cover
Contact Name
Mochammad Maola
Contact Email
maola@walisongo.ac.id
Phone
+6285848304064
Journal Mail Official
jish@walisongo.ac.id
Editorial Address
Jalan Walisongo No. 3-5 Semarang Jawa Tengah, Indonesia Phone/Fax. +6224 7614454 Email: jish@walisongo.ac.id
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Islamic Studies and Humanities
ISSN : 25278401     EISSN : 2527838X     DOI : https://doi.org/10.21580/jish
Journal of Islamic Studies and Humanities (JISH) intends to publish a high-standard of theoretical or empirical research articles within the scope of Islamic studies and humanities, which include but are not limited to theology, mysticism, cultural studies, philology, law, philosophy, literature, archaeology, history, sociology, anthropology, and art. All accepted manuscripts will be published both online and in printed forms.
Articles 164 Documents
IMPLIKASI INISIATIF PERCERAIAN TERHADAP HAK NAFKAH ISTRI najichah, najichah najichah; Azizi, Alfian Qodri
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 1 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.795 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i1.6960

Abstract

AbstractDivorce is the case most frequently submitted to the Religious Courts in Indonesia. This paper discusses how the divorce initiative has implications for the wife's right to post-divorce income. There are differences regarding the wife's right to post-divorce income based on who took the initiative to file for the divorce. In a divorce on the husband's initiative, based on the Compilation of Islamic Law, the husband is obliged to provide the wife's rights in the form of post-divorce income. Whereas for the divorce initiative originating from the wife, there is no obligation for the husband to give the wife the right to post-divorce income. Legal progressiveness emerges and provides new hope in reforming Islamic family law in Indonesia by punishing husbands to pay for their wives' rights to post-divorce income in divorce cases on the wife's initiative, namely; Jurisprudence of the Supreme Court of the Republic of Indonesia number 137/K/AG/2007, Book II of Guidelines for the Implementation of Duties and Administration of the Religious Courts, Supreme Court Regulation Number 3 of 2017, Circular of the Supreme Court Number 2 of 2019 which are in accordance with the principles of benefit, certainty and legal justice.
Konsep Keberagaman Muhajirin dan Anshar Kurniawan, Mahda Reza
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.585 KB) | DOI: 10.21580/jish.21.2518

Abstract

Muhajirin and Anshar were the mesangger’s sahabat whom God praised of eminence to Rasulullah saw. who positioned them high as they were the elements of ahlus sunnah wal jamaah. If believers want to get the safety position in the day after or in the future, they should follow Muhajirin and Anshar beside Rasullah saw.. For those reasons understanding the frame of diversity is very necessary for us. Based on the historical report, Muhajirin and Anshar were not only the speculative concept but the real fact of history. Their empirical practice of religiosity was completely based on their implementation of Islamic preaching in a concrete space and time. From this empirical based we can see or find the fundamental frame of their future or eminence. It consists of the ability to adjust the preaching of religion in coordinate space and time. The theoretical frame from the eminence and future is shown in the technical religiosity they did.* * *Muhajirin dan Anshar adalah kelompok sahabat yang memperoleh pujian keutamaan dari Allah swt.. Rasulullah Saw. juga menempatkannya pada posisi sangat tinggi karena merupakan unsur ahl as-sunnah wa al-jama’a h sebagai firqah an-najiyyah. Apabila orang beriman di kemudian hari ingin memperoleh keselamatan serupa maka harus mengikuti Muhajirin dan Anshar di samping Rasulullah saw.. Oleh karena itu, memahami kerangka keberagamaan mereka sangat diperlukan. Berdasar atas laporan sejarah, Muhajirin dan Anshar bukan semata-mata konsep spekulatif semata akan tetapi merupakan kenyataan sejarah. Basis empiris praktik keberagamaan mereka sepenuhnya didasarkan pada pelaksanaan ajaran agama Islam dalam ruang waktu yang konkret. Di dalam basis empiris tersebut dapat ditemukan kerangka dasar keutamaan mereka. Kelebihan tersebut terdiri atas kemampuan untuk menyesuaikan praktik ajaran agama dengan koordinat ruang waktu di sekitarnya. Rumusan teoritis kelebihan tersebut terletak pada teknik keberagamaan yang mereka lakukan.
Kebesaran Agama dalam Negara (Studi atas Pandangan Emile Durkheim) Ismanto, Kuat; Mulia, R.A.
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 2 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.334 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i2.5665

Abstract

Tulisan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah sebuah agama itu perlu menjadi besar? dan jika perlu menjadi besar, apa yang menjadi ukurannya. Data-data penelitian ini diperoleh melalui pembacaan atas buku, artikel jurnal, website, dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan tema. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis isi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa agama perlu untuk menjadi besar, sebab agama diturunkan oleh Tuhan sebagai pedoman hidup bagi penganutnya. Agama mengajarkan kebaikan, kemanusian, perdamaian, dan lainnya, serta memerintahkan kepada penganutnya untuk mewujudkannnya. Meskipun menurut Dukheim, agama adalah sesuatu yang individual, tetapi untuk mewujudkan kemanfaatann perlu diwujudkan pelembagaan. Ukuran kebesaran agama tak sepatutnya diukur melalui jumlah penganut semata, tetapi sejauhmana agama itu mampu memberi kebaikan atas persoalan yang sedang dialami manusia. Atau diperluas, agama yang baik adalah agama yang mampu menjadi problem solver, bukan saja bagi penganutnya tetapi juga penganut agama lain. Meminjam pemikiran Weber bahwa agama bisa difungsikan sebagai pranata sosial yang baik.
STRATEGI ORGANISASI KEAGAMAAN DALAM MENGATASI DEGRADASI MORAL DI KABUPATEN PASURUAN (Studi Kasus Organisasi Keagamaan IPPNU Dan Gusdurian Di Kabupaten Pasuruan) Wardah, Dwi Marta Marwatul
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 2 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.716 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i2.4799

Abstract

Indonesia adalah negara majemuk, dengan adanya suku adat ras, agama, dan budayanya yang beragam. Hal ini menuntut masyarakat untuk selalu hidup rukun antar sesama warga Indonesia sebagai wujud cinta tanah air. Namun semakin lama rasa cinta tanah air ini semakin pudar dengan adanya berbagai masalah hak asasi beragama yang ada di beberapa negara di Indonesia. Pasuruan sendiri sebagai kota santri juga mengantisipasi adanya masalah yang sama. Oleh karena itu sebuah organisasi keagamaan ikatan pelajar putri nahdlatul ulamam (IPPNU) berupaya untuk menhindari hal tersebut. bekerjasama dengan Gusdurian Pasuruan, membentuk sebuah gerakan Inisiasi Pencegahan Kerekasan (IPK) sekaligus membetnuk Duta Toleransi Kabupaten Pasuruan yang berupaya untuk menangkal penyebaran narasi intoleransi yang ada disekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan strategi dari sebuah organsiasi dalam mengatasi permasalah yang terjadi dimasyarakat sekitar, terkhusus lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode partisipatif yang mana peneliti juga ikut terjun langsung dalam program IPK ini. Teknik analisis data adalah dengan mereduksi data yang sudah terhimpun. Hasilnya merupakan penjabaran terkait dengan strategi organisasi dalam mengatasi degradasi moral pelajar di Kabupaten Pasuruan.
Reformasi Konstitusi dan Yudisial dalam Bingkai Konstitusionalisme di Arab Saudi Mubarok, Acep Zoni Saeful
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.806 KB) | DOI: 10.21580/jish.21.2514

Abstract

Saudi Arabia is one of the kingdom states and it uses sharia as the legal basis. This is what makes the country blamed as a country that has never been touched by the growing reform and constitution in today's world. This paper attempts to unveil constitutionalism in the state of the classical monarchy and the judicial system carried out in a country renowned for the center of the Wahabi. From the results of the study and research, Saudi Arabia has been trying to get out of the traditionalism to a state that embraces the constitution. This can be seen from the existence of constitutional reform although in the quasi-reform stage and the development of the modern justice system is still very limited by the power of the king.* * *Arab Saudi adalah salah satu negara berbentuk kerajaan dan menggunakan syariah sebagai dasar hukum. Hal inilah yang menjadikan negara tersebut dituding sebagai negara yang tidak pernah tersentuh oleh reformasi dan konstitusi yang berkembang di dunia sekarang. Tulisan ini mencoba membuka tabir konstitusionalisme di negara monarki klasik tersebut dan sistem peradilan yang dilaksanakan di negara yang terkenal dengan pusat wahabi tersebut. Dari hasil pengkajian dan penelitian, Arab Saudi telah berusaha keluar dari paham tradisionalisme menuju sebuah negara yang menganut konstitusi. Hal ini bisa dilihat dari adanya reformasi konstitusi walaupun dalam tahap quasi-reformasi dan pembangunan sistem peradilan modern yang masih sangat terbatas oleh kekuatan raja.
Keamanan Produk Brem Salak Padat Kurniati, Wenny Dwi
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 1 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.472 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i1.6720

Abstract

Brem padat menjadi salah satu oleh-oleh khas yang digemari masyarakat dan banyak dicari dari daerah Jawa Timur. Selama ini produk brem padat belum banyak dikembangkan baik dari segi rasa, bentuk dan kemasan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan rasa dan variasi dari produk brem padat ini agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dengan variasi yang berbeda, salah satunya yakni dengan membuat brem salak padat. Pembuatan brem salak padat ini terdiri dari campuran air tapai yang ditambahkan dengan sari buah salak yang dimasak dengan cara dipekatkan dan didinginkan. Keamanan pangan menjadi faktor penting dalam memproduksi produk pangan. Keamanan pangan terbagi menjadi dua konteks utama yakni keamanan pangan dari perspektif norma agama (halal) dan dari perspektif kesehatan (thoyyib). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan produk brem salak padat berdasarkan pandangan Islam dan ilmu pengetahuan (sains). Dari data yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa produk brem salak padat dikategorikan aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat yang membahayakan dan tidak mengandung zat haram. Selain itu karakteristik brem salak padat ini juga sudah memenuhi syarat dan sesuai dalam standar mutu brem padat (SII Nomor 0369-90).
Interaksi Kaum Sufi dengan Ahli Hadis: Melacak Akar Persinggungan Tasawuf dan Hadis Arafat, Ahmad Tajuddin
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.676 KB) | DOI: 10.21580/jish.22.2520

Abstract

This article examines the root of intersection between the study of Sufism and Hadith through the interaction between Sufis with the Hadis Transmitters (Ahl al-Hadis). A historical approach used in this research. The result founded that some early Sufis identified as active and credible transmitters of Hadis. Early Sufis generations already applied the exoteric views or irfani perspective toward understanding the Hadis. This view is a pillar for them to get the significance of the Prophetic traditions. It stated that early Sufis make the Prophet attitude as an ideal model for them. The research also founded that the Sufi’s interactions with the Transmitters are considered as a dialogical interaction between them. These interactions historically confirmed in the middle of the second century of hijriyah, for example, Ibnu Mubarak (118 H.), and the third century of hijriyah,  al-Muhasibi (243 H) and Zun an-Nun al-Misri (245 H).* * *Artikel ini mengkaji akar persinggungan antara kajian Tasawuf dan Hadis melalui pola interaksi para Sufi dengan perawi Hadis (Ahl al-Hadis). Penelitian ini menggunakan pendekatan historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa sufi awal yang diidentifikasi sebagai perawi aktif dan kredibel dari Hadis. Sufi generasi awal sudah menerapkan pandangan eksoteris atau perspektif irfani terhadap pemahaman Hadis. Pandangan ini merupakan hal yang penting bagi mereka untuk mendapatkan hakikat makna hadis Nabi. Sufi awal selalu menjadikan Nabi sebagai model ideal untuk mereka. Gambaran interaksi Sufi dengan perawi dianggap sebagai interaksi dialogis antara keduanya. Interaksi ini secara historis terjadi pada pertengahan abad kedua hijriyah, terutama di zaman Ibnu Mubarak (118 H.), dan pada abad ketiga hijriyah, di era al-Muhasibi (243 H) dan Zun an-Nun al-Misri (245 H).
Arab Spring and The Emergence of Anti-Shia Movement in Indonesia Maola, Mochammad
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 2 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.945 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i2.7481

Abstract

The rejection of Shia movement in Indonesia is a new discourse. Shia presence in Indonesia has been since the early arrival of Islam. But why the Shia resistance movement emerging in the early 21st century? I argue that the Arab spring is the biggest trigger is related to the rise of anti-Shia movements in Indonesia. This paper will explore the relationship between the Arab spring and its influence on the anti-Shia in Indonesia, including the emergence of a national-level organization called ANNAS, or Aliansi Nasional Anti Syiah (Anti-Shia National Alliance), which was declared on August 20, 2014. It aims to increase public awareness to the issue of anti-Shia and avoid potential conflicts which cause separations and threaten national stability as happened in the Arab countries that are currently happening provocations by parties who have interests and hidden agendas on them. Indonesia as a country that refer to Pancasila should be prepared for the issues that triggered the disintegration of the nation.
The Implementation of Panca Jiwa in Pesantren Agro Nur El Falah Salatiga Nugroho, Haryo Aji; Makarim, Winarno Bassam; Anindi, Rizki Parahita
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 6, No 1 (2021): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.588 KB) | DOI: 10.21580/jish.v6i1.7448

Abstract

The purpose of this study is to describe the implementation of panca jiwa (five spirit) of Agro Nur El Falah Islamic boarding school in Salatiga. The data is collected through observation, interview and document. The analysis technique used is descriptive qualitative. The results of this studies are; that the concept of the panca jiwa of the pesantren includes sincerity, self-awareness, simplicity, exemplary, compassion, which is contained in the values of Indonesian character education: hard work, religious, honest, disciplined, independent, curiosity, creative, respect for achievement, social care, responsible, democratic, caring for the environment, peace-loving, friendly or communicative, and tolerant. Panca Jiwa are the guidelines in the daily activities of the students in this pesantren. It has been conveyed by the guardian of pesantren in ceremonies, public lectures, MOS, and others. In fact, there are still many students who make fun of their friends, fight, steal belongings of friends, avoid school, violate regulations, and even commit serious violations which result in being expelled from pesantren. There are several factors that may hinder the implementation of panca jiwa, such as the lack of cooperation between the teachers in supervising the students, the lack of activities that can make the students become families to each other, the infrastructure is damaged and not immediately handled and also their personalities at home. There must be real examples from both teachers and senior santri (students) about how to behave based on panca jiwa. Therefore, cooperation from teachers is needed to be more diligent in directing, guiding, educating and supervising the students to achieve the desired goals in accordance with the vision and mission of this pesantren
Wanita dalam Islam Mubarokah, Lulu
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 6, No 1 (2021): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.442 KB) | DOI: 10.21580/jish.v6i1.7378

Abstract

AbstractsIn Islam, there are preferences that said Islam has discriminated between women and man, which is it is gives a loss from woman. But in fact, they who don’t even know about the truth are judging how Islam treating their woman. They gives a negative assume without knowing the reason and the advantages from the Islam law. In fact, most of the Muslim are feels comfortable and keep their activities like usual, without any worries and bridle from the law that have made.AbstrakDalam Islam, pandangan mengenai adanya dikriminasi terhadap perbedaan antara wanita dan pria dianggap sangatlah merugikan para wanita. Padahal, mereka yang tidak mengetahui jelas suatu hukum hanyalah memberikan asumsi negatif terhadap bagaimana Islam memerlakukan para kaum muslimah tanpa mengetahui sebab dan keuntungan dari hukum yang telah dibuat. Pada kenyataanya, banyak dari kaum muslimah sendiri merasa nyaman dan tetap menjalani kehidupannya seperti biasa, tanpa adanya kekangan dari hukum yang telah dibuat.

Page 6 of 17 | Total Record : 164