cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)
Published by Universitas Surabaya
ISSN : 25276208     EISSN : 25279017     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Media Pharmaceutica Indonesiana (MPI) is a journal focusing on pharmaceutical aspects. MPI is dedicated to update and support the development of information and knowledge on pharmaceutical fields. This journal is published twice a year (June and December).
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE" : 7 Documents clear
Isolasi DNA dari Bercak Urine Manusia sebagai Bahan Alternatif Pemeriksaan Identifikasi Personal Ahmad Yudianto; Yeti Eka Sispitasari
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.343 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.54

Abstract

Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruandapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Identifikasi melalui analisa DNA melibatkan kromosomsomatik maupun mtDNA. Setiap bagian tubuh manusia dapat diambil sebagai spesimen karena setiap sel berintidalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik. Selama ini sampel yang sering digunakan dalam identifikasimelalui analisa DNA adalah bercak darah, bercak sperma, dan tulang, sedangkan pada kasus tertentuyang menyebabkan keluar urine pada pakaiansering diabaikan. Sejauh ini identifikasi personal melalui bercakurine dengan metode analisis DNA belum banyak dilakukan. Penelitian ini menunjukkan, lama waktu paparanyakni hari ke-1, 7, dan 14 terhadap lokus: CTT dan amelogenin 106 bp-112 bp. Semua sampel dalam visualisasihasil PCR dengan silver staining PAGE nampak band (terdeteksi). Namun pada lama waktu paparan hari ke-20didapat hanya lokus THO1 dan TPOX semua sampelnya (100%) nampak band (terdeteksi), sedangkan lokusCSF1PO dan amelogenin 50% nampak jelas band. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemeriksaan DNA bercakurine melalui deteksi lokus STR CTT didapatkan respon deteksi yang berbeda pada berbagai waktu lama paparan.Keberhasilan deteksi lokus tersebut ditunjang oleh adanya perbedaan amplicon product dan kandunganGC pada masing-masing lokus. Dari lokus-lokus yang diteliti, rasio GC content dalam primer diurut dari yang terendahadalah: lokus CSF1PO, TPOX, dan THO1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa lokus THO1 maupun TPOXmemiliki kemungkinan yang sama dalam keberhasilan pemeriksaan STR dibandingkan dengan lokus CSF1PO.
Isolasi Metabolit Sekunder dari Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Meranti Rambai (Shorea acuminata Dyer) Enda Mora; Septi Muharini; Emrizal Emrizal; Rahayu Utami; Mella Silfia Andriani
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.878 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.36

Abstract

Telah dilakukan isolasi dan pengujian sitotoksik ekstrak etil asetat kulit batang merantirambai (Shorea acuminata Dyer). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat dan uji sitotoksikdengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Isolasi dilakukan dengan kromatografi kolommemakai sistem gradient dan diperoleh senyawa D1, berupa amorf berwarna putih sebanyak18 mg dengan titik leleh 280-282oC. Berdasarkan hasil reaksi dengan reagen Liebermann-Buchard(yaitu warna orange kecoklatan) dan hasil karakterisasi dengan spektroskopi UV, IR, 1H-RMI, dan 13CRMI,maka dapat disimpulkan bahwa senyawa D1 termasuk golongan terpenoid. Dari hasil pengujiansitotoksik ekstrak etil asetat didapatkan nilai LC50 sebesar 3,68 ppm dan dapat dinyatakan bahwaekstrak etil asetat kulit batang meranti rambai memiliki sifat sangat toksik terhadap kematian Artemiasalina Leach.
Pengaruh Pelarut terhadap Optimasi Reaksi Derivatisasi Lisinopril dengan 1-Fluoro-2,4-Dinitrobenzene serta Pemilihan Standar Internalnya Ririn Sumiyani; Sudibyo Martono; Sugiyanto Sugiyanto
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.786 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.49

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengoptimasi reaksi derivatisasi lisinopril dalam pelarut aquadesdan metanol dengan 1-fluoro-2,4-dinitrobenzene (FDNB) serta memilih standard internal. Gabapentin, amlodipin,enalapril, dan metoprolol dipilih sebagai kandidat standar internal (IS). Pada kondisi optimum reaksilisinopril, standar internal harus membentuk produk derivatisasi dengan FDNB. Reaksi derivatisasi lisinoprildalam pelarut aquades optimum pada pH 9,5 bufer borat dengan pemanasan pada suhu 70°C selama 25 menit.Pada kondisi ini yang dapat membentuk produk derivatisasi hanya gabapentin. Analisis lisinopril dengan standarinternal secara High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menggunakan kolom Novapack C18 (250mm x 4,60 mm) dan fase gerak buffer asetat (0,02 M, pH 3,5):asetonitril = 55:45 dengan laju alir 0,8 ml/min. Pemisahanlisinopril-DNB dan gabapentin-DNB terjadi pada waktu retensi berturut-turut 12,06 dan 18,86 menitdengan waktu analisis 25 menit. Karena waktu analisis terlalu panjang, maka dicari alternatif waktu preparasidan analisis yang lebih cepat. Reaksi derivatisasi lisinopril dalam pelarut metanol, didapatkan kondisi optimumpada pH 11,0 tanpa pemanasan. Pada pelarut metanol, selain lisinopril, gabapentin, amlodipin, enalapril, danmetoprolol juga membentuk produk derivatisasi dengan FDNB sehingga berpotensi sebagai standar internal.Namun demikian, pada analisis secara Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC) menggunakan kolomAcquity BEH C18, fase gerak buffer asetat (0,01 M, pH 3,5):asetonitril:metanol = 70:15:15 dengan laju alir 0,3ml/min, semua standar internal tidak terpisah dengan produk derivatisasi lisinopril. Disimpulkan bahwa lisinoprildalam pelarut metanol lebih efektif karena reaksi derivatisasi dengan FDNB tidak memerlukan pemanasan.Analisis lisinopril dalam pelarut air dengan standar internal gabapentin menggunakan HPLC kolom NovapackC18 memerlukan waktu analisis 25 menit, sedangkan dalam pelarut metanol dengan UPLC menggunakan kolomAcquity BEH C18, analisis melalui derivatisasi dengan FDNB dapat dilakukan tanpa standar internal denganwaktu retensi lisinopril-DNB 4,67 menit.
Kesalahan Penggunaan Obat Ibu dan Balita Peserta Posyandu di Kecamatan Sukolilo, Surabaya Anita Purnamayanti; Agnes Nuniek Winantari; Nani Parfati; Ida Diana; Nurul Latifah; Tri Setyowati
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.802 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.51

Abstract

Kesalahan penggunaan obat (Medication Administration Error, MAE) pada ibu hamil dan anak merupakanjenis kesalahan penggunaan obat yang lazim dijumpai di komunitas. Orang tua berperan pentingdalampemberian obat bagi anak, terutama pada balita. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Indonesia merupakanUpaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang secara terpadu meningkatkan kesehatan ibu dan balita,yang bertujuan untuk mengatasi ketimpangan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan maupun terhadaptenaga kesehatan. Penelitian observasional yang dilaksanakan di Posyandu di Kecamatan Sukolilo secara prospektifini dirancang untuk mengkaji kesalahan penggunaan obat yang mungkin terjadi di masyarakat. Sukolilomerupakan Kecamatan yang unik, karena keragaman di bidang sosioekonomi, maupun kemampuan masyarakatnyauntuk mengakses tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini berlangsung selamabulan Januari sampai Mei 2013, dengan metode wawancara penggunaan obat oleh ibu hamil dan orang tua untukanak balitanya. Hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan algoritma dan diagram National CoordinatingCouncil for Medication Error Reporting and Prevention. Terdapat MAE pada penggunaan obat ibu hamil dan balita.Jenis kesalahan penggunaan obat yang tersering adalah “Terjadi kesalahan, tidak membahayakan” kategori“B”, “C”, dan “D”. Selain itu, “Terjadi kesalahan, Membahayakan” kategori “E” dan “F” juga terdapat, namun tidakada “Terjadi Kesalahan, Mematikan”. Jenis MAE tersering adalah “obat tidak diberikan”, dan “dosis dan frekuensiobat tidak tepat”, terutama pada penggunaan antibiotik. Kesalahan ini dapat dicegah melalui pemberian edukasikepada orang tua untuk meningkatkan pemahaman mengenai cara penggunaan obat.
Efektivitas Gel Kuersetin pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA Teguh Sutrisno; Nurul Huda; Nurlely Nurlely; Noor Cahaya; Valentina Meta Srikartika
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.061 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.22

Abstract

Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumberpanas dan kuersetin diduga dapat mempercepat penyembuhan luka bakar karena mempunyai efekanti-inflamasi, antibakteri dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efekkuersetin dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat IIA. Penelitian menggunakan 45ekor tikus putih galur wistar yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok perlakuan hari ke-5, 11,dan 21. Luka bakar dibuat dengan logam bulat berdiameter 2 cm dan tebal 1 mm yang dipanaskanpada suhu 100°C selama 10 detik. Data dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan LSDdengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa gel kuersetin dapat mempercepatpengecilan diameter luka pada hari ke-11 dan mengurangi intensitas warna pada hari ke-21. Pembentukankolagen dan kelenjar sebasea pada kuersetin berbeda bermakna dengan kontrol negatifpada hari ke-11 dan 21 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kuersetin dapatmempercepat penyembuhan luka bakar.
Efek Pajanan Debu Kayu terhadap Gangguan Faal Paru Isa Ma'rufi
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.866 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.53

Abstract

Masalah utama pada kesehatan kerja perajin mebel kayu adalah gangguan pernafasan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kadar debu dengan gangguan faal parupada perajin mebel di Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini termasuk penelitian observasional, dilakukanpengamatan, wawancara dan pengisian kuesioner serta melakukan pengukuran pada beberapavariabel yang sedang diteliti, yaitu kadar debu dan keluhan pernafasan. Sampel penelitian adalah 96responden, dengan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Teknik analisis datadari penelitian ini adalah analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk gangguan paru obstruksi,72 responden (75%) normal, sedangkan obstruksi ringan sebanyak 15 responden (15,6%),obstruksi sedang sebanyak 6 responden (6,3%), dan obstruksi berat sebanyak 3 responden (3,1%).Gangguan paru restriksi menunjukkan bahwa responden normal tidak ada (0%), restriksi ringan sebanyak12 responden (12,5%), restriksi sedang sebanyak 39 responden (40,6%), dan restriksi beratsebanyak 45 responden (46,9%) Hasil pengukuran kadar debu kayu di bagian kerja mebel, menunjukkanuntuk bagian pemotongan kadar debunya adalah 0,5985 mg/m3, bagian pengukiran 1,7432mg/m3, dan bagian finishing 8,8426 mg/m3, jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB)yang hanya 1,00 mg/m3, maka kadar debu di bagian pengukiran dan finishing melebihi NAB. Dapatdisimpulkan bahwa kadar debu berkorelasi dengan gangguan fungsi paru (p < 0,05).
Cytotoxic Activity of Pentacyclic Triterpene-3-Heptadecanoate Ester against Hela Cell Line and Its Docking Study Sri Mulyani Mulyadi; Tri Yuliati; Maulana Tegar; Imam Ardhila
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 1 (2016): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.04 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i1.35

Abstract

Pentacyclic triterpene-3-heptadecanoate (12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-heptadecanoate)ester refers to the compound as a result of reaction between pentacyclic triterpene-3-ol(12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-ol) and heptadecanoic acid. This research was aimed to conductcytotoxicity test of pentacyclic triterpene-3-heptadecanoate; 12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-oland 12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-acetate esters against Hela cell line. The activity assay wascarried out using MTT method. The results indicated that IC50 value of 12,13-dihydro-α-amyrin-3-heptadecanoate; 12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-acetate and 12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-ol were 111.0, 151.1 and 944.4 μg/ml, respectively. The compound of 12,13-dihydro-α-amyrin-20,30-en-3-heptadecanoate had the lowest IC50 value, suggesting it has a potency to be synthesized as ananticancer drug.

Page 1 of 1 | Total Record : 7