cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 286 Documents
Pengenalan Tokoh Wayang Pandawa Lima untuk Anak SD melalui Seri Animasi Motion Graphic Ayu lan Bagus Meilawati, Avi; Mulyana, Mulyana; Arif, Novida Nur Miftakhul; Rianda, Agatia Mega; Sari, Fitriana Kartika
LOKABASA Vol 16, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v16i2.91198

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan seri animasi berjudul "Ayu lan Bagus: Pandawa Lima" dengan episode khusus yang memperkenalkan tokoh wayang kulit Pandawa Lima (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) kepada siswa Sekolah Dasar (SD) di Yogyakarta. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pengetahuan dan minat siswa terhadap budaya tradisional wayang kulit serta kurangnya efektivitas pendidikan karakter di sekolah dasar. Melalui animasi ini, siswa tidak hanya diajak mengenal tokoh-tokoh wayang, tetapi juga mempelajari nilai-nilai karakter yang terkandung dalam cerita Pandawa Lima, seperti kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan kebijaksanaan. Metode yang digunakan meliputi pengembangan konten animasi, produksi, dan distribusi media ke sekolah-sekolah dasar. Animasi ini dirancang dengan pendekatan yang menarik dan interaktif, menggunakan tokoh-tokoh seperti Ayu, Bagus, dan Gareng sebagai narator yang memandu penonton memahami cerita. Target luaran dari penelitian ini adalah terciptanya 1 episode animasi berdurasi pendek dengan 5 episode tambahan, peningkatan pengetahuan siswa tentang tokoh wayang, serta peningkatan minat terhadap budaya tradisional. Selain itu, animasi ini akan didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan dipublikasikan dalam bentuk artikel ilmiah. Dampak yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan secara berkelanjutan dalam kurikulum pendidikan budaya dan bahasa Jawa. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pelestarian budaya tradisional, tetapi juga memperkuat pendidikan karakter berbasis kearifan lokal bagi generasi muda.This study aims to develop an animated series titled Ayu lan Bagus: Pandawa Lima, featuring a special episode introducing the Pandawa Lima wayang kulit characters (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, and Sadewa) to elementary school students in Yogyakarta. The research is motivated by the low level of students’ knowledge and interest in traditional wayang culture, as well as the limited effectiveness of character education in elementary schools. Through this animation, students are encouraged not only to learn about wayang characters but also to internalize the character values embodied in the Pandawa Lima stories, such as honesty, courage, loyalty, and wisdom. The method involves animation content development, production, and distribution to elementary schools. The animation adopts an engaging and interactive approach, featuring characters like Ayu, Bagus, and Gareng as narrators who guide viewers through the story. The expected outcomes include the production of one short episode with five additional episodes, increased students’ knowledge of wayang characters, and enhanced interest in traditional culture. The animation will also be registered for intellectual property rights (IPR) and published in a scientific article. The expected impact is the creation of an innovative learning medium that can be sustainably integrated into cultural and Javanese language education curricula, thereby contributing to the preservation of traditional culture and strengthening character education based on local wisdom among young generations. 
Wawacan Panji Asmara Ningrat: Sebuah Kajian Struktural Romadona, Zulfahmi; Koswara, Dedi; Ruhaliah, Ruhaliah
LOKABASA Vol 16, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v16i2.90747

Abstract

Cerita tentang tokoh Panji sudah populer di Asia Tenggara, bahkan sudah masuk ke dalam Memory of the World (MoW) UNESCO pada tahun 2017. Di Palembang terdapat Panji Angreni, di Bali ada Malat, di Makassar ada Hikayat Cekele, di Melayu ada Hikayat Panji Kuda Semirang, di Kamboja ada Cerita Panji Kamboja, dan dalam sastra Jawa terdapat 140 judul tentang kisah Panji. Terdapatnya cerita Panji dalam bahasa Sunda merupakan suatu hal yang tidak disangka-sangka. Naskah Wawacan Panji Asmara Ningrat merupakan salah satu cerita Panji versi bahasa Sunda, meskipun naskah ini merupakan hasil gubahan dari bahasa Melayu. Hal tersebut menegaskan bahwa cerita Panji tidak populer di pulau Jawa bagian barat, khususnya di wilayah Priangan. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan naskah Wawacan Panji Asmara Ningrat dan mengungkap struktur formal serta struktur naratifnya.  Metode yang digunakan yaitu kajian filologis dengan edisi naskah tunggal dan metode deskriptif-analitis untuk mengkaji strukturnya. Teknik yang digunakan ialah studi pustaka dan studi dokumentasi, sedangkan pendekatan penelitiannya menggunakan kualitatif. Hasil kajian ini berupa deskripsi naskah yang sekaligus menunjukkan bahwa isi teks wawacan tersebut cukup lengkap, tetapi struktur formalnya kurang lengkap, sedangkan struktur naratif cukup lengkap.The story of Panji is widely known throughout Southeast Asia and was included in UNESCO’s Memory of the World (MoW) register in 2017. In Palembang it appears as Panji Angreni, in Bali as Malat, in Makassar as Hikayat Cekele, in Malay literature as Hikayat Panji Kuda Semirang, and in Cambodia as Cerita Panji Kamboja. In Javanese literature alone, there are 140 versions of the Panji tales. The existence of a Panji story in the Sundanese language is therefore unexpected. The manuscript Wawacan Panji Asmara Ningrat is a Sundanese version of the Panji story, though adapted from the Malay language. This indicates that Panji stories were not widely popular in western Java, especially in the Priangan region. Accordingly, this study aims to describe the Wawacan Panji Asmara Ningrat manuscript and to reveal its formal and narrative structures. The research employs philological methods using a single-manuscript edition and a descriptive-analytic approach to examine its structure. Techniques used include library and documentation studies, with a qualitative research approach. The results show that the text of the Wawacan is relatively complete in content, although its formal structure is incomplete, while its narrative structure is adequately developed.
Campur Kode dalam Nyanyian Pementasan Sang Hyang Penyalin Yastini, Ni Kadek Dewi; Rai, Ida Bagus; Wirani, Ida Ayu Sukma
LOKABASA Vol 16, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v16i2.87185

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menunjukkan keberadaan campur kode dalam nyanyian Sang Hyang Penyalin yang diadakan di Desa Bugbug, Karangasem. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah nyanyian Sang Hyang Penyalin dengan  objek penelitian berupa campur kode. Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan studi dokumentasi dan wawancara. Instrumen pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan sebagai penuntun wawancara dan kartu data. Analisis data dilakukan melalui empat tahapan, yaitu identifikasi data, reduksi data, deksripsi data, dan verfikasi. Hasilnya menunjukkan bahwa campur kode yang terjadi terdiri atas: campur kode ke dalam (serumpun) dengan mengambil bahasa Jawa Kuno (Kawi) -- ditemukan sepuluh data; campur kode berdasarkan bentuk kata terdiri atas kata dasar dan imbuhan ditemukan sepuluh data; kemudian campur kode berdasarkan bentuk frasa ditemukan satu data frasa nominal. Selanjutnya ditemukan juga tentang penyebab terjadinya campur kode, yaitu karena penutur menguasai lebih dari satu bahasa dan kesulitan menemukan padanan kata yang sesuai untuk pelengkap makna nyanyian Sang Hyang Penyalin.This study aims to explain and demonstrate the occurrence of code-mixing in the Sang Hyang Penyalin chant performed in Bugbug Village, Karangasem. The research employs a qualitative descriptive method. The subject of the study is the Sang Hyang Penyalin chant, while the object of analysis is the code-mixing within it. Data were collected through documentation and interviews, using a question list as an interview guide and data cards as instruments. The data analysis process consisted of four stages: data identification, data reduction, data description, and verification. The results reveal three main types of code-mixing: (1) inner code-mixing, involving the use of Old Javanese (Kawi), with ten instances identified; (2) code-mixing based on word form, including root words and affixed forms, with ten instances; and (3) phrase-based code-mixing, with one nominal phrase identified. The causes of code-mixing are attributed to speakers’ multilingual competence and the difficulty of finding equivalent words to complement the meaning of the Sang Hyang Penyalin chant.
Strategi Dosen dalam Membina Kreativitas Mahasiswa Menulis Cerita Pendek tentang Kearifan Lokal Setyowati, Herlina
LOKABASA Vol 16, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v16i2.89218

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki proses pembelajaran Nulis Sastra dan proses kreatif mahasiswa dalam menulis cerita pendek berbahasa Jawa dengan tema kearifan lokal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode etnografis kemudian dipaparkannya dalam bentuk naratif etnografis. Sumber data dalam penelitian ini ialah mahasiswa semester 5 yang mengambil mata kuliah Nulis Sastra pada tahun akademik 2024/2025 semester gasal. Pengumpulan data dilakukan melalui penerapan dua teknik, yaitu observasi partisipatif dan dokumen. Dalam membina kreativitas mahasiswa, diadopsi argumen Elbow yakni mengajak mahasiswa untuk kreatif dan berpikir kritis. Proses pembelajaran Nulis Sastra meliputi enam kegiatan, yaitu: penyampaian materi menulis kreatif; penceritakan kembali cerita pendek yang dibaca; menulis cerita sederhana; menulis cerita pendek; peninjauan hasil menulis cerita pendek; dan merevisi cerita pendek. Adapun proses kreatif mahasiswa dalam menulis meliputi membaca dan mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek; menulis cerita dengan pola ATM (amati, tiru, modifikasi); dan mengeksplorasi lingkungan tempat tinggal. Melalui praktik menulis cerita pendek ini berhasil terhimpun 26 judul cerita. Nilai-nilai kearifan lokal disampaikan dengan lebih menarik dan menghibur. Cerita pendek tentang kearifan lokal ini dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya kepada masyarakat pembaca.This study aims to investigate the learning process in the Nulis Sastra course and the creative process of students in writing short stories in Javanese with the theme of local wisdom. This qualitative research employs an ethnographic method, presented in a narrative ethnographic form. The data source consists of fifth-semester students enrolled in the Nulis Sastra course during the 2024/2025 academic year. Data were collected through participatory observation and document analysis. In fostering students’ creativity, Elbow’s argument is adopted, encouraging students to be both creative and critical thinkers. The Nulis Sastra learning process includes six activities: (1) delivering material on creative writing, (2) retelling short stories that have been read, (3) writing simple stories, (4) writing short stories, (5) reviewing writing results, and (6) revising the stories. Students’ creative process involves reading and identifying intrinsic elements of short stories, writing using the ATM (observe, imitate, modify) model, and exploring their living environments. Through this practice, 26 short stories were produced, each presenting local wisdom values in a more engaging and entertaining way. These short stories serve as an effective medium for conveying cultural values to readers.
Representasi Identitas dalam Yel-yel Viking Persib Club: Sebuah Kajian Semantik Kognitif Sandya, Cathleen; Sudaryat, Yayat; Hernawan, Hernawan
LOKABASA Vol 16, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v16i2.88972

Abstract

Yel-yel Viking Persib Club (VPC) bukan hanya sebagai ekspresi semangat dalam budaya sepak bola, tetapi juga berperan dalam pembentukan identitas kelompok yang mencerminkan nilai-nilai lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna dalam yel-yel Viking Persib Club melalui pendekatan semantik kognitif, khususnya dalam penggunaan metafora konseptual. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik dokumentasi terhadap enam lirik yang dinyanyikan di stadion. Selain itu, juga didukung dengan teknik wawancara semi-terstruktur yang dilakukan terhadap 12 informan, baik anggota maupun non-anggota VPC. Enam yél-yél tersebut memuat total 40 frasa metaforis yang diklasifikasikan menjadi metafora struktural, orientasional, dan ontologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metafora dalam yél-yél mencerminkan ungkapan emosi, nilai, dan identitas kolektif dari para suporter. Dengan demikian, sepak bola tidak hanya diposisikan sebagai olahraga, melainkan juga sebagai ruang perjuangan, kebanggaan, dan keterikatan sosial. Studi ini mengisi kekosongan teoretis melalui sudut pandang linguistik kognitif dalam kajian ekspresi suporter di Indonesia, sekaligus menegaskan peran metafora sebagai mekanisme pembentuk makna dan identitas dalam praktik verbal di masarakat.The chants of the Viking Persib Club (VPC) serve not only as expressions of enthusiasm within football culture but also as a means of constructing group identity that reflects local values. This study aims to analyze the meanings in the VPC chants through a cognitive semantic approach, particularly focusing on conceptual metaphors. The research uses a qualitative descriptive method with documentation of six chant lyrics performed in the stadium, supported by semi-structured interviews with 12 informants, both VPC members and non-members. The six chants contain a total of 40 metaphorical phrases, classified into structural, orientational, and ontological metaphors. The findings show that metaphors in the chants reflect emotional expression, values, and the collective identity of the supporters. Consequently, football is not merely viewed as a sport, but also as a space for struggle, pride, and social attachment. This study fills a theoretical gap by employing a cognitive linguistic perspective in examining supporter expressions in Indonesia, while also emphasizing the role of metaphor as a mechanism for meaning and identity formation in verbal practices within society.
Konflik Batin Tokoh Utama dalam Roman Dedeh Karya Jus Rusamsi: Kajian Psikologi Humanistik Abraham Maslow Amanda, Rahayu; Suherman, Agus
LOKABASA Vol 15, No 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v15i2.92467

Abstract

Konflik batin yang sering terjadi dalam kehidupan nyata, juga terekam dalam karya sastra, salah satunya dalam roman Dedeh Karya Jus Rusamsi. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap konflik batin tokoh utama dalam roman tersebut dengan pendekatan psikologi humanistik Abraham Maslow. Dengan pendekatan kualitatif, kajian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik studi pustaka. Instrumen yang digunakan yaitu kartu data digital. Hasilnya menunjukkan bahwa konflik batin yang dialami tokoh Dedeh meliputi beberapa hal, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Konflik batin yang dialami Dedeh tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan antara satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya. Kebutuhan terhadap rasa cinta merupakan faktor yang paling dominan yang mengakibatkan Dedeh mengalami konflik batin yang berkepanjangan.Inner conflicts that frequently occur in real life are also reflected in literary works, one of which is the novel Dedeh by Jus Rusamsi. This study aims to reveal the inner conflict of the main character in the novel using Abraham Maslow’s humanistic psychology approach. Employing a qualitative method, this study adopts a descriptive-analytic design with a library research technique. The instrument used was a digital data card. The findings indicate that the inner conflicts experienced by Dedeh involve several aspects, namely physiological needs, safety needs, love and belonging, esteem, and self-actualization. Dedeh’s inner conflicts do not stand alone but are interrelated between one need and another. The need for love emerges as the most dominant factor that causes Dedeh to experience prolonged emotional turmoil.