukan dengan cara menguburkan film ke dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan nilai kuat tarik tertinggi diperoleh pada konsentrasi 9% ZnO yaitu 0,32 kgf/mm2, sebaliknya persen elongasi tertinggi diperoleh  pada konsentrasi 1% nano serat jerami  yaitu 34%. Daya serap air terendah yaitu 16% diperoleh pada konsentrasi 9% ZnO. Penyerapan air paling tinggi adalah 27,23% pada konsentrasi nano serat jerami 1% dan proses penguraian terjadi selama 18-27 hari.

Page 6 of 36 | Total Record : 357