cover
Contact Name
Aqil Luthfan
Contact Email
walisongo@walisongo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
aqilluthfan@walisongo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
ISSN : 08527172     EISSN : 2461064X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan is an international social religious research journal, focuses on social sciences, religious studies, and local wisdom. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. The subject covers literary and field studies with various perspectives i.e. philosophy, culture, history, education, law, art, theology, sufism, ecology and much more.
Arjuna Subject : -
Articles 444 Documents
ISU TERORISME DAN RESPONS AKTIVIS MUDA ACEH Amiruddin, M. Hasbi
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.1.256

Abstract

This article wants to examine the extent of radical thought in the minds of the younger generation pervasive in Aceh. With the new Aceh conditions experienced several years of post-conflict situation safe again struck by discovered a number of terrorists who make Jalin mountains forest, Aceh Besar, as a military training ground. Also found are also a number of books that have a narrative that can bring inspiration radicalism and terrorism acts. The results of in-depth interviews of young activists in Aceh, can be explained that the concept of terrorism models struggle can not be accepted by young activists in the city of Banda Aceh. They have to understand the teachings of Islam that is relatively comprehensive and proportional. But their ideals in order to uphold Islamic shariah in Aceh is a necessity.***Artikel ini ingin melihat sejauhmana pemikiran radikal merasuk dalam pikiran generasi muda di Aceh. Dengan kondisi Aceh yang baru beberapa tahun meng­alami situasi aman pasca terjadi konflik kembali dikejutkan dengan ditemukan sejumlah teroris yang menjadikan hutan pegunungan Jalin, Aceh Besar, sebagai medan latihan militer. Selain itu ditemukan juga sejumlah buku-buku yang memiliki narasi yang dapat memunculkan inspirasi tindakan radikalisme dan terorisme. Hasil wawancara mendalam terhadap para aktivis muda Aceh, dapat dijelaskan bahwa konsep perjuangan model terorisme tidak dapat diterima oleh aktivis muda di Kota Banda Aceh. Mereka telah memahami ajaran Islam yang relatif komprehensif dan proporsional. Namun cita-cita mereka agar tegaknya syariat Islam di Aceh adalah suatu keniscayaan.
PERGULATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KAWASAN MINORITAS MUSLIM Wahib, Abdul
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.19.2.169

Abstract

This study was conducted with a qualitative approach. Data obtained by in-depth interviews, observation and documentation. Data were analyzed by phenomenological qualitative analysis model. This study concluded: (1) about the life of the Muslim minority in the school before and after the bombing; With imitate the concept of immersion, the good relations established between the Hindu-Muslim, but the bombs are up to two times it has damaged the relationship patterns that have progress, (2) the internal problems of PAI Teachers: The teachers of Islamic religious education in Bali faced a different problem that encompasses many domains of life. In school /classroom, in social life and so on, (3) materials additional Islamic Education, also called local curriculum include: Instilling a sense of respect for people who embrace different beliefs.***Kajian ini merupakan kajian dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian di­peroleh dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis fenomenologi. Kesimpulan dari kajian ini adalah: (1) ter­kait dengan kehidupan minoritas muslim disekolah sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom:hubungan yang semula baik kemudian menjadi rusak; (2) problem internal guru-guru PAI: Guru-guru PAI di Bali menghadapi masalah yang rentangnya sangat beragam terkait dengan wilayah kehidupan: sekolah, ruang kelas, dan kehidupan sosial; (3) bahan dalam kurikulum lokal: perlu dimasukkannya materi tentang penghormatan terhadap penganut keyakinan yang berbeda.
IMPLIKASI SHARIAH GOVERNANCE TERHADAP REPUTASI DAN KEPERCAYAAN BANK SYARIAH Wardayati, Siti Maria
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.19.1.210

Abstract

The object of this study is Bank Muamalat Indonesia in Central Java, while the number of samples used was 200 respondents using purposive sampling techniques. The techniques of analysis used descriptive analysis and SEM analysis with the help of AMOS. The results of computational data show that the implementation of sharia government that consists of 6 (six) indicators, namely: transparency, accountability, responsibility, indedendency, justice and shariah compliance has shown good results. Shariah compliance is an indicator of the dominant Islamic government, while responsibility and justice is an indicator of weak governance in explaining sharia. Imple­mentation of shariah governance significant effect on the reputation and customer confidence in Islamic banks.***Obyek dari kajian ini adalah Bank Muamalat Indonesia di Jawa Tengah dengan jumlah sampel sebanyak 200 responden dan dengan mengunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif dan SEM dengan bantuan AMOS. Hasil penghitungan data menunjukkan bahwa imple­mentasi shariah governance meliputi enam indikator yaitu transparansi, akun­tabilitas, pertanggungjawaban, independensi, keadilan, dan shariah compliance telah menunjukkan hasil baik. Shariah compliance merupakan indikator islamic govenrment yang dominan, sementara pertanggung jawaban dan keadilan merupakan indikator lemah untuk menjelaskan shariah governance. Imple­mentasi shariah governance memiliki pengaruh yang signifikan pada reputasi dan kepercayaan pelanggan terhadap perbankan syariah.
MAKNA SIMBOLIK UPACARA SIRAMAN PENGANTIN ADAT JAWA Irmawati, Waryunah
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.21.2.247

Abstract

Siraman (bathing) is a Javanese ritual ceremony that is done one day before the bride does the ijab qabul. In the siraman ritual, the operational rule and the equipments (uborampe) that are used are already definite (maton/pakem) as the symbols that have meanings. The meanings of the symbols in the siraman cannot be put off from Javanese context. Phenomenology and philosophy approaches using hermeneutic method towards siraman ritual are interpreted comprehensively to make the meanings of symbols clearly therefore the symbols in the siraman ritual can be understood. This research figures the inter relations among philosophy, culture and Islam.***Siraman (mandi) merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan sehari sebelum pengantin melaksanakan ijab qabul. Dalam upacara siraman tata pelaksanaan dan peralatan (ubarambe) yang digunakan sudah maton/pakem sebagai sebuah simbol yang memiliki arti dan makna. Makna dan arti simbol dalam siraman tidak terlepas dari konteks Jawa. Model pendekatan fenomenologis, dan kemudian secara filosofis menggunakan metode hermeneutik diinterpretasikan secara komprehensif agar makin jelas arti dan makna sehingga akan lebih mudah memberikan pemahaman tentang saling hubungan (interelasi) antara filsafat, budaya dan Islam.
PENDIDIKAN DAMAI (PEACE EDUCATION) BAGI ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK Sukendar, Sukendar
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.19.2.158

Abstract

The conflict is as natural of law (sunnatullah) that always there in the course of human life. So that conflicts do not lead to violence and social disaster, the conflicts need to be managed properly. Managing conflicts is not solely aimed at the cessation of conflict, or the signing of a peace agreement between the parties to the dispute. Over, conflict manage­ment must be followed by the management of post-conflict conditions. Among the efforts the condition of post-conflict is recovery of the affected populations, especially children who are the most vulnerable groups in a conflict. One remedy is to educate children affected by conflict through peace education. This needs to be done so that they are free from the trauma, did not carry a grudge in life, and capable of being a man who loves peace. This study will explore the efforts of peace education for children affected by conflict in the Latansa Islamic Boarding School, Cangkring, Karang­anyar, Demak.***Konflik merupakan sesuatu yang alami yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu agar konflik tidak mengakibatkan kekerasan dan petaka sosial maka konflik perlu dikelola dengan tepat. Mengelola konflik tidak semata-mata ditujukan bagi penghentian konflik atau penandatanganan kesepakatan antara kelompok-kelompok yang bertikai. Lebih dari itu, manajemen konflik harus diikuti dengan manajemen post-konflik. Di antara berbagai upaya manajemen post-konflik adalah pemulihan terhadap orang-orang yang menjadi korban konflik, khususnya anak-anak yang memang rentan terhadap efek konflik. Salah satu penanganannya adalah melalui pendidikan agar mereka terbebas dari perasaan traumatik, tidak membawa kedukaan mereka, serta mampu menjadi orang yang mencintai perdamaian. Kajian ini akan melihat bagaimana upaya pendidikan damai yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Latansa Cangkring Karanganyar Demak.
POLITIK DAN “TEATER RITUAL” DI BALI Suryawan, I Ngurah
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.20.2.201

Abstract

The relation between ritual and socio-political environment should become a deep reflection. Rituals which take place in order for salvation, harmony, and natural balance instead generate the ambigue and ironic situation. Rituals had been going on amazingly but the social as well as natural disasters seems go on continually. In Bali, religious rituals that formerly guarded by mantra-mantra (spiritual wordings) recently enstead by a group of Pecalang (tradition guardian in Bali) and metal detector (at the time of Pamarisudha Karipubhaya Bali Blast of 2002 and 2005). Nowadays Balinese are eager to perform rituals spectacularly. But instead, Bali now is struck by continous disaster, not only the disaster came from external sources but also the internal ones.***Hubungan antara ritual dengan lingkungan sosial politik harus menjadi bahan renungan yang dalam. Ritual yang dilaku­kan untuk tujuan keselamatan, harmoni, dan ke­seimbang­an alam bahkan menimbulkan kondisi ambigue dan ironis. Ritual berjalan secara mengesankan namun bencana sosial maupun bencana alam terus menerus terjadi. Di Bali, ritual agama yang sebelumnya diwarnai mantra-mantra kini diisi oleh Pecalang (pengawal tradisi Bali) dan metal detector (pada saat Pamarisudha Kariphaya Bom Bali 2002 dan 2005). Kini orang Bali cenderung melaksanakan ritual secara spektakuler. Akan tetapi Bali seringkali didera ben­cana, baik bencana yang berasal dari dalam maupun luar.
SEGREGASI ETNO-RELIGIUS: UPAYA RESOLUSI KONFLIK DAN PEMBANGUNAN PERDAMAIAN Mustain, Mustain
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.21.1.237

Abstract

Ethno-religious segregation in Lombok, especially in Mataram existed because of population migration and the implication of the implemenation of the policy on the politic of Karang Asem Hinduism Mataram Kingdom that dominated this area for more than one century (1670-1820). The policy subjected to the community made the fixed social stratification in the context of community settlement, and generated two different groups, the Balinesse-Hiduism as the noble and Sasak-Muslim as the lower-level society members. Applying qualitative method and conflict study approach it was revealed that historical legacy had been become the social-psychological barrier for the two communities for making open and trustful interaction.***Segregasi etno-religius di wilayah Lombok, khususnya di Mataram selain terjadi karena migrasi penduduk, juga merupakan implikasi dari penerapan kebijakan politik kerajaan Hindu Karangasem Mataram yang menguasai wilayah ini selama 1,5 abad, yaitu dari tahun (1670-1820 M). Kebijakan itu antara lain dalam bentuk mempertahankan stratifikasi sosial masyarakat dalam pemukiman, sehingga melahirkan komunitas Bali-Hindu sebagai kelompok bangsawan dan komunitas Sasak-Islam sebagai kelompok rakyat kelas bawah. Melalui metode kualitatif dan pendekatan kajian konflik tampak bahwa warisan sejarah telah menjadi hambatan psikologis-sosial kedua komunitas untuk berinteraksi secara terbuka dan saling mempercayai.
URGENSI REGULASI PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA: PERSPEKTIF TOKOH LINTAS AGAMA Hapsin, Abu
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.270

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan pandangan tokoh lintas agama dengan keberadaan peraturan yang terkait dengan isu-isu ke­rukun­an umat beragama di Indonesia, apakah peraturan tersebut memiliki manfaat yang signifikan bagi upaya penyelesaian konflik agama di Indonesia, atau sebaliknya. Penelitian ini  dilaksanakan di Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data tersebut diambil dari ide (gagasan) tokoh lintas agama di Semarang serta berbagai re­ferensi yang terkait. Pengumpulan data diambil dengan wawancara dan studi literatur. Data dianalisis secara deskriptif kritis. Hasil penelitian menunjuk­kan bahwa konflik agama yang terjadi karena berbagai faktor atau akar penyebab konflik sangat beragam. Masing-masing tokoh agama memiliki pandangan ber­beda. Beberapa orang menganggap pluralisme sebagai akar penyebab konflik, ada juga pendapat bahwa penyebab kon­flik adalah adanya diskriminasi dalam pe­rumusan undang-undang dan peraturan yang diatur. Meskipun pandangan mereka berbeda pada akar penyebab masalah konflik, mereka sepakat bahwa untuk menjaga kerukunan beragama di Indonesia perlu ada sebuah hukum yang mengatur peraturan ke­hidupan beragama di Indonesia.
PESANTREN DAN UPAYA DERADIKALISASI AGAMA Mukodi, Mukodi
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.224

Abstract

The de-radicalization of Islam in Tremas Islamic boarding school was found to have its continuing momentums from generation to generation. Through cultural practices as: scientific culture, religious culture, social culture, and political culture the seeds of such de-radicalization were disseminated. However, the dynamic fluctuation of extremism both transnationally and internationally became a specific challenge. Furthermore, the massive development of Information and Com­muni­cation Technology (ICT) significantly impacted on the mindset of Tremas boarding school community. Applying qualitative approach and pheno­meno­logical method, this article revealed how the religious de-radicalization in Tremas boarding school was knitted and framed in the practices of daily culture. Such practices were carried out in order to make Islamic generations may wisely behave and act. Moreover, Islam might ocupy as it should be, namely Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn, love peace, promoting love and affection, as well as non-violence.***Deradikalisasi agama Islam di Pondok Tremas dari generasi ke generasi se­nantiasa menemukan momentum. Melalui praktik budaya Pondok Tremas yang meliputi: budaya keilmuan, budaya keagamaan, budaya sosial dan budaya politik benih-benih deradikalisasi agama Islam disemaikan. Namun demikian, pasang surut paham ekstremisme yang berkembang di transnasional, dan inter­nasional menjadi tantangan tersendiri. Apalagi masifnya perkembangan media teknologi dan informatika berekses secara signifikan pada pola pikir warga Pondok Tremas. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi, artikel ini menjelaskan bagaimana deradikalisasi agama di Pondok Tremas dirajut, dan dibingkai dalam praktik-praktik budaya keseharian. Hal itu, dilakukan agar generasi Islam dapat bijak dalam bersikap dan bertindak. Lebih dari itu, agar agama Islam dapat menempati area yang semestinya, yakni agama raḥmatan li ’l-‘ālamīn, tanpa kekerasan, cinta perdamaian, dan mengedepankan cinta kasih.
RELASI AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Zaprulkhan, Zaprulkhan
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.1.261

Abstract

One discourse that continues to be discussed in the realm of Islamic political philosophy is about the relation between religion and state. Broadly speaking, there are at least three paradigms of thinking about the relationship between religion and state. First, sekularistik paradigm, which says that Islam has nothing to do with the state, because Islam does not regulate state life or reign. Second, formalistic paradigm, which assumes that Islam is a complete religion, which includes everything, including the question of the state or a political system. Third, paradigms substansialistik, which rejects the notion that Islam covers everything and also rejects the notion that Islam is only governs the relationship between man and his Creator alone. This article will take pictures of how the three views of this paradigm by showing some of the characters are representative and critically using the comparative method.***Salah satu wacana yang terus diperbincangkan dalam ranah filsafat politik Islam adalah mengenai relasi antara agama dan negara. Secara garis besar paling tidak ada tiga paradigma pemikiran tentang hubungan agama dan negara. Pertama, paradigma sekularistik, yang mengatakan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan negara, karena Islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan. Kedua, paradigma formalistik, yang menganggap bahwa Islam adalah agama yang paripurna, yang mencakup segala-galanya, termasuk masalah negara atau sistem politik. Ketiga, paradigma substansialistik, yang menolak pendapat bahwa Islam mencakup segala-galanya dan juga menolak pandangan bahwa Islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan Penciptanya semata. Artikel ini akan memotret bagaimana pandangan ketiga paradigma tersebut dengan menampilkan beberapa tokohnya yang representatif dan dengan meng­gunakan metode kritis komparatif.

Page 2 of 45 | Total Record : 444


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 33 No. 1 (2025) Vol. 32 No. 2 (2024) Vol. 32 No. 1 (2024) Vol. 31 No. 2 (2023) Vol 31, No 1 (2023) Vol 30, No 2 (2022) Vol 30, No 1 (2022) Vol 29, No 2 (2021) Vol 29, No 1 (2021) Vol 28, No 2 (2020) Vol 28, No 1 (2020) Vol 27, No 2 (2019) Vol 27, No 1 (2019) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam More Issue