cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
ISSN : 23030453     EISSN : 24429872     DOI : -
Core Subject : Education,
Diya al-Afkar adalah jurnal ilmiah yang memfokuskan studi al-Quran dan al-Hadis. Jurnal ini menyajikan karangan ilmiah berupa kajian ilmu-ilmu al-Quran dan al-Hadis, penafsiran/pemahaman al-Quran dan al-Hadis, hasil penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan yang terkait tentang al-Quran atau al-Hadis, dan/atau tinjauan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 02 (2023): Desember" : 9 Documents clear
KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN QS. AL-ḤUJURĀT [49]: 11 SEBAGAI RESPON TERHADAP FENOMENA CYBERBULLYING DI ERA DIGITAL Zakiah, Ade Rosi Siti; Nisa’, Luthfi Karimatun; Fitriani, Laily
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.15609

Abstract

The high number of cyberbullying in Indonesia is strongly influenced by the use of the internet which is increasing every year, especially among teenagers. In general, this action is carried out in various forms, whether on social media, online games, or platforms that provide columns for chatting. At the same time, the Koran records a number of incidents related to this phenomenon. The Qur'an does not explicitly mention the word cyberbullying, but in Surat al-Ḥujurāt verse 11 there is a word like yaskhar which means to make fun of and make fun of, then act arbitrarily or trouble other people. In particular, the main objective of this study is to explain how the contextual interpretation of QS. al-Ḥujurāt [49]: 11 and its relation to the phenomenon of cyberbullying in the digitalization era. This research is included in the category of library research with a normative-historical approach. The analysis theory used is Abdullah Saeed's contextual hermeneutics. As a result of this study, it was found that the text and context of QS. al-Ḥujurāt [49]: 11 shows that bullying behavior during the time of the Prophet saw was the same as bullying. This verse was revealed as an order in the form of a prohibition or categorized as an instructional value verse. There are fundamental values contained in this verse, including: the value of justice, the value of humanity and the value of responsibility. Tingginya angka cyberbullying di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penggunaan internet yang meningkat setiap tahunnya terutama dikalangan remaja. Secara umum, tindakan ini dilakukan dalam berbagai bentuk, baik di media sosial, game online, maupun platform yang menyediakan kolom untuk chatting. Bersamaan dengan itu, al-Qur’an merekam sejumlah kejadian tentang fenomena tersebut. Al-Qur’an memang tidak menyebutkan secara eksplisit kata cyberbullying, namun dalam surat al-Ḥujurāt ayat 11 terdapat kata-kata seperti yaskhar yang berarti mengejek dan mengolok-olok, kemudian berlaku sewenang-wenang atau menyusahkan orang lain. Secara spesifik, tujuan utama penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana penafsiran kontekstual QS. al-Ḥujurāt [49]: 11 dan kaitannya dengan fenomena cyberbullying di era digitalisasi. Kajian ini termasuk pada kategori penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan normatif-historis. Teori analisis yang digunakan ialah hermeneutika kontekstual Abdullah Saeed. Sebagai hasil dari kajian ini, ditemukan bahwa teks dan konteks QS. al-Ḥujurāt [49]: 11 menunjukkan perilaku intimidasi pada masa Nabi Saw sama hal nya dengan tindakan bullying. Turunnya ayat ini sebagai perintah dalam bentuk larangan atau dikategorikan sebagai ayat instructional value. Terdapat nilai fundamental yang terkandung dalam ayat ini, antara lain: nilai keadilan, nilai kemanusiaan dan nilai tanggung jawab. 
REVALUASI KONSEPSI TAKWA DALAM AL-QUR’AN: Pembentukan Tindakan Melalui Penekanan atas Ancaman Ghozali, Mahbub
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.15547

Abstract

          AbstractThe concept of piety as portrayed in the Qur'an, centered around the fear of divine consequences, lacks relevance within the context of da'wah. This study seeks to reevaluate the understanding of piety's significance. Employing a qualitative approach with content analysis, the research discerns that the term ittaqū, used in Qur'anic verses, addresses ethical, legal, and theological dimensions. This term serves as a directive for behavior to shield against divine retribution. The variation in themes mirrors the stages of the Prophet's da'wah, with discernible shifts between the periods of Makkah and Medina. This suggests an evolution in how protective measures and threats are articulated, underscoring the necessity of actions safeguarding humanity. Konsepsi takwa yang menjadi pusat pembahasan dalam al-Qur’an dengan identitas ketakutan terhadap ancaman tidak menemukan relevansinya dalam konteks dakwah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kembali konsepsi makna takwa. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan content analysis sebagai teknik analisisnya. Penelitian ini berkesimpulan bahwa diksi ittaqū digunakan pada ayat-ayat yang menjelaskan persoalan etika, hukum, dan teologis. Keberadaan tema berfungsi sebagai identitas tindakan yang digunakan untuk melindungi diri dari beragam ancaman Tuhan. Keragaman tema berkorelasi dengan tahapan dakwah Nabi. Klaim ini dibuktukan dengan perubahan tema terklasifikasi berbeda di masa dakwah Makkah dan Madinah. Hal ini menunjukkan pergeseran makna takwa tidak berlangsung dalam aspek terminologinya, akan tetapi berlangsung pada cara perlindungan dan ancaman yang dihadirkan untuk menekankan pelaksanaan tindakan yang menjadi pelindung manusia. 
HADIS TENTANG PENCIPTAAN PEREMPUAN (TINJAUAN HADIS TAḤLĪLĪ) Nurkholidah, Nurkholidah; Rahayu, Tami Dewi Puspa
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.18173

Abstract

This study is a contextual understanding of the hadith of the creation of women from ribs leading to the understanding that women are under the domination of men. This position causes women's movement and rights to be narrow and limited. This study aims to determine the understanding of the hadith with the questions: 1). What is the quality of the hadith of women created from men's ribs? 2). How should we understand the hadith of women created from men's ribs? This study is a descriptive literature study. This study found that the hadith of women created from men's ribs is a valid hadith both in terms of sanad and matan. The correct understanding of the hadith of women created from men's ribs is a contextual approach to language. The figurative meaning "like a rib" is a metaphor for someone who is stiff and stubborn, who if forced will break, but if left alone will be hard like bone. So it is not a matter of the factual creation of women from men's ribs. But rather a metaphorical allusion about the character of women/wives and their relationships with men/husbands in household life, often stiff, impatient, and easily angered. The hadith says that women were created from crooked ribs. If a man wants to straighten them, they will break.Penelitian ini adalah Pemahaman secara kontekstual terhadap hadis penciptaan perempuan dari tulang rusuk mengarah pada pemahaman bahwa perempuan berada di bawah dominasi lelaki. Posisi ini menyebabkan gerak dan hak-hak perempuan menjadi sempit dan terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman hadis tersebut dengan pertanyaan:1).Bagaimana kualitas hadis wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki? 2). Bagaimana sebaiknya memahami hadis wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki?. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang bersifat deskriftif. Penelitian ini menemukan bahwa hadis wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki merupakan hadis shahih baik secara sanad maupun matan. Pemahaman yang tepat terhadap hadist wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki adalah kontekstual pendektan bahasa Makna kiasan seperti tulang rusuk‖ adalah kiasan tentang seseorang yang kaku dan keras kepala,yang jika dipaksakan akan patah,tetapi jika dibiarkan akan keras seperti tulang. Jadi bukan soal penciptaan yang faktual perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Melainkan kiasan metaforis tentang karakter perempuan/ istri dan relasinya lelaki /suami dalam kehidupan rumah tangga,seringkali kaku,tidak sabar,dan mudah marah. sabda hadis tersebut wanita tercipta dari tulang rusuk yang bengkok jika lelaki ingin meluruskan nya maka patah. 
SISTEM SANAD DALAM TRADISI YAHUDI DAN ISLAM: Studi Perbandingan antara Sanad Mishnah dan Sanad Hadis Ghifari, Muhammad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.14052

Abstract

This article aims to examine the system of isnad in Jewish and Islamic traditions, specifically focusing on the isnad of Mishnah and the isnad of Hadith. The author employs a literature review approach with a comparative analysis to explore the similarities and differences between these two traditions in terms of the definition, significance, authority, and historical development of isnad. The author finds that the system of isnad in Mishnah and Hadith shares a common historical foundation, which is to preserve the authenticity and authority of religious teachings passed down orally from generation to generation. However, the isnad system in Hadith is more complex and methodological compared to the isnad system in Mishnah, as it involves various classifications, criticisms, and evaluations of the isnad and the content of the Hadith. The author also highlights that the isnad system in Mishnah and Hadith plays a significant role in shaping the identity, law, and teachings of Judaism and Islam. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji sistem sanad dalam tradisi Yahudi dan Islam, khususnya pada sanad Mishnah dan sanad Hadis. Penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan analisis perbandingan untuk meneliti kesamaan dan perbedaan antara kedua tradisi tersebut dalam hal definisi, urgensi, otoritas, dan sejarah perkembangan sanad. Penulis menemukan bahwa sistem sanad dalam Mishnah dan Hadis memiliki akar sejarah yang sama, yaitu sebagai sarana untuk menjaga keaslian dan otoritas ajaran agama yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Namun, sistem sanad dalam Hadis lebih kompleks dan metodologis daripada sistem sanad dalam Mishnah, karena adanya berbagai macam klasifikasi, kritik, dan evaluasi terhadap sanad dan matan hadis. Penulis juga menunjukkan bahwa sistem sanad dalam Mishnah dan Hadis memiliki peran penting dalam pembentukan identitas, hukum, dan ajaran Yahudi dan Islam.
HUTANG PIUTANG DALAM PENAFSIRAN ABŪ ḤAYYĀN: Studi Terhadap Ayat-Ayat Hukum dengan Analisis Qirā`āt Shādhdhah Widayati, Romlah; Saepullah, Saepullah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.18482

Abstract

This study aims to analyse the Quranic text related to debt and credit in Islam, namely Surah Al-Baqarah verse 280. Debt and credit, according to Abū Ḥayyan, through the approach of various qirā`at, offers a detailed linguistic analysis that underlines the differences in interpretation and application in Islamic law. This research uses the descriptive-analytic method. The primary data source is Abū Ḥayyan's tafsir, which discusses the variations of qira'āt in verses related to debt and credit. Secondary data sources include Tafsir literature, journal articles, books, and previous studies. The results show that scholars' opinions regarding the interpretation and application of the law of debt and credit vary; some fuqaha emphasise the obligation to provide leeway, while others see it as a sunnah recommendation. This study concludes that the variation of qirā`āt in Surah al-Baqarah verse 280 adds depth and richness to the meaning of the verse, as well as provides flexibility in applying the law of debt and credit in Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis teks Quran terkait dengan utang piutang dalam Islam, yaitu Surah Al-Baqarah ayat 280. Utang piutang menurut Abū Ḥayyan melalui pendekatan berbagai qirā`at, menawarkan analisis linguistik terperinci yang menggarisbawahi perbedaan interpretasi dan penerapan dalam hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik. Sumber data primer yaitu tafsir Abū Ḥayyan yang membahas variasi qirā'at pada ayat-ayat terkait utang piutang. Sumber data sekunder mencakup literatur tafsir, artikel jurnal, buku, dan studi sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan pendapat ulama mengenai interpretasi dan aplikasi hukum hutang piutang bervariasi, sebagian fuqaha menekankan kewajiban memberikan kelonggaran sementara yang lain melihatnya sebagai anjuran sunnah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variasi qirā`āt dalam Surat Al-Baqarah ayat 280 menambah kedalaman dan kekayaan makna ayat, serta memberikan fleksibilitas dalam penerapan hukum hutang piutang dalam Islam. 
PEMAKNAAN INTERTEKSTUAL PADA HADIS TENTANG LARANGAN GHULUW Iskandar, Amin; Soleh, Komarudin
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.15243

Abstract

This article aims to discuss the Hadith regarding the prohibition of ghuluw with an intertextual approach, namely an approach to understanding texts by finding meaningful relationships between two or more texts. This research is library research. The method used in this research is a qualitative approach. The results of this research conclude that the hadith regarding the prohibition of ghuluw is an original hadith, its existence can be traced in famous hadith books, and has authentic quality. Through intertextual interpretation, it can be concluded that the Hadith regarding the prohibition of ghuluw is meaningful and at the same time functions as bayan at-ta'kid (reinforcement) for the verses in the Koran regarding the prohibition of excesses in religion and the verses regarding the recommendation to be moderate. This meaning is also strengthened by the Prophet's correction of the excessive attitudes carried out by several companions mentioned in other hadiths.  Artikel ini bertujuan untuk membahas Hadis tentang larangan ghuluw dengan pendekatan intertekstual, yaitu suatu pendekatan dalam memahami teks dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau lebih. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Hadis tentang larangan ghuluw merupakan Hadis yang orisinil, keberadaannya dapat ditelusuri di dalam kitab-kitab Hadis yang masyhur, serta memiliki kualitas yang shahih. Melalui pemaknaan intertekstual dapat disimpulkan bahwa Hadis tentang larangan ghuluw semakna dan sekaligus berfungsi sebagai bayan at-ta’kid (penguat) terhadap ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tentang larangan bersikap berlebih-lebihan dalam beragama dan ayat tentang anjuran untuk bersikap moderat. Pemaknaan ini diperkuat pula dengan koreksi Nabi atas sikap berlebihan yang dilakukan oleh beberapa sahabat yang disebutkan di dalam Hadis-Hadis yang lain.  
TRADISI SEMA’AN AL-QUR’AN JAM’IYYAH HAFIDH DI PESANTREN TARBIYYATUL QUR’AN AL-FALAH TULUNGAGUNG Syahrul Munir, Mohamad; Abdur Rohman, Ali
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.14046

Abstract

This research seeks to explain the tradition of the al-Qur'an sema'an which has long been practiced in the Tarbiyyah Al-Qur'an Al-Falah Islamic boarding school Doroampel, Sumbergempol sub-district, Tulungagung, which includes the history of the tradition or routines to the meanings contained in the tradition. The method used in this study is a qualitative research method that is field research using a triangular technique in obtaining field data and approaches to sociology and the living Qur'an. In this study, the authors get the findings; First, the al-Qur'an sema'an tradition which is carried out at the Tarbiyyah Al-Qur'an Al-Falah Islamic boarding school in Doroampel, Sumbergempol sub-district, Tulungagung, which has been going on since 2010 until now with the initial aim of only preserving the culture that is inherent in Doroampel village. Sumbergempol district, Tulungagung. Second, based on Karl Mennheim's theory, it was found that this Qur'anic sema'an tradition has three meanings, namely objective meaning, expressive meaning, and documentary meaning  Penelitihan ini membuka tabir dan menumbuhkan spirit dalam menghafalkan al-Qur’an. Peneliti berusaha menjelaskan tradisi sema’an al-Qur’an yang sudah lama dipraktikkan di Pondok Pesantren Tarbiyyah al-Qur’an Al-Falah Doroampel, Sumbergempol, Tulungagung, yang meliputi sejarah tradisi atau rutinan hingga makna-makna yang terkandung dalam tradisi tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat riset lapangan (field research) dengan menggunakan teknik tringualis dalam memperoleh data lapangan dan pendekatan sosiologi dan living Qur’an. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan hasil temuan; pertama, tradisi sema’an al-Qur’an yang dilaksanankan di Pondok Pesantren Tarbiyyah Al-Qur’an Al-Falah Doroampel kecamatan Sumbergempol, Tulungagung yang sudah berlangsung sejak tahun 2010 hingga sekarang dengan tujuan awalnya hanya melestarikan budaya yang sudah melekat di desa Doroampel, Sumbergempol, Tulungagung. Kedua, berdasarkan teori Karl Mennheim, didapatkan bahwa tradisi sema’an al-Qur’an ini mempunyai tiga makna, yaitu makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. 
SOLUSI PREVENTIF HADIS TERHADAP FENOMENA PERUNDUNGAN Pulungan, Nur Hamidah; Barus, Muhammad Irsan; Nasution, Zulhija Yanti
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.18541

Abstract

Bullying has become a significant social problem due to frequent misunderstandings and has negative impacts on both the perpetrators and the victims in the form of intimidation, verbal/physical abuse or discriminatory actions. This research aims to explore the preventive solutions offered by hadith in addressing bullying. The major research includes the classification of relevant hadith literature using the HadistSoft digital application, while the minor research involves the analysis of ḥadīth that provides preventive solutions to bullying. The research locus is the general public. The purpose of this study is to identify and articulate the teachings of hadith that can be applied as preventive measures against bullying. This research adopts a qualitative approach using descriptive-analytical methods in a library research type. The results show that hadith offers various preventive solutions that can be applied to reduce and prevent bullying, such as emphasizing spiritual advice, fostering cooperation to eliminate conflicts, and removing the inferiority complex of bullying victims. These solutions are expected to be integrated into educational programs and school policies to create a safer and more harmonious environment.Perundungan telah menjadi masalah sosial yang memiliki dampak negatif bagi pelaku dan korban dalam bentuk intimidasi, pelecehan verbal/fisik ataupun tindakan diskriminatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ajaran-ajaran hadis yang dapat diterapkan sebagai langkah preventif terhadap perundungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif-analitis dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadis menawarkan berbagai solusi preventif yang dapat diterapkan untuk mengurangi dan mencegah perundungan, seperti penekanan pada pemberian nasihat spiritual, menjalin kerjasama untuk menghilangkan konflik dan menghilangkan sikap inferior bagi korban perundungan. Solusi ini diharapkan dapat diintegrasikan dalam program pendidikan dan kebijakan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis. 
TAFSIR TEKS KEAGAMAAN OLEH PEMUDA MUSLIM DI DESA PLAJAN JEPARA UNTUK MODERASI BERAGAMA Mahmudah, Nur; Abdullah, Abdullah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.19662

Abstract

Moderate reasoning in religion cannot be separated from the understanding of religious texts by its adherents. Youth are a strategic part of society who are expected to continue and maintain the values and traditions of religious moderation. The residents of Plajan Jepara village adhere to four religions, namely Islam, Hinduism, Christianity and Buddhism.  This article aims to describe the form of religious tolerance in Plajan village and explain the youth's understanding of religious texts that support good practices of religious moderation in Plajan village. The research was carried out in the form of field research with a qualitative approach that explored data from 10 respondents from Muhammadiyah and Nahdhatul Ulama.  This article concludes that the good practice of religious moderation in Plajan village is based on a number of things, namely a history of peace, mutual cooperation, acceptance of other parties and based on local culture. This practice of religious moderation is supported by the government and local religious leaders. These values influence youth leaders who strive to maintain the  peace  theology and mutual cooperation between religious believers. Religious texts are understood by young people as the embodiment of divine values which provide freedom of religion (lakum dinukum wa liyadin), respect for neighbors and relatives and mutual love for each other. Thus, understanding religious texts is directed at supporting the function of religion as a unifier. Membentuk nalar moderat dalam beragama tidak dapat dilepaskan dari pemahaman teks keagamaan oleh para pemeluknya. Pemuda merupakan bagian masyarakat strategis yang diharapkan menjadi pelanjut dan perawat nilai dan tradisi moderasi beragama. Penduduk desa Plajan Jepara  memeluk empat agama yaitu Islam, Hindu, Kristen dan Budha.  Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud toleransi beragama di desa Plajan dan menjelaskan pemahaman para pemuda atas teks keagamaan yang mendukung praktik baik moderasi beragama di desa Plajan. Penelitian dilakukan berjenis field research dengan pendekatan kualitatif yang menggali data dari responden berjumlah 10 orang dari unsur Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.  Artikel ini menyimpulkan praktik baik moderasi beragama di desa Plajan dilatarbelakangi oleh sejumlah hal yaitu sejarah damai,  kegotongroyongan,  peneriman atas pihak lain dan berbasis budaya lokal. Praktik moderasi beragama ini didukung oleh pemerintah dan pemuka agama setempat. Nilai-nilai ini mempengaruhi para tokoh pemuda yang berupaya merawat filosofi damai dan gotong rotong antar pemeluk agama. Teks keagamaan dipahami oleh para pemuda sebagai pengejawantahan nilai-nilai ke-Tuhanan yang memberikan kebebasan beragama (lakum dinukum wa liyadin), penghormatan kepada tetangga dan kerabat serta saling mengasihi sesama. Dengan demikian, pemahaman teks keagamaan diarahkan unuk mendukung fungsi agama sebagai pemersatu.

Page 1 of 1 | Total Record : 9