cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Sipil
ISSN : 08532982     EISSN : 25492659     DOI : 10.5614/jts
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Sipil merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala setiap tiga bulan, yaitu April, Agustus dan Desember. Jurnal Teknik Sipil diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1990 dengan membawa misi sebagai pelopor dalam penerbitan media informasi perkembangan ilmu Teknik Sipil di Indonesia. Sebagai media nasional, Jurnal Teknik Sipil diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan akan sebuah media untuk menyebarluaskan informasi dan perkembangan terbaru bagi para peneliti dan praktisi Teknik Sipil di Indonesia. Dalam perkembangannya, Jurnal Teknik Sipil telah terakreditasi sebagai jurnal ilmiah nasional sejak tahun 1996 dan saat ini telah terakreditasi kembali (2012-2017). Dengan pencapaian ini maka Jurnal Teknik Sipil telah mengukuhkan diri sebagai media yang telah diakui kualitasnya. Hingga saat ini Jurnal Teknik Sipil tetap berusaha mempertahankan kualitasnya dengan menerbitkan hanya makalah-makalah terbaik dan hasil penelitian terbaru.
Arjuna Subject : -
Articles 956 Documents
Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi Hutahean, Syawaluddin
Jurnal Teknik Sipil Vol 14, No 1 (2007)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.722 KB)

Abstract

Abstrak. Paper ini menyajikan pengerjaan hukum kekekalan energi pada pemodelan hidrodinamika gelombang pendek. Pengerjaan hukum kekekalan energi dilakukan dengan mensuperposisikan persamaan kontinuitas yang dihasilkan dari kekekalan masa dengan persamaan kekekalan energi dan menghasilkan persamaan kontinuitas baru yang sesuai dengan hukum kekekalan masa dan kekekalan energi. Penelitian secara numeris menunjukkan bahwa persamaan dapat digunakan untuk memodelkan gelombang dengan tinggi gelombang terbesar pada periodanya. Persamaan juga dapat memodelkan refraksi, difraksi dan shoaling dengan baik. Abstract. This paper presents application of energy conservation law for short wave modelling. The application is done by superimposing continuity equation that resulted from mass conservation and the equation of energy conservation. The superimposing gives a new form of continuity equation that agree with the mass and energy conservation law. The new equation can model wave with the height as high as the real wave in nature. The model also can simulate other wave dynamic such as refraction-diffraction and shoaling by bathymetry and diffraction in breakwater gap.
Pengujian Perumusan Code API (American Petroleum Institute) untuk Joint Baja Tubular tidak Digrout dan Digrout dengan Metoda Elemen Hingga Suarjana, Made; Kurnia, Mahdian
Jurnal Teknik Sipil Vol 20, No 3 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.606 KB)

Abstract

Abstrak. Offshore Platform biasanya menggunakan struktur baja tubular sebagai komponen utama penyusunnya. Kerusakan dapat terjadi pada bagian joint tubular, salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan sistem grouted joint. Sistem grouted joint ini dianggap efektif karena biayanya yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan cara yang lain serta tidak mengganggu kegiatan operasional platform karena pengerjaannya tidak menghasilkan api. Perumusan mengenai kapasitas dari tubular joint (tanpa grout dan dengan grout) sudah dirumuskan di dalam API RP 2A WSD (American Petroleum Institute Recommended Practice 2A Working Stress Design) 2007. Hasil perhitungan manual berdasarkan code API ini akan dicek dan dibandingkan serta dianalisis dengan hasil dari pemodelan elemen hingga. Dari hasil analisis diperoleh kenaikan kapasitas aksial tarik rata-rata yaitu 52,75% (min. -6% dan maks. 116%).Kenaikan kapasitas aksial tekan rata-rata yaitu 343,75% (min. 230% dan maks. 468%). Kenaikan kapasitas momen lentur searah bidang rata-rata yaitu 68,88% (min. 36% dan maks. 98%). Kenaikan kapasitas momen lentur keluar bidang rata-rata yaitu 220,50% (min. 71% dan maks.  577%). Sedangkan perbedaan hasil antara perhitungan manual berdasarkan API dan pemodelan elemen hingga memiliki perbedaan rata-rata sebesar 19% (min. 2% dan maks 42%).Abstract. Offshore platform are usually made of tubular steel as main component. Damage can occur in tubular joint, one way to restore the joint capacity is to apply grouted joint system. Grouted joint system is considered to be the most effective because the cost isn’t too expensive compared to the other retrofitting and doesn’t disturb the platform operations. Formulation of the capacity of the tubular joint already defined in API RP 2A WSD code (American Petroleum Institute Recommended Practice 2A Working Stress Design) 2007. Manual calculation results will be compared and analyzed with the results from finite element modeling. This research examined the amount of increase in tubular joint capacity of all the loadings. From the analysis shows that the increase in  axial tension capacity of the average is 52.75% (min. -6% and max. 116%). The increase the capacity of the average axial compression is 343.75% (min. 230% and max. 468%). The increase in in-plane bending moment capacity of the average is 68.88% (min. 36% and max. 98%). The increase in out-of-plane bending moment capacity of the average is 220.50% (min. 71% and max. 577%). While the difference in results between the manual calculations based on API and finite element modeling have an average difference of 19% (min. 2% and max 42%).
Model Matematis Penentuan Interval Profit yang Wajar untuk Pelaksanaan Proyek Konstruksi Wibowo, Andreas; Wuryanti, Wahyu
Jurnal Teknik Sipil Vol 15, No 1 (2008)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.135 KB)

Abstract

Abstrak. Menentukan profit yang wajar masih menjadi salah satu isu penting dalam industri konstruksi, khususnya untuk proyek-proyek pemerintah. Namun sayangnya Keppres No. 80 tahun 2003 yang mengatur pengadaan proyekproyek publik pun tidak mendefinisikan secara spesifik kewajaran profit. Tulisan ini mempresentasikan pengembangan model penentuan rentang profit yang wajar berdasarkan karakteristik proyek yang teridentifikasi. Model-model dibangun berdasarkan respon kualitatif dan kuantitatif dari responden yang diperoleh dari distribusi kuesioner yang dikirimkan melalui pos. Teknik statistik yang digunakan dalam studi ini adalah analisis conjoint dan regresi ordinal yang saling melengkapi satu sama lain. Tingkat kewajaran rentang profit diterjemahkan kemudian dalam bentuk skor skala 0-100 dengan 0 adalah sama sekali tidak wajar dan 100 sangat wajar dan nilai 70 ditetapkan sebagai ambang minimum untuk membedakan proyek yang profitnya wajar dengan yang tidak wajar. Model matematis lain untuk menentukan rentang profit yang lebih wajar untuk proyek-proyek dengan skor rendah juga diberikan dalam tulisan ini. Abstract. Determining fair profits has become one of the substantial issues in recent construction industry settings, especially for government-funded projects. Unfortunately, the Presidential Decree No. 80 of 2003 that regulates public procurement does not specifically define what a fair profit is. This paper presents the development of mathematical models to evaluate the fairness of profit intervals of projects given their identified characteristics. The models were built upon qualitative and quantitative responses of respondents solicited via mailed-out questionnaires. The statistical techniques employed for this study includes the conjoint analysis and ordinal regression that mutually complement. The fairness of project under evaluation is translated into a score on a 0-100 scale with 0 being perfectly unfair and 100 being perfectly fair and 70 serving as the cut-off level to dichotomize fairly and unfairly profited projects. Another mathematical model to recommend more reasonable profit intervals for low-scored projects is also presented in this paper.
Studi Pendapat Publik dalam Penganggaran Operasi, Pemeliharaan dan Manajemen Sumber Daya Air Sachro, Sri Sangkawati
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.539 KB)

Abstract

Abstrak. Hubungan antara anggaran Operasi, Pemeliharaan dan Manajemen (OP&M) dengan kemampuan system sumber daya air untuk mencapai kinerja yang tinggi sudah menjadi perhatian dalam pengelolaan sumber daya air. Pada saat ada keterbatasan dana, maka akan mengakibatkan satu atau beberapa kegiatan tidak dapat dikerjakan, dan pengelola harus memilih prioritas kegiatan OP&M. Pengelola mempunyai pertimbangan masing-masing di dalam menentukan prioritas kegiatan tersebut. Salah satu sumber dana untuk pengelolaan sumber daya air adalah biaya jasa pengelolaan sumber daya air (BJP-SDA), yaitu biaya kontribusi dari para penerima manfaat, sehingga diperlukan identifikasi penerima manfaat dan faktor-faktor pengaruh kecukupan dana OP&M. Identifikasi dilakukan melalui pendapat publik yaitu penilaian obyektif dari pakar pengelolaan sumber daya air melalui kuesener.Kuesioner ini menyoroti dan menyelidikai rincian biaya OP&M, prioritas kegiatan dan biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Berdasarkan identifikasi terhadap penerima manfaat yang diharapkan ikut menanggung biaya pengelolaan sumber daya air dapat disimpulkan bahwa: pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya air sudah memahami bahwa biaya menjadi tanggung jawab bersama.Abstract. The relation between Operation, Maintanance and Management OM&M funding and the ability of water resources system to achieve high performance became attention in water-resources management. When there is fund limitation, one or some activities can not be conducted, and organizer must selects activity priority of OM&M. Every organizer have consideration by it self in determining activity priority. One of the fund sources for the water resources management is the service cost of water resources management, that is contribution expense from beneficiaries, then identification of beneficiaries and influence factors to fund sufficiency OM&M are needed. Identification through public opinion, that is objective assessment of water resource management expert by giving questionnaires. This questionnaires was to highlight and investigate the breakdown of OM&M expenditure, expenditure priorities, service charge. Base on the identification toward beneficaries who are expected to cover the water resources management cost, it can be summarized that other parties who have an interest in water resources management have already understood that the cost is a collective responsibility.
Distorsi Sambungan Baut akibat Curling dan Pencegahannya Studi Kasus Sambungan Pelat Tipe Geser (lap-joint) dengan Baut Tunggal Dewobroto, Wiryanto; Besari, Mohamad Sahari
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2816.673 KB)

Abstract

Abstrak. Fenomena curling jarang dijumpai dan dibahas pada perilaku keruntuhan sambungan pelat baja hot-rolled yang relatif tebal, tetapi menjadi fenomena biasa pada perilaku keruntuhan sambungan pelat baja cold-formed yang relatif tipis (Cornell 1954; Roger-Hancock 2000; AISI 2001; Wallace et.al 2001). Jadi ketika pada uji tarik sambungan pelat hot-rolled yang relatif tebal (Dewobroto, 2009) dijumpai adanya curling dan mekanisme keruntuhan akhir memperlihatkan distorsi sambungan, yang berbeda dengan bentuk-bentuk mekanisme keruntuhan sambungan yang ada (Vinnakota, 2006), maka hal itu tentu patut dipertanyakan. Permasalahan yang akan diungkap, yaitu: (1) apa yang menyebabkan timbulnya curling; (2) apakah itu menjadi penyebab terjadinya distorsi pada sambungan; (3) bagaimanakah strategi untuk mengatasinya. Makalah ini menyajikan hasil penelitian numerik yang mencoba menjawab pertanyaan tersebut, sekaligus dapat menjelaskan dampak positip memakai ketentuan jumlah baut minimum pada sambungan lap (geser) dengan konfigurasi tertentu, yang ternyata secara efektif dapat menjadi mencegah distorsi sambungan sehubungan dengan adanya efek curling tersebut.Abstract. The phenomena of curling seldom happened on failure behavior of hot-rolled steel plate bolts connection, but relatively common found on the failure of cold-formed bolts connection (Cornell 1954; Roger-Hancock 2000; AISI 2001; Wallace et.al 2001), that relatively thin. So, it is interesting to find the curling phenomena on single bolts connection experiment (Dewobroto, 2009) that consist of hot-rolled steel plate. Also the final failure mechanism is different from the common mechanism of failure of bolts steel connection (Vinnakota, 2006), so it is to be questionable. Issues that are going to viewed are: (1) What caused curling to occur; (2) Was the same cause result distortion on the connection; (3) What are the strategies to overcome it. This paper will report the result of numerical simulation that suppose to resolve the question, also explains the benefit of using minimum bolt requirement, in a certain configuration on lap joint that can effectively avoid the distortion of the connection due to influence of curling.
Kinerja Campuran Beraspal Hangat Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dengan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) Maha, Indra; Subagio, Bambang Sugeng; Affendi, Furqon; Rahman, Harmein
Jurnal Teknik Sipil Vol 22, No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.557 KB) | DOI: 10.5614/jts.2015.22.1.7

Abstract

Abstrak. Makalah ini menampilkan hasil sejumlah pengujian yang dilakukan pada campuran beraspal AC-BC yang memanfaatkan kembali perkerasan beraspal lama (Reclaimed Asphalt Pavement/RAP) dengan teknologi pencampuran hangat. 30% RAP dikombinasikan dengan agregat baru dalam campuran. Bahan peremaja Cyclogen Tipe L digunakan untuk mengakitfkan aspal RAP-nya. Dengan 3% Sasobit, temperatur pencampuran dan temperatur pemadatan diatur pada 135°C dan 123°C lebih rendah 30°C dibandingkan dengan campuran beraspal panas konvensional yang menggunakan aspal minyak Pen 60/70. Tiga campuran disiapkan dalam penelitian ini yang terdiri dari campuran beraspal panas konvensional (HM), campuran beraspal hangat (SASO) dan campuran beraspal hangat dengan RAP (SASORAP). Prosedur perencanaan Marshall digunakan untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). KAO untuk masing-masing campuran adalah 5,2%, 5,2% dan 5,3% untuk HM, SASO dan SASORAP secara berurutan. Hasil pengujian kuat tegangan tarik tak langsung (Indirect Tensile Stress) menunjukkan semua campuran memenuhi persyaratan ketahanan terhadap kelembaban/air dimana nilai ITSR semua campuran diatas 80%. Dari hasil pengujian modulus resilien dan ketahanan terhadap kelelahan, SASO dan SASO RAP menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan campuran konvesional-nya (HM). Abstract. This paper presents the results of laboratory study of AC-BC asphalt mixture reusing reclaimed asphalt pavement (RAP) by warm mix method. 30% of RAP is combined with new aggregate in the mixture. Rejuvenating agent Cyclogen L was used to activate RAP asphalt binder. With 3% organic wax Sasobit, temperature of mixing and paving was set at 135°C and 123°C, 30°C lower than conventional hot mix asphalt (HMA) with unmodified asphalt binder 60/70 penetration. Three mixtures were set in this research, consisting of hot mix asphalt conventional mixture (identified as HM), warm mix asphalt mixture (identified as SASO) and warm mix asphalt with RAP (identified as SASORAP). Marshall design procedure was used to determine the optimum bitumen content (OBC). OBC for each mixture was 5,2%, 5,2% and 5,3% for HMA, SASO and SASORAP respectively. From Indirect Tensile Stress test result, all asphalt mixture meet moisture sensitvity requirement where Indirect Tensile  Stress Ratio (ITSR) is higher than 80%. From resilient modulus and fatigue resistance test result, SASO and SASORAP showed a better performance than conventional mixture (HMA).
Relationship between Urban Form, Socio-Economic, and Demographic With Journey to Work by Train in Sydney, Australia Suthanaya, Putu Alit
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 1 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.589 KB)

Abstract

Abstract. This study examines journey to work by train in Sydney and the relationship with urban form, socio-economic and demographic variables by using multiple regression model. Train modal share between area located close to and away from a rail station is compared by using analysis of variance. Results of analyses indicate that the proportion using train between area close to and away from rail station is significantly different. Several urban form variables are related to the proportion using train for work trips. However, when socio-economic factors are included in the analysis, car ownership is the main determinant for the proportion using train whilst urban form variable such as density does not have a significant influence. Although urban form variables are not the most important predictor for rail modal share, urban form does influence the proportion using train in different parts of the metropolitan region. The findings support the use of urban form policies to reduce the dependence on car. A variety of non-urban form factors that affect mode choice are also identified. Abstrak. Studi ini menganalisis perjalanan kerja dengan kereta api di Kota Sydney dan keterkaitannya dengan variabel bentuk kota, sosial ekonomi dan demographi dengan model regresi berganda. Penggunaan kereta api antara lokasi yang dekat dan yang jauh dari stasiun kereta api dibandingkan dengan menggunakan analisis varian. Hasil analisis memperlihatkan bahwa proporsi penggunaan kereta api antara lokasi yang dekat dan yang jauh dari stasiun berbeda secara signifikan. Beberapa variabel bentuk kota terkait dengan proporsi pemakaian kereta api untuk tujuan kerja. Akan tetapi, ketika faktor sosial-ekonomi juga disertakan, kepemilikan kendaraan pribadi menjadi faktor yang dominan, sedangkan variabel bentuk kota seperti halnya kepadatan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Walaupun variabel bentuk kota bukanlah variabel terpenting terkait penggunaan kereta api, tetapi variabel bentuk kota juga mempengaruhi pemakaian kereta api pada bagian-bagian yang berbeda di wilayah kota metropolitan. Temuan dari studi ini mendukung penerapan kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Berbagai variabel selain bentuk kota yang mempengaruhi  pemilihan moda juga diidentifikasi.
Analisis Struktur Perkerasan Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek Subagio, Bambang Sugeng; Karsaman, Rudy Hermawan; Nurwaida, Ika Wahyu
Jurnal Teknik Sipil Vol 10, No 3 (2003)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.52 KB)

Abstract

Abstrak. Metoda analitis dalam perencanaan tebal overlay mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisis berbagai variasi pembebanan untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti dan akurat, dan lainnya. Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur perkerasan jalan tol Jakarta-Cikampek, untuk periode analisis tahun 1990-1999, dan enghitung umur sisa serta tebal overlay yang diperlukan, berdasarkan data lendutan memakai alat Falling Weight Deflectometer dan dianalisis memakai program komputer ELMOD, kemudian hasilnya dibandingkan dengan metoda empiris perhitungan tebal overlay yaitu metoda Bina Marga. Metoda Overlay Bina Marga memberikan hasil untuk arah Jakarta-Cikampek terdapat 8 titik kritis dengan mur sisa kurang dari 1 tahun dan tebal overlay yang diperlukan 7,0 cm. Untuk arah Cikampek-Jakarta tidak terdapat titik kritis, umur sisa titik-titik pengukuran tersebut adalah lebih besar dari 10 tahun dan tebal overlay yang diperlukan adalah 3,0 cm. Hasil yang diperoleh dari program ELMOD untuk arah Jakarta-Cikampek terdapat 2 titik kritis yang tidak mempunyai umur sisa dan 1 titik kritis yang mempunyai umur sisa 1 tahun, tebal overlay yang diperlukan adalah 7,2 cm. Untuk arah Cikampek-Jakarta, tidak terdapat titik kritis dan umur sisa dari titik-titik tersebut adalah lebih dari 20 tahun sehingga tidak membutuhkan overlay.Abstract. An analytical method of overlay design has some advantages such as to take into account the variation of loading types which will give more exact and accurate results. The purpose of this research is to analyze the pavement structure of Jakarta-Cikampek toll road,for analysis period between 1990-1999 and to calculate the residual life and overlay thickness required, based on the deflection data using FWD equipment and analyzed by ELMOD computer program.The results then were compared with the empirical method i.e. Bina Marga method. The result of Bina Marga method show that for Jakarta-Cikampek direction there were eight critical points which have residual life less than one year and 7,0 cm overlay thickness required. For Cikampek-Jakarta direction, there was no critical point, their residual life was more than 10 years, and overlay thickness required is 3,0 cm. The ELMOD program gives the result for Jakarta-Cikampek direction that there are two critical points which have zero residual life and one critical point which has residual life less than one year, the overlay thickness required was 7,2 cm. For Cikampek-Jakarta direction, there was no critical point, the residual life was more than 20 years and no overlay required.
Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai dengan Metoda Headland Control Hutahean, Syawaluddin
Jurnal Teknik Sipil Vol 22, No 3 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.648 KB) | DOI: 10.5614/jts.2015.22.3.8

Abstract

Abstrak. Perencanaan perlindungan pantai dengan metoda headland control, memerlukan informasi mengenai orientasi pantai stabil yang diperoleh dengan melakukan analisis transportasi sedimen oleh gelombang breaking. Analisis transportasi sedimen ini memerlukan input tinggi gelombang, kedalaman perairan dan arah gelombang pada saat breaking. Pada paper ini tinggi gelombang breaking dan kedalaman perairan dimana gelombang tersebut breaking diperoleh dengan menggunakan model shoaling dan breaking. Selanjutnya dengan informasi tersebut dilakukan analisis transportasi sedimen dan orientasi pantai stabil. Dengan informasi orientasi pantai stabil ini, dilakukan perencanaan perlindungan pantai dengan metoda headland control. Abstract. A planning of a coastal protection using headland control method, needs informations about orientation of stabil coastline. The orientation of stabil coastline is obtained by analyzing sediment transportation due to breaking wave Sediment transportation analysis needs informations of wave height, water depth and wave direction of breaking wave. In this paper the breaking wave height and the water depth where the wave is breaking is obtained by using wave shoaling and breaking model. Using those informations sediment transportation and the stabil coastline orientationare calculated. Finally, coastal protection by headland control method is designed using the information of stabil coastline orientation information.
Group Action Factor of Nail Fastener on the Wood Connection With Plywood Sides Plate Tjondro, Johannes Adhijoso; Rosiman, Evan Kurnia
Jurnal Teknik Sipil Vol 18, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.174 KB)

Abstract

Abstract. The group action factor was observed in this experimental study. The 18 mm thickness of plywood was used as side’s plate and the main members were made from meranti (shorea sp.) and sengon (paraserianthes falcataria) species. The correlations of group action factor with a number of nails in a row was investigated under uni-axial compression loading test with one to ten nails variation in a row. The member connections with multiple 3 rows with 3, 6, and 9 nails in each row were also tested both under uni-axial compression and tension loading. The group action factor correlated to the number of nails for single row was obtained using the regression analysis. The regression equations presented was group action factor at the proportional limit (Cgp), group action factor at the 5% offset diameter (Cg5%), and group action factor at the ultimate load (Cgu). The connection strength at 5% offset diameter and proportional limit was closed to the strength design based on the draft of Indonesian Timber Code 2000. The ultimate strength is extremely higher than the design value, giving a sufficient safety factor. Based on this result, a simplified group action factor equation for connection with plywood side’s plate was proposed.Abstrak. Faktor aksi kelompok diteliti dalam studi eksperimental ini. Plywood dengan tebal 18 mm digunakan sebagai pelat penyambung sisi dan kayu utama terbuat dari meranti (shorea sp.) dan sengon (paraserianthes falcataria). Korelasi antara faktor aksi kelompok dengan jumlah paku dalam satu baris diteliti dari pengujian dengan beban tekan uni-aksial dengan variasi satu sampai dengan sepuluh buah paku. Sambungan dengan 3 baris majemuk dengan 3, 6, dan 9 paku dalam satu baris juga diuji dengan uji beban tekan dan tarik uni-aksial. Faktor aksi kelompok yang dikorelasikan dengan jumlah paku untuk satu baris didapat dari analisa regresi. Persamaanpersamaan regresi yang disajikan adalah faktor aksi kelompok pada batas proporsional (Cgp), faktor aksi kelompok pada 5% offset diameter (Cg5%) dan faktor aksi kelompok pada batas ultimit (Cgu). Kekuatan sambungan pada 5% offset diameter mendekati kekuatan sambungan dari harga disain berdasarkan draft Peraturan Kayu Indonesia 2000. Kekuatan ultimit sambungan jauh lebih tinggi dari harga disain, memberikan faktor keamanan yang memadai. Berdasarkan hasil kajian ini, suatu persamaan sederhana untuk perhitungan faktor aksi kelompok dengan pelat penyambung sisi plywood disarankan.

Page 3 of 96 | Total Record : 956


Filter by Year

2003 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 32 No 2 (2025): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Agustus Vol 31 No 3 (2024): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Desember Vol 31 No 2 (2024): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Agustus Vol 31 No 1 (2024): Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 3 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 2 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 1 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 3 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 2 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 3 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 1 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 27 No 3 (2020) Vol 27 No 2 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 27 No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2019) Vol 26 No 3 (2019) Vol 26, No 2 (2019) Vol 26 No 2 (2019) Vol 26, No 1 (2019) Vol 26, No 1 (2019) Vol 26 No 1 (2019) Vol 25, No 3 (2018) Vol 25 No 3 (2018) Vol 25, No 3 (2018) Vol 25 No 2 (2018) Vol 25, No 2 (2018) Vol 25 No 1 (2018) Vol 25, No 1 (2018) Vol 24, No 3 (2017) Vol 24 No 3 (2017) Vol 24, No 2 (2017) Vol 24 No 2 (2017) Vol 24, No 2 (2017) Vol 24, No 1 (2017) Vol 24 No 1 (2017) Vol 23, No 3 (2016) Vol 23 No 3 (2016) Vol 23, No 2 (2016) Vol 23 No 2 (2016) Vol 23 No 1 (2016) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22 No 3 (2015) Vol 22, No 3 (2015) Vol 22, No 2 (2015) Vol 22 No 2 (2015) Vol 22 No 1 (2015) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21 No 3 (2014) Vol 21, No 3 (2014) Vol 21, No 2 (2014) Vol 21 No 2 (2014) Vol 21 No 1 (2014) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2013) Vol 20 No 3 (2013) Vol 20 No 2 (2013) Vol 20, No 2 (2013) Vol 20 No 1 (2013) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2012) Vol 19 No 3 (2012) Vol 19 No 2 (2012) Vol 19, No 2 (2012) Vol 19, No 1 (2012) Vol 19 No 1 (2012) Vol 18, No 3 (2011) Vol 18 No 3 (2011) Vol 18 No 2 (2011) Vol 18, No 2 (2011) Vol 18 No 1 (2011) Vol 18, No 1 (2011) Vol 17 No 3 (2010) Vol 17, No 3 (2010) Vol 17, No 2 (2010) Vol 17 No 2 (2010) Vol 17, No 1 (2010) Vol 17 No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2009) Vol 16 No 3 (2009) Vol 16, No 2 (2009) Vol 16 No 2 (2009) Vol 16, No 1 (2009) Vol 16 No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2008) Vol 15 No 3 (2008) Vol 15, No 2 (2008) Vol 15 No 2 (2008) Vol 15 No 1 (2008) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14 No 4 (2007) Vol 14, No 4 (2007) Vol 14, No 3 (2007) Vol 14 No 3 (2007) Vol 14 No 2 (2007) Vol 14, No 2 (2007) Vol 14, No 1 (2007) Vol 14 No 1 (2007) Vol 13, No 4 (2006) Vol 13 No 4 (2006) Vol 13, No 3 (2006) Vol 13 No 3 (2006) Vol 13, No 2 (2006) Vol 13 No 2 (2006) Vol 13 No 1 (2006) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12 No 4 (2005) Vol 12, No 4 (2005) Vol 12, No 3 (2005) Vol 12 No 3 (2005) Vol 12 No 2 (2005) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12 No 1 (2005) Vol 12, No 1 (2005) Vol 11, No 4 (2004) Vol 11 No 4 (2004) Vol 11, No 3 (2004) Vol 11, No 3 (2004) Vol 11 No 3 (2004) Vol 11, No 2 (2004) Vol 11 No 2 (2004) Vol 11, No 1 (2004) Vol 11 No 1 (2004) Vol 10 No 4 (2003) Vol 10, No 4 (2003) Vol 10, No 3 (2003) Vol 10 No 3 (2003) Vol 10 No 2 (2003) Vol 10, No 2 (2003) Vol 10 No 1 (2003) Vol 10, No 1 (2003) More Issue