cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 285 Documents
KONTRUKSI KALIMAT SINGKAT BAHASA SUNDA (Kajian Struktur dan Makna Kalimat dalam Majalah Manglẻ) SETIAWATI, WIWIN; SUDARYAT, YAYAT
LOKABASA Vol 6, No 2 (2015): Vol. 6, No. 2 Oktober 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i2.3173

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kalimat singkat dalam majalah Manglé. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka dengan instrumen kartu data. Untuk mengolah data digunakan teknik analisis unsur langsung. Hasil penelitian menemkan 706 kalimat singkat yang frekuensi pemakaiannya sebanyak 2028 kalimat. Ditemukan enam tipe kalimat singkat, yakni kalimat salam, kalimat seruan, kalimat panggilan, kalimat judul, kalimat motto, dan kalimat inkripsi. Kalimah singkat memiliki pola tertentu, yakni A : Kal Sal  P + S + K; B : Kal Seru  S + P; C : Kal Pangg  Kata Seru; D : Kal Jud  S + O; E : Kal Mot  FP/FS Koor; F : Kal Ins  FB N + FB Mod. Kalimat singkat mengandung sepuluh makna, yakni rasa syukur, ucapan selamat, seruan pengganti dan nama diri, rasa sakit, marah, menerima, kaget, pernyataan, pedoman, dan cita-cita. This study was to identify and to describe simple sentences in Manglé magazine. This study used a descriptive method. The data were collected through library research technique with data card instrument. The data processing employed direct elemental analysis technique. The research found 706 sentences with the use frequency of 2028 sentences. This study found six types of simple sentences. They are the greetings, appeals, callings, titles, motto, and encryptions. A simple sentence has a certain pattern, namely A : Kal Sal  P + S + K; B : Kal Seru  S + P; C : Kal Pangg  Kata Seru; D : Kal Jud  S + O; E : Kal Mot  FP/FS Koor; F : Kal Ins  FB N + FB Mod. The simple sentence contains ten meanings: gratitude, congratulations, calling for a replacement, and the name of self, pain, anger, acceptance, surprise, statements, guidance, and ideals.
NILAI AGAMA DALAM WAWACAN HIKAYAT HASAN SHOIG BASHRI UNTUK BAHAN AJAR MEMBACA DI SMA KELAS XII MELANDI, RINDI VAIVTI; KOSWARA, DEDI; KUSWARI, USEP
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3141

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi teks dan mendeskripsikan nilai-nilai agama dalam wawacan untuk dijadikan bahan ajar membaca di SMA kelas XII. Untuk mencapai hal itu, digunakan metode deskriptif dan metode edisi teks standar yang diharapkan bisa mendapatkan gambaran secara obyektif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa wawacan Hikayat Hasan Shoig Bashri merupakan sebuah naskah yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon dan ditransliterasi ke dalam huruf Latin. Wawacan ini dibagi ke dalam dua jilid, terdiri atas 128 halaman dan delapan pupuh yang bercerita mengenai kehidupan sosial seorang pemuda yang sangat taat pada ajaran agama yang dianutnya. Alur dari cerita wawacan ini adalah maju dan tokoh utamanya adalah Hasan Shoig Bashri. Secara umum, latar tempat yang digunakan adalah tempat-tempat yang erat hubungannya dengan agama Islam. Dalam penulisannya, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena pengarang berada di luar cerita, selain itu pengarang juga menggunakan beberapa gaya bahasa, peribahasa Sunda, dan syair-syair Arab. Nilai agama yang terkandung dalam wawacan ini terdiri atas aqidah, akhlak, dan fiqih. Hasil temuan ini direkomendasikan untuk dijadikan bahan ajar sesuai SKKD mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda. This study aims to comprehend contents of the text and unearth the religious values in the text used as reading material in Grade XII of Senior High School. To meet the goal, this study used a descriptive method and a standard text method in hope to get an objective view. This study concludes that Hikayat Hasan Shoig Bashri is a text that was written through Arab Pegon and was transliterated into Latin alphabets. The text consists of two chapters, 128 pages and 8 pupuh. It tells a story of a moslem young man who obeyed his religion rules. Plot of the text is forward and the main actor is Hasan Shoig Bashri. Generally, the settings of the text are some places related with Islamic religion. The author of the text uses a third person viewpoint and uses a number of figurative speeches, Sundanese idioms, and even Arabic poetries. The religious values embedded in the text constitute Akidah, Akhlaq, and Fikih. The text is recommended to be a learning material suited with the standard competencies and basic competencies of Sundanese language and literature.
KAJIAN STRUKTURAL, STILISTIKA, DAN ETNOPEDAGOGI DALAM KUMPULAN PUISI (SAJAK) PERIODE TAHUN 2000-AN CAHYADI, ACEP DERI; KOSWARA, DEDI; Dr., RUHALIAH
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3131

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pentingnya suatu analisis sastra utamanya dalam karya sastra puisi (sajak). Panelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan: 1) struktur batin sajak yang mencakup tema (sense), nada (tone), perasaan (feeling), dan amanat (intention) yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an; 2) unsur stilistika yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an; dan 3) kajian etnopedagogi yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini digunakan desain penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan teknik yang digunakan adalah studi pustaka.AbstractThis research was motivated by the importance in a literary analysis especially on poems. This research aims to 1) describe the inner structure of the poem which includes the theme, tone, feeling, and intention in a compilation of poems of the 2000s; 2) describe the stylisticand ethnopedagogicelements contained in the poems. To achieve these objectives, this study used a qualitative research design.The method used is a descriptive method by conducting a library research technique.
METODE TERJAMAHAN TATA BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KARANGAN EKSPOSISI MARDHOTILLAH, NUR FITRI
LOKABASA Vol 6, No 2 (2015): Vol. 6, No. 2 Oktober 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i2.3164

Abstract

Penelitian ini didasari pembelajaran bahasa Sunda di SMPN 1 Susukan kabupaten Cirebon seperti pembelajaran bahasa asing karena bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Cirebon. Siswa kurang mengenal kosakata dan memahami tata bahasa dari bahasa Sunda, dengan metode terjemahan tata bahasa diharapkan bisa membantu siswa dalam memperkaya kosakata dan memahami tata bahasa Sunda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode terjemahan tata bahasa terhadap kemampuan kosakata dalam membaca karangan eksposisi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain pretest and posttest control group desaign. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas IX dengan sampel siswa kelas eksperimen yaitu siswa kelas IX B dan sampel kelas kontrol siswa kelas IX G SMPN 1 Susukan Kabupaten Cirebon Taun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode terjemahan tata bahasa efektif dalam meningkatkan kemampuan kosakata dalam membaca karangan eksposisi siswa kelas IX SMPN 1 Susukan Kabupaten Cirebon taun ajaran 2014/2015.  Abstract  The Backgound of this study is the condition of Sundanese language teaching in SMPN 1 Susukan, Cirebon Regency, that is similar to foreign language teaching. It is because the daily language used is the Cirebon language. Students are less familiar with the vocabulary and the grammar of Sundanese. The grammar translation method is expected to help students in enriching vocabulary and grammar to understand the Sundanese. This study was conducted to determine the influence of the grammar translation method to the vocabulary skills in reading the exposition essays. The method used in this study is the experimental method with the design of pretest and posttest control group. The population is 9th grade students with the sample consisting of the students of class IX B. The sample control consisted of students of class IX G. The results show that the grammar translation method is effective in improving student vocabulary skills in reading exposition texts.
KAJIAN TASAWUF DALAM GUGURITAN SINOM GURINDA PANGRASA KARYA RADEN HAJI MUHAMAD SYU’EB (Analisis Struktural dan Hermeneutik) ALIA, DWI
LOKABASA Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i1.3098

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya penelitian mengenai kajian tasawuf dalam naskah guguritan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tasawuf pada naskah guguritan dengan menggunakan analisis struktural dan hermeneutik. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa hal berikut:1) dari hasil analisis struktural pada naskah guguritan ini, terdapat 2 bait yang tidak sesuai dengan aturan guru gatra pupuh Sinom yaitu pada bait ke-3 dan bait ke-58. Menurut aturan guru wilangan dalam pupuh Sinom, naskah guguritan ini tidak sesuai dengan aturan yang baku; 2) dari hasil analisis hermeneutik didapatkan isi dari guguritan ini adalah menggambarkan hal-hal yang dialami oleh pengarang dalam mencapai hakikat diri untuk ma’rifatullah; 3) AlMaqam dalam istilah tasawuf yang didapatkan dari hasil kajian pada guguritan ini adalah: attaubah, al-zuhud, as-shabr, at-tawakkal, al-ridha, al-mahabbah, dan al-ma’rifah. AbstractThis research was motivated by the dearth of research on the study of Su¿sm of guguritan manuscripts. This main goal was to examine the Su¿sm concepts in a guguritan manuscript using a structural analysis and hermeneutics. Results reveal the following: i) the structural analysis on the guguritan manuscript indicates that two stanzas (i.e. the 3rd stanza and 58th stanza do not align with the rules of the guru gatra pupuh Sinom. According to the rules of the guru wilangan in pupuh Sinom, this guguritan manuscript is not in accordance with the standard rules; ii) the hermeneutic analysis indicates that the guguritan describes what the author experienced in reaching the level of ma’rifatullah (acknowledging God); iii) the ¿ndings reveal Al-Maqam-related Su¿sm terms: attaubah, al-zuhud, as-shabr, at-tawakal, ar- ridho, al-mahabbah, and al-ma’rifah.
WAWACAN SIMBAR KANCANA (Kajian Struktural, Budaya, dan Etnopedagogik) ROPIAH, OPAH; RUHALIAH, DR
LOKABASA Vol 6, No 1 (2015): Vol. 6, No. 1 April 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i1.3155

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) struktur Wawacan Simbar Kancana, 2) unsur-unsur budaya dalam Wawacan Simbar Kancana, dan 3) nilai etnopedagogik yang ada dalam Wawacan Simbar Kancana. Sumber data dari penelitian ini adalah Wawacan Simbar Kancana yang ditulis oleh K.Tisnasujana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Struktur Wawacan Simbar Kancana terdiri dari struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal Wawacan Simbar Kancana terdiri dari guru lagu dan guru wilangan pupuh, watak/karakter pupuh, dan terdiri dari empat sasmita pupuh. Struktur naratif Wawacan Simbar Kancana meliputi: 1) alur cerita campuran dan ada sepuluh episode, 2) terdapat tujuh motif cerita, 3) tokoh cerita dalam Wawacan Simbar Kancana terdiri dari tujuh tokoh, 4) latar cerita meliputi latar tempat, waktu, dan suasana, dan 5) tema cerita dalam Wawacan Simbar Kancana yaitu perjuangan. Unsur budaya di Wawacan Simbar Kancana meliputi: 1) sistem kepercayaan (religi) meliputi tiga aspek, 2) organisasi sosial/organisasi kemasyarakatan terdiri dari tiga aspek, 3) ilmu pengetahuan terdiri dari delapan aspek, 4) bahasa meliputi dua bahasa, gaya bahasa, dan babasan paribasa Sunda, 5) kesenian meliputi seni suara dan seni musik, 6) sistem mata pencaharian terdapat petani, dan 7) sistem tekhnologi meliputi lima aspek. Nilai Etnopedagogik dalam Wawacan Simbar Kancana terdiri dari catur jatidiri insan yang meliputi pengkuh agamana, luhung élmuna, jembar budayana, dan rancagé gawéna yang dikaitkan dengan moral manusia.    AbstractThe aim of this study was to describe (1) the structure of Wawacan Simbar Kancana, (2) the elements of culture in the Wawacan Simbar Kancana, and (3) the ethnopedagogical value of the Wawacan Simbar Kancana. The data source of this research is Wawacan Simbar Kancana, written by K.Tisnasujana. This research used descriptive method, with literature review techniques. The structure of Wawacan Simbar Kancana consists of formal and narrative structure. The formal structure consists of guru lagu and guru wilangan pupuh, characters/characterizations of pupuh, and including four sasmitas of pupuh. The narrative structure includes (1) a mixture storyline of ten episodes; (2) seven storyline motifs; (3) seven characters; (4) the background of the story including location, time, and atmosphere; and (5) the struggle theme. The cultural elements include (1) the three aspects of the belief (religious) system, (2) three aspects of social/community organizations, (3) eight aspects of science, (4) two languages, the language style, and the Sundanese babasan-paribasa, (5) the arts of sound and music, (6) the system of livelihood (farmers), and (7) five aspects of technological system. The ethnopedagogical values in Wawacan Simbar Kancana consist of catur jatidiri insan (including pengkuh agamana, luhung élmuna, Jembar budayana, and Rancage gawéna) that is associated with human morality.
KALIMAT DALAM SISINDIRAN DAN WAWANGSALAN ANYAR KARYA DÉDY WINDYAGIRI (Kajian Struktur dan Semantik) SUMARNI, HENA
LOKABASA Vol 7, No 1 (2016): Vol. 7, No. 1, April 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i1.3405

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kalimat dalam sisindiran dan  wawangsalan anyar. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode distribusional dengan téknik analisis unsur langsung yang diikuti oleh teknik ekspansi, permutasi dan delisi. Temuan-temuan dalam penelitian ini adalah déskripsi tentang bentuk kalimat dalam sisindiran dan wawangsalan yang berupa kalimat majemuk dengan tipe dan pola kalimat yang variatif, hubungan makna antraklausa dalam kalimat majemuk serta kekhasan-kekhasan  kalimat dalam sisindiran dan  wawangsalan anyar, yakni (1) bentuk kalimat berupa kalimat majemuk, (2) memiliki kebebasan dalam konstruksi (struktur) kalimat, (3) kelonggaran gaya dalam menempatkan urutan kata, dan (4) subyek sering tidak dikatakan.AbtsractThis study aimed to describe the sentences in the text of sisindiran and wawangsalan anyar. The research used descriptive methods. The data collection of this study employed the techniques of literature study. The data processing was distributional method with direct elemental analysis techniques. This was followed by the techniques of expansion, permutation, and deletion. The research findings cover description of the sentence forms in sisindiran and wawangsalan. They are complex sentences containing various sentence patterns and types and meaning relations between clauses in compound sentences. It also contains peculiarities of sentence. The peculiarities are (1) the form of complex sentences, (2) the freedom in construction (structure) of sentences, (3) the flexibility of word order, and (4) the hidden subject. 
AFIKS PEMBENTUK ADJEKTIVA DALAM BAHASA LAMPUNG DIALEK A LOGAT BELALAU (Analisis Morfologis MEGARIA, MEGARIA
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3146

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang afiks pembentuk adjektiva dalam bahasa Lampung dialek A logat Belalau yang disingkat (BLA). Analisis dalam penelitian terdiri atas prefiksasi, sufiksasi, infiksasi, dan konfiksasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data berasal dari telaah pustaka, khususnya teks yang menggunakan bahasa Lampung Dialek A dan sebagian berasal dari tuturan lisan yang berfungsi sebagai pelengkap data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa afiks pembentuk adjektiva dalam BLA terdiri atas (1) prefiks, (2) sufiks, (3) konfiks, dan (4) kombinasi afiks. Prefiks pembentuk adjektiva dalam BLA terdiri atas prefiks se-, dan te-. Sufiks dalam BLA hanya satu, yakni sufiks -an. Afiks lainnya adalah konfiks ke-an dan kombinasi afiks.Kata kunci:  . This research examines the adjective affixes in Lampungese, focusing on A Belalau Logat dialect. The analysis of this study consists of prefixes, suffixes, infixes, and confixes. This study employed a descriptive qualitative method. The main data came from the existing literature, especially the text in the dialect in question and the complementary data came from oral speech of Lampung native speakers. This study showed that the adjective affixes in Lampungese comprise (1) prefixes, (2) suffixes, (3) confixes, and (4) affix combinations. The prefixes include the prefix se- and te-. The suffix observed is only the suffix -an. In addition, there exists the confix ke-an as well as the combination of affixes.
RAGAM DAN STRUKTUR BAHASA PADA UPACARA ADAT RITUS TIWU PANGANTEN DI KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON DEWI, NIDA KANIA
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3136

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam dan struktur bahasa yang digunakan pada saat Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten berlangsung. Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon merupakan daerah pengguna multibahasa. Dalam kesehariannya, masyarakat Babakan menggunakan bahasa Cirebon, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya. Masyarakat Kecamatan Babakan juga memiliki ritual upacara adat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya ketika musim giling tebu tiba. Upacara adat tersebut yakni Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahasa apa yang lebih sering digunakan dalam upacara adat tersebut, selain itu, struktur kata pun menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Setelah dilakukan penelitian, ternyata pada upacara adat ritus tiwu panganten, bahasa yang lebih dominan digunakan adalah bahasa Sunda. Ragam bahasa yang ditemukan adalah ragam bahasa sehari-hari dan ragam bahasa sastra. Termasuk ragam bahasa sastra karena terdapat ‘purwakanti’ yang di antaranya adalah purwakanti pangluyu, purwakanti maduswara, dan purwakanti larasmadya. Struktur kata yang ditemukan adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, kata majemuk, dan kata singkatan. Struktur kalimatnya yang dianalisis adalah kalimat konvensi atau kalimah yang mengandung subjek.This research aims to determine the register and structure of the language used during the traditional ceremonies of Tiwu Panganten rites. Babakan Subdistrict of Cirebon District is an area in which multiple languages are spoken. In daily communications, people use Cirebon language, Sundanese, and Indonesian. The people of Babakan also have a traditional ceremonial ritual that is regularly held every year when the sugarcane-milling season arrives. The ceremony in question is the traditional ceremony of Tiwu Panganten rites. This study aims to determine which language is more often used in this traditional ceremony. In addition, the structure of the language is also the focus of this study. The method used is the descriptive method. Results reveal that the most dominant language used in this traditional ceremoy of Tiwu Panganten rites is Sundanese. The register found is everyday language and literatury language. Included in the literary language are ‘purwakanti’, among others ‘purwakanti pangluyu’, ‘purwakanti maduswara’, and ‘purwakanti larasmadya’. The types of sentence structures found are ‘kata dasar’, ‘kecap rundayan’, ‘kecap rajékan’, ‘kecap kantétan’, and ‘kecap wancahan’. The sentences analysed are conventional sentences or sentences containing subject.
KATA BILANGAN PANENTU DALAM BAHASA SUNDA (Kajian Struktur dan Semantik) ANJASRSARI, RIN RIN
LOKABASA Vol 6, No 2 (2015): Vol. 6, No. 2 Oktober 2015
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v6i2.3169

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan makna dalam kata bilangan panangtu bahasa Sunda. Tujuan khususnya, yaitu: 1) jumlah kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda, 2) bentuk kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda, 3) fungsi kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda, 4) distribusi kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda, 5) acuan benda kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda, dan 6) makna acuan kata bilangan panangtu dalam bahasa Sunda. Sumber data dari penelitian ini ada dua jenis, yaitu: sumber data lisan, dan sumber data tulis. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik teks dan teknik wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, jika diuraikan akan seperti ini: 1) /sa-/ + kata benda ada 210 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna alat; 2) /sa-/ + kata benda + /-an/ ada 2 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna kata benda jumlah; 3) /sa-/ + ukuran + kata benda ada 4 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna alat yang menunjukkan ukuran; 4) /sa-/ + kata kerja ada 38 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna paripolah badan/paripolah sebagian anggota badan; 5) /sa-/ + kata kerja + /-an/ ada 6 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna kata benda alat; 6) /sa-/ + /pang-/ + kata kerja ada satu kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna kata benda alat; 7) /sa-/ + kata sifat ada 5 kata. Kata-kata tersebut umumnya memiliki makna aspek inkoatif. Fungsi kata bilangan panangtu bahasa Sunda dibagi menjadi dua tataran, yaitu tataran frasa dan tataran klausa atau kalimat. Distribusi kata ada hubungannya dengan posisi antara kata bilangan panangtu dengan kata benda yang menjadi pusatnya. Distribusi kata bilangan panangtu dibagi jadi dua, yaitu distribusi post nominal dan distribusi pre nominal. Kata bilangan panangtu mempunyai dua makna, yaitu makna kata dan makna acuan. In general, this study was aimed to analyze the structure and meaning in Sundanese panangtu (lit. determinant) numerals. The specific objectives covered 1) The number, 2) the forms, 3) the functions, 4) the distribution, 5) the object reference, and 6) the meaning of panangtu numerals in Sundanese. There are two data sources in this study. They are oral and written data. The method used in this research was a descriptive method. The techniques used in the data collection are text and interview techniques. There are several findings. First, there are 210 numerals with the form /sa-/ + noun. They generally have meanings related to tools. Second, there are 2 numerals with the form /sa-/ + noun + /-an/. They generally have meanings related to number of noun. Third, there are four numerals with the form /sa-/ + measurement + noun. They generally have meanings related to tools that show measurement. Fourth, there are 38 numerals with the form /sa-/ + verb. They generally have meanings related to body movement. Fifth, there are six numerals with the form /sa-/ + verb + /-an/. They generally have meanings related to noun that represents tool. Sixth, there is one numeral with the form /sa-/ + /pang-/ + verb. It has meaning related to noun that represents tool. Seventh, there are five numerals with the form /sa-/ + adjective. They generally have meanings related to incoative aspects. The functions of the panangtu numerals in Sundanese can be divided into two levels: phrase and clause or sentence. The distribution of the words has a correlation with the position between the panangtu numerals and the noun as the center. The distribution can be divided into two, namely the post-nominal and pre-nominal distributions. The panangtu numerals have two meanings: the word meaning; and the reference meaning.

Page 5 of 29 | Total Record : 285