cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 285 Documents
CIRI-CIRI FANTASTIK DUA CERITA RAKYAT KALIMANTAN DALAM BUKU KUMPULAN CERITA RAKYAT NUSANTARA KARYA KIDH HIDAYAT Suhendi, Indrawan Dwisetya
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3134

Abstract

Tulisan ini mencoba untuk mengungkap ciri-ciri fantastik dua cerita rakyat Kalimantan dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) karya Kidh Hidayat. Seperti judul buku tersebut, cerita ini memang berasal dari cerita lisan yang kemudian dituliskan untuk lebih dikenal luas di kalangan pembaca. Data yang tersedia dalam buku ini berupa cerita rakyat Kalimantan yang berjudul Asal Mula Hantu Jadi-jadian Hantuen (AMHJH) dan Asal Mula Burung Roak (AMBR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Di mana data yang berupa teks cerita akan dideskripsikan menurut struktur cerita fantastik Raymond Rogé untuk kemudian dilihat ciri-ciri kefantastikkan yang dimilikinya. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai (1) struktur cerita AMHJ dan AMBR, dan (2) ciri-ciri fantastik dalam kedua cerita tersebut. This paper attempts to uncover the characteristics of two fantastic stories in Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) by Kidh Hidayat. As the title of the book implies, this story is derived from the oral stories that were later written in order to be more widely known among readers. The data are in the form of the tradisional prose entitled Asal Mula Hantu Jadi-jadian Hantuen (AMHJH) and Asal Mula Burung Roak (AMBR). The method used in this research is a descriptive method. The data will be described according to Raymond Rogé’s fantastic story structure and their fantastic features will be examined. In this paper, the following will be laid out: (1) the structure of AMBR and AMHJ stories, and (2) the characteristics of the fantastic features in the two stories.
PERBANDINGAN KUMPULAN CERPEN NU HARAYANG DIHARGAAN DAN RUSIAH KAOPATWELAS KARYA DARPAN (Kajian Struktural dan Étnopédagogik) FARTIKA, RIA DWI
LOKABASA Vol 6, No 2 (2015): Vol. 6, No. 2 Oktober 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i2.3167

Abstract

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membandingkan cerpen mana dari dua buku kumpulan cerpen karya Darpan yang lebih cocok untuk bahan pembelajaran, baik dikaji dari strukturnya, maupun etnopedagogiknya. Selain itu, peneliti mempunyai rasa penasaran akan karya pengarang orang Karawang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif, metode deskriptif, dan tekhnik yang digunakan yaitu studi pustaka. Dari hasil penelitian, 80% cerpen yang dianalisis dari dua kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas mempunyai struktur dan nilai pendidikan karakter. Hasil analisis struktur yang melingkupi tema, fakta cerita, dan sarana sastra, membuktikan bahwa tema kemanusiaan lebih dominan dari dua kumpulan cerpen. Tema kemanusiaan di sini lebih berpusat ke dalam tingginya martabat manusia, dan nilai-nilai pepatah orang tua ke anaknya. Alur yang dipakai oleh pengarang dari dua kumpulan carpon lebih dominan ke dalam alur maju dan mundur. Latar yang sering dipakai lebih menggambarkan daerah basisir, sedangkan sudut pandang lebih dominan orang ketiga tidak tersingkir. Dalam analisis nilai pendidikan karakter, lebih dominan nilai semangat kebangsaan, jujur, menghargai prestasi, religi, toleransi, disiplin, kerja keras, demokrasi, rasa ingin tahu, mandiri, peduli sosial, dan tanggung jawab.  Kesimpulan dari analisis dua kumpulan cerpen menunjukkan bahwa kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas mempunyai struktur, dan nilai pendidikan karakter. Hasil penelitian bisa dimanfaatkan untuk alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA, dan bisa digunakan untuk cerminan dalam kehidupan seharihari.AbstractThis study has the objective to compare the significance of the two books of short stories of Darpan‟s works. They are more suitable for learning materials, based on the perspectives of structure and ethnopedagogy. In addition, there is a curiosity considering the fact that the author is from Karawang. The methods used in this study were qualitative and descriptive methods. The study also employed literature review. Based on the results, 80% of the stories contained in both books have the structure and the values of character education. Results of the structural analysis cover themes, the facts of the stories, and the means of literature. The dominant theme of the two short stories collection is humanity. The theme of humanity is centered in the high human dignity and values of the proverbs from parents to children. The plot of the stories are a mix of forwad and backward. The backgrounds that are frequently used mostly illustrate coastal area. The dominant viewpoint is the third person. The value of character education is more dominant to the value of the national spirit, honesty, recognizing excellence, religion, tolerance, discipline, hard work, democracy, curiosity, independence, social care, and responsibility. In conclusion, the two collections of short stories have the structure and the values of character education. They can be used as alternatives of literature learning materials in high school, as well as for reflection in daily life.
PERIBAHASA SUNDA (Kajian Struktur, Semantik, dan Psikolinguistik) NUGRAHA, HARIS SANTOSA
LOKABASA Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i1.3112

Abstract

Penilitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan struktur peribahasa Sundaditinjau dari unsur fungsional sintaksisnya (tata kalimat), menganalisis dan mendeskripsikanunsur semantik peribahasa Sunda ditinjau dari jihat makna perbandingan dan maksudnya, sertamenemukan dan mendeskripsikan pemetaan peribahasa Sunda di setiap jenjang sekolah (SD, SMP,SMA) yang ditinjau dari aspek psikolinguistik (perkembangan bahasa anak). Dalam penelitian inidigunakan metode deskripstif-analisis. Melalui teknik studi pustaka, diambil data secara purposifsebanyak 185 peribahasa. Data tersebut diolah menggunakan metode hermeneutik melalui analisisunsur langsung. Kajian ini menyimpulkan bahwa (a) struktur peribahasa Sunda memiliki empatpola kalimat yang terdiri atas dua pola struktur kalimat sempurna dan dua pola kalimat tidaksempurna; (b) peribahasa Sunda memiliki makna perbandingan (murni dan campuran) dan maknamaksud (piluangeun, paréntah dan pituah); serta (c) unsur psikolinguistik peribahasa bisa untukmemetakan peribahasa di sekolah. Peribahasa untuk siswa SD ada 47 (25%), SMP ada 77 (40%),dan SMA ada 65 (35%). AbstractThis research aims to describe and analyze the structure of Sundanese proverb as seen fromthe functional elements of syntax, to describe and analyze the semantic elements of Sundaneseproverb by comparing meanings and intents, and to discover and schematize Sundanese proverbsat every level of school (elementary, junior high, senior high school) from the standpoint ofpsycholinguistics (child language development). This study used descriptive-analytical method.Through purposive sampling, the data comprised 185 proverbs. Samples were analyzed usingthe method of hermeneutics through direct elemental analysis. The study concluded that (a) thestructure of Sundanese proverbs has four patterns of sentences consisting of two perfect sentencestructure patterns and two incomplete sentence patterns; (b) Sundanese proverbs contain meaningcomparison (pure and mixed) and the meaning of intent (piluangeun, parentah and pituah), and (c)psycholinguistic elements of the proverbs in school: 47 proverbs for elementary school students(25%), 77 for junior high school students (40%), and 65 for senior high school (35%).
KEPRIBADIAN MANUSIA SUNDA DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK TAHUN 1950-AN SAMPAI TAHUN 2000-AN NURALIAWATI, NURALIAWATI
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3158

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepribadian manusia Sunda yang ada dalam Cerpen tahun 1950-an sampai tahun 2000-an, dengan menggunakan pendekatan psiko-logi sastra yang bertitik tolak dari asumsi bahwa karya sastra itu sering membahas kejadian dan tingkah laku manusia yang bermacam-macam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan tehnik yang digunakan meliputi telaah pustaka, observasi, dan analisis wacana. Berdasarkan hasil penelitian, kepribadian manusia Sunda yang ada dalam cerpen tahun 1950-an sampai tahun 2000-an meliputi beberapa sifat yang menjadi kepribadiannya. Diantaranya penampilan dan perkataan yang baik, teguh pendirian, teguh terhadap aturan agama, ramah, sabar, ikhlas, jujur, tidak pernah putus asa, tegas, mandiri, tawakal, bijaksana, mencintai tanah leluhurnya, mempunyai rasa kemanusiaan, cepat marah, sombong, dan suka menipu. This research aimed at describing the personality of Sundanese people in short stories from 1950s to 2000s by means a literary psychology approach. It departs from an assumption that literary works often reveal a range of incidents and people’s behaviors. The method used in this research is a descriptive method by employing techniques such as observation, document analysis and discourse analysis. Results indicate that the personality of Sundanese people depicted in short stories from 1950s to 2000s includes a number of characters, among thersgood words and nice appearance, strong will, adherence to religious teachings, being courteous, patient, sincere, honest, resilient, 􀂿 rm, self-reliant, wise, humanist, succumb to God’s will and love one’s homeland. Other characters include ill-tempered, arrogant and deceitful.
STRUKTUR DAN SIMBOL BUDAYA SUNDA DALAM DONGENG “SAKADANG KUYA JEUNG MONYET” RISNAWATI, RISNAWATI
LOKABASA Vol 7, No 1 (2016): Vol. 7, No. 1, April 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i1.3418

Abstract

 AbstrakPenelitian ini membahas tentang struktur dan simbol budaya Sunda dalam dongeng “Sakadang Kuya jeung Monyét”, untuk menelusuri waktu lahirnya dongéng tersebut dan pengaruh latar belakang budaya penulis terhadap penggunaan simbol-simbol budayanya.  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatip yaitu metode yang memecahkan masalah yang aktual, bukan untuk menguji hipotesis. Untuk menafsirkan makna simbol-simbol budaya yang terdapat dalam dongéng, menggunakan metode hermeneutik. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka dan studi dokumentasi. Simbol yang ditemukan diklasifikasikan dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud konsep/gagasan, wujud aktifitas/tindakan, dan wujud benda. Dari seluruh data penelitian terdapat 198 kata yang menjadi simbol budaya. Dalam wujud konsep/gagasan terdapat 18 kata (9,09%), dalam wujud aktivitas/tindakan terdapat 24 kata (12,12%), dan dalam wujud benda terdapat 156 kata (78,78%).  AbstractThis study discusses the structure and symbol of Sundanese culture in the fairytale Monyet Jeung Sakadang Kuya to search for the fable birth time and the influence of the cultural background of author to the use of cultural symbols. This study used qualitative descriptive method that solves real problems, not to test the hypothesis. To interpret the meaning of cultural symbols contained in the fairytale, the study employed hermeneutic method. The data collection employed the techniques of literature study and documentation. The symbols found are classified in three states of culture: concept/idea, activities/actions, and matter. From the research data, 198 words become cultural symbols. In the form of concept/idea, there are 18 words (9.09%). In the form of activities/actions, there are 24 words (12.12%). Lastly, in the form of matter, there are 156 words (78,78%).
PAMALI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN (Kajian Semiotik dan Etnopedagogi) WIDIASTUTI, HESTI
LOKABASA Vol 6, No 1 (2015): Vol. 6, No. 1 April 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i1.3149

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupatén Kuningan tentang Pamali. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan pamali yang masih ada di masayarakat Kecamatan Cigugur Kabupatén Kuningan, mengklasifikasi pamali yang ditemukan, memberi interpretasi melalui teori semiotik, dan mengungkap nilai moral yang ada dalam pamali memalui teori etnopedagogi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pamali yang hidup di masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupatén Kuningan yang terdiri dari sepuluh desa. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian, didapat 188 pamali yang terkumpul dari sepuh desa. Berdasarkan klasifikasinya pamali terbagi menjadi enam klasifikasi diantaranya (1) ada 30 pamali untuk wanita hamil, (2) 14 pamali untuk anakanak, (3) 79 pamali untuk kebiasaan sehari-hari, (4) 24 pamali untuk waktu, (5) 13 pamali untuk lelaki dan perempuan, terakhir (6) 28 pamali husus. Berdasarkan unsur semiotik pamali terbagi jadi tiga unsur yaitu 31 pamali termasuk unsur Ikon, 60 pamali termasuk unsur Indeks, dan 97 pamali termasuk unsur Simbol. Sedangkan hasil analisis pamali berdasarkan unsur etnopedagogi terbagi dalam beberapa unsur yaitu 13 pamali termasuk ke dalam unsur etnopedagogi silih asih, ada 16 pamali yang termasuk ke dalam unsur etnopedagogi silih asuh, ada 10 pamali yang termasuk unsur etnopedagogi pengkuh agama, ada 13 pamali termasuk unsur etnopedagogi luhung élmuna, ada 44 pamali yang termasuk ke dalam unsur etnopedagogi jembar budayana, ada sembilan pamali yang termasuk unsur etnopedagogi rancagé gawéna, ada 43 pamali yang termasuk ke dalam unsur cageur, ada 32 pamali yang termasuk unsur etnopedagogi bener, ada lima pamali yang termasuk ke dalam unsur etnopedagogi singer, ada enam unsur etnopedagogi moral manusia kepada Tuhan, ada 45 pamali termasuk dalam unsur etnopedagogi moral manusa kepada pribadi, ada 24 pamali yang termasuk ke dalam unsur etnopedagogi moral manusia ke manusia lain, ada Sembilan pamali yang termasuk pada unsur etnopedagogi moral manusia kepada alam, dan terakhir ada 18 pamali yang termasuk pada unsur etnopedagogi moral manusia kepada tujuan hidupnya.   AbstractThis research is motivated by the lack of knowledge about pamali (lit. taboo) among the People of Cigugur District, Kuningan Regency. This study aimed to collect the taboos that still exist in the People of Cigugur, to classify the pamalis found, to give interpretation through semiotic theory, and to reveal the moral values that exist through ethnopedagogy theory. The method used in this research was qualitative descriptive method. The data source in this study was the pamali exist the People of Cigugur District, Kuningan Regencyconsisting of ten villages. The techniques used in this research were interview and direct observation. Based on the research results, there are 188 pamalis collected from the elderly of the villages. They were classified into six classifications: (1) 30 pamalis for pregnant women; (2) 14 pamalis for children; (3) 79 pamalis in daily habits; (4) 24 pamalis in time, (5) 13 pamalis for men and women, and (6) 28 specific pamalis. , Based on their semiotic elements, pemalis were divided into three elements. They are 31 icons, 60 Index, and 97 symbols. Meanwhile, based on their ethnopedagogical elements, the pamalis were divided into: 13 silih asih, 16 silih asuh, 10 pengkuh agama, 13 pengkuh élmuna, 44 jembar budayana, 9 rancage gawéna, 43 cageur, 32 bener, 5 singer, 6 human moral toward God, 45 human moral toward personal, 24 human moral toward fellow-human, 9 human moral toward nature, and 18 human moral toward purpose of life.
PERBANDINGAN PERIBAHASA SUNDA DAN INDONESIA (Kajian Semantik Formal dan Etnopedagogik) KULSUM, UMI
LOKABASA Vol 6, No 2 (2015): Vol. 6, No. 2 Oktober 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i2.3172

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbandingan peribahasa Sunda‐Indonesia secara semantik formal dan etnopedagogik dalam peribahasa yang memiliki makna sama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan analisis data dilakukan dengan analisis unsur langsung dan hermeneutik. Temuan penelitian ini menghasilkan empat deskripsi hasil penelitian, yaitu: (1) peribahasa Sunda memiliki pola-pola struktur kalimat, setiap pola memiliki sub-pola yang dibedakan berdasarkan kelas kata, jenis kata, kategori makna, dan sifat atau dari kata-kata yang membangun peribahasa sehingga ditemukan makna peribahasanya; (2) peribahasa Indonesia memiliki pola-pola struktur kalimat, setiap pola memiliki sub-pola yang dibedakan berdasarkan kelas kata, jenis kata, kategori makna, dan sifat-sifat dari kata-kata yang membangun peribahasa sehingga ditemukan makna peribahasanya; (3) 183 peribahasa Sunda dan Indonesia memiliki makna yang sama, dibangun oleh kata-kata yang sama dan kata-kata yang berbeda, dan dua diantaranya dibangun oleh kata-kata yang sama tapi memiliki makna yang berbeda; dan (4) peribahasa Sunda dan Indonesia yang memiliki makna yang sama memiliki nilai etnopedagogik berdasarkan moral kemanusiaan yang harus dimiliki oleh manusia yang masagi yang memiliki karakter trisilas dan pancarawayan. This study was aimed to identify and to describe the comparison of Sundanese and Indonesian proverbs that have same meaning in the perspective of formal semantics and etnopedagogy. This research used a descriptive method. The data was collected by library research techniques and the data analysis was done with the direct elemental analysis and hermeneutics. , The findings of this study resulted in four descriptions of research results. First, Sundanese proverbs have sentence structure patterns that differentiated by the class of words, the types of words, the category of meaning, and the nature or of words founding the meaning. Second, Indonesian proverbs have sentence structure patterns that differentiated by the class of words, the types of words, the category of meaning, and the nature or of words founding the meaning. Third, 183 Sundanese and Indonesian proverbs have the same meaning that are built by the same and the different words, while two of them built by the same words with different meanings. Fourth, the Sundanese and Indonesian proverb that have the same meaning contain ethnopedagogical values based on moral values of humanity that must be possessed by masagi (lit. complete) human beings who have the characters of trisilas and pancarawayan.
PEMAKAIAN BAHASA LAMPUNG DI DAERAH RAJABASA SOFIA, EKA
LOKABASA Vol 6, No 1 (2015): Vol. 6, No. 1 April 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i1.3140

Abstract

Pemakaian bahasa Lampung di daerah Rajabasa menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini.  Tujuan melaksanakan penelitian adalah memberikan informasi dan deskripsi kepada masyarakat, praktisi bahasa, dan budayawan tentang pemakaian bahasa Lampung di daearah Rajabasa. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemakaian bahasa ibu di daerah Rajabasa dengan jumlah penduduk 45.421 jiwa dengan pengambilan sampel sebanyak 15% sehingga berjumlah 6.821 responden  yang tersebar di 7 kelurahan, diperoleh data bahwa 50% dari responden beretnis  bukan Lampung (seperti etnis Jawa, Sunda, Padang, Batak, Palembang) sesuai dengan yang tercatat pada data seluruhnya menggunakan bahasa ibu sesuai dengan keetnisan masing-masing.  Hal ini menyimpulkan bahwa bahasa ibu masyarakat daerah kecamatan Rajabasa berkesesuaian dengan keetnisanya. Selanjutnya, pemakaian bahasa Lampung di daerah Rajabasa disimpulkan secara keseluruhan sebanding dengan bahasa yang digunakan bukan orang Lampung yaitu 50% juga.  Hanya saja, untuk kategori ini perolehannya dipecah menjadi dua yaitu Lampung  asli dan Lampung campur.  Untuk kategori Lampung asli diperoleh data   sebanyak 35% dan Lampung campur 15%.  Sekali lagi, manakala itu digabungkan  perolehannya berimbang sama-sama 50% dengan etnis bukan Lampung. Selain itu ditemukan pula bahwa di daerah kecamatan Rajabasa ada sebuah kampung adat  yang terdapat beberapa  buay, seperti buay Subing dan  buay Pubian terletak di seputaran pasar Tempel dan sekitarnya.  AbstractThe focus of this study is the use of languages in the area of Rajabasa, Lampung. This study was aimed to provide information and description of the use of languages in Rajabasa, Lampung, to the public, linguist, and culture practitioners. This study was conducted for over three months. Rajabasa area has a population of 45,421 inhabitants. The sample was as much as 15%, or 6,821 respondents. The sample was from seven villages. The data included 50% of respondents who are not Lampung ethnic (Javanese, Sundanese, Padang, Batak, and Palembang). The results show that all respondents use their mother tongue in accordance with their respective ethnicities. This study concludes that the mother tongues of local communities are in line with ethnicity. Meanwhile, the overall use of Lampungs language in the area Rajabasa is comparable to the non-Lampungs languages, namely 50%. However, this category was divided into two categories: native Lampungs and mix Lampungs. The category of native Lampungs covers 35%; and the mix Lampung covers 15%. The combination of both Lampungs is in balance with non-Lampung ethnics, covering 50%. In addition, it was also found that, in the district of Rajabasa, there is a traditional village with a number of Buays, such as Buay Subing and Buay Pubian. They are located in around Tempel Market and its surrounding areas.
CERITA WAYANG RAHWANA PEJAH GARAPAN ASEP SUNANDAR SUNARYA (Kajian Struktur dan Psikologi Sastra) RAKHMAN, FAHMI
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3130

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan unsur psikologi sastra dalam cerita wayang garapan Asep Sunandar Sunarya, alur yang dibangun oleh tokoh, pengaruh latar pada pribadi tokoh, kemudian mengkaji kebutuhan dasar para tokoh berdasarkan pada kajian psikologi. Metode deskriptif-analitik digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh, dan menafsirkan objek penelitian berdasarkan data-data tersebut. Teknik yang digunakan adalah teknik studi pusataka, analisis data, transkripsi. Sumber data diperoleh dari original video compact disc (VCD) pagelaran wayang golek Rahwana Pejah garapan Asep Sunandar Sunarya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, alur yang digunakan adalah alur sorot balik. Latar tempat meliputi latar nyata dan latar imajinatif. Latar waktu meliputi masa peperangan dan masa penahanan. Latar sosial melibatkan masyarakat kelas menengah ke bawah dan petinggi kerajaan. Rahwana merupakan tokoh utama yang memiliki peranan penting dalam keseluruhan alur cerita. Berkat kekurangan dan kelebihan yang dimililikinya, serta pengaruh lingkungan pembentuk wataknya, Rahwana mengaktualisasikan diri dengan cara yang berbeda dari manusia pada umumnya. Psikologi humanistik yang meliputi kebutuhan dasar manusia, yaitu kebuthan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki atau kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri sebagian besar dapat memenuhi para tokohnya. Apresiasi terhadap tokoh ini bisa dijadikan alternatif untuk pembelajaran terhadap semua kalangan masarakat. Melalui penelitian ini maka anggapan bahwa sastra merupakan cerminan dari kehidupan sosial masyarakat, terbukti benar adanya.  Abstract  The aim of this research is to describe the structure and literary-psychological elements, the story plot built by characters, the impact of settings to characters, and to examine the basic needs of all characters from the standpoint of psychology. A analytic-descriptive method was used to delineate and interpret the data. Techniques used include literature review, data analysis, and transcription. Source of data is the Sundanese puppet, The Death of Rahwana by Asep Sunandar Sunarya. Results show that the plot of the story is forward. Settings include real and imaginative settings, and the time settings include war and arrest period. Social setting involves middle to low class and royal families. Rahwana is the main character, which plays an important role throughout the story. He has various negative and positive influences in addition to having a unique character from his upbringing. Rahwana actualizes himself quite differently from any normal human being. This character is able to fulfill most of the humanistic psychological needs including human basic needs like physiological needs, safety needs, and needs of love, needs of acknowledgment, and needs of self-actualization. Appreciation to characters of this sort can be used as an alternative teaching model. This research corroborates the assumption that literature reflects people’s social life. 
LIRIK TEMBANG SUNDA CIANJURAN (Kajian Struktural Dinamik dan Etnopedagogik) MAULIDA, SITI MARYAM; SUDARYAT, YAYAT; ISKANDARWASSID, ISKANDARWASSID
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3163

Abstract

Penelitian yang ini dilatarbelakangi oleh diperlukannya revitalisasi pendidikan melalui kearifan budaya lokal, kualitas Tembang Sunda Cianjuran sebagai salah satu wujud budaya lokal Cianjur yang tidak diragukan baik secara estetis maupun filosofis, menurunnya eksistensiTembang Sunda Cianjuran di kalangan masyarakat, dan berubahnya fungsi tembang Sunda Cianjuran dari yang bersipat sakral menjadi hiburan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur lirik Tembang Sunda Cianjuran, interpretasi isi lirik Tembang Sunda Cianjuran, dan nilai etnopedagogik lirik Tembang Sunda Cianjuran. Sumber data dalam penelitian ini adalah 30 lirik tembang yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi, wawancara dan mendengarkan kaset. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman inventaris, dan kartu data. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) lirik Tembang Sunda Cianjuran terdiri dari lirik yang berbentuk pupuh dan lirik yang tidak berbentuk pupuh. Imaji yang paling banyak ditemukan yaitu imaji taktil. Tema yang terdapat dalam lirik Tembang Sunda Cianjuran terdiri atas cinta, agama, sejarah, dan keindahan alam. Rasa yang terdapat dalam lirik Tembang Sunda Cianjuran didominasi oleh perasaan sedih. Nada yang terdapat dalam lirik Tembang Sunda Cianjuran yaitu mengingatkan. Amanat dari lirik Tembang Sunda Cianjuran secara umum mengingatkan manusia agar mengingat Tuhan dalam keadaan apapun, bersyukur terhadap segala yang diberikan Tuhan; (2) Isi lirik Tembang Sunda Cianjuran didominasi oleh ekspresi perasaan yang tersakiti karena perpisahan dan cinta bertepuk sebelah tangan, selain itu isi lirik Tembang Sunda Cianjuran juga menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan dengan manusia lainnya; (3) Lirik Tembang Sunda Cianjuran mengandung nilai etnopedagogi seperti Prilaku Nyunda Tri-silas, Catur Jatidiri Insan, Panca Rawayan (Gapura Panca Waluya), dan Moral Kemanusiaan. This research was motivated by i) the need to revitalize education trough local wisdom, ii) the quality of Tembang Sunda Cianjuran as one of Cianjur local cultures that contains aesthetic and philosophical values, iii) the decline of existence of Tembang Sunda Cianjuran in Sundanese community and iv) the changing function of Tembang Sunda Cianjuran from a sacred function to an entertaining function. The objectives of this research are to describe the structure of the lyrics of Tembang Sunda Cianjuran andto interpretthe ethnopedagogic values of Tembang Sunda Cianjurans’ lyrics. Data of this research are 30 lyrics of tembang (song)obtained from library research, interviews, and from tapes. The methode used is a descriptive method. The instruments used are interview manuals, inventory manuals, and data cards. It can be concluded that (1)the lyrics of Tembang Sunda Cianjuran consist of lyrics in pupuh and non-pupuh forms. The most available image is the tactile image. The themes comprise love, religion, history, and beauty of nature. The feeling in the lyrics is dominated by sadness. The tone is commonly about reminding humans of God in every situation,being gratefulof all God’s gifts. (2)the content of Tembang Sunda Cianjuran is dominated by hard feeling of farewell, and unanswered love. Moreover, the content of the lyrics also describes the connection between human and the God, nature,and other humans. (3) The lyrics contain ethnopedagogic values such as Prilaku Nyunda Tri-Silas, Catur Jatidiri Insan, Panca Rawayan (Gapura Panca Waluya), and humanism value. 

Page 3 of 29 | Total Record : 285