cover
Contact Name
Iche Andriyani Liberty
Contact Email
iche.aliberty@gmail.com
Phone
+6281215461615
Journal Mail Official
mksfkunsri@gmail.com
Editorial Address
Editorial Office Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Jl. Dr. Moehammad Ali Kompleks RSMH Palembang 30126, Indonesia Telp. 0711-316671, Fax.: 0711-316671 Email:mksfkunsri@gmail.com
Location
Kab. ogan ilir,
Sumatera selatan
INDONESIA
Majalah Kedokteran Sriwijaya
Published by Universitas Sriwijaya
ISSN : 08523835     EISSN : 26850486     DOI : https://doi.org/10.36706/mks.v52i4
Core Subject : Health,
Majalah Kedokteran Sriwijaya (MKS) is published by Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya since 1962. MKS is a peer-reviewed, multidisciplinary and scientific journal which publishes all areas regarding medical sciences. The covered research areas as follows : Microbiology Pathology Surgery Ophthalmology Gynecology and Obstetrics Psychiatry Anesthesia Pediatrics Orthopedics Anatomy Physiology Biochemistry Pharmacology Biophysics Endocrine and Metabolism Mental Health Forensic Medicine Medical Education Research Methodology Medical Ethics Nursing Community Medicine Public Health
Articles 229 Documents
Hubungan Kadar CA-125 Dengan Subtipe Epitel Tumor Ganas Ovarium Pada Penderita Yang Dirawat Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013-2016 Rikka Wijaya; Krisna Murti; Zen Hafy
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 4 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i4.8526

Abstract

Karsinoma ovarium tipe epitel merupakan 75% dari semua kasus tumor ovarium. Di dunia kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi peringkat ketiga dari keganasan saluran genital pada wanita. Tumor marker keganasan ovarium tipe epitel adalah CA-125 yang ditemukan meningkat pada hampir semua kasus tumor ovarium (80%). Diduga terdapat perbedaan peningkatan kadar CA-125 pada berbagai subtipe epitel tumor ganas ovarium yaitu serosum (37,5%), endometrioid (50%), musinosum (62,5%), undifferentiated (84,3%) dan clear cell (100%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar CA-125 dengan subtipe tumor ganas epitel ovarium pada penderita yang dirawat di RSUP Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita subtipe epitel tumor ganas ovarium yang melakukan pemeriksaan kadar CA-125 di Bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang sejak Januari 2013 sampai September 2016. Dari 61 sampel berbagai subtipe epitel tumor ganas ovarium yang didominasi subtipe serosum (32,8%), diikuti subtipe musinosum (26,2%), disusul oleh subtipe endometrioid (19.7%), clear cell (14,8%), borderline musinosum (4,9%) dan subitpe brenner (1.6%). Kadar CA-125 meningkat dijumpai delapan kali lipat (88,5%) lebih banyak dibanding subjek dengan kadar normal (11,5%). Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kadar CA-125 dengan masing-masing subtipe epitel tumor ganas ovarium. Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CA-125 dengan subtipe tumor ganas epitel ovarium. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CA-125 dengan subtipe tumor ganas epitel ovarium di RSMH  Palembang.
Angka Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Di Kota Palembang Tahun 2013 R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2668

Abstract

Tingginya prevalensi hipertensi telah lama diketahui merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh negara-negara di dunia karena hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya seringkali terlambat. Terdapat berbagai faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya gejala hipertensi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui distribusi dan hubungan antara sosiodemografik, faktor fisik, dan kebiasaan merokok, serta prevalensi hipertensi penduduk kota Palembang dengan umur lebih dari 15 tahun. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada 16 kecamatan di Kota Palembang. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Maret 2013. Populasi penelitian terjangkau adalah seluruh penduduk Palembang pada 16 kecamatan (Alang-Alang Lebar, Bukit Kecil, Gandus, Ilir Barat 1,Ilir Barat 2, Ilir Timur 1, Ilir Timur 2, Kalidoni, Kemuning, Kertapati, Plaju, Sako, Seberang Ulu 1, Seberang Ulu 2, Sematang Borang, Sukarami). Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebesar 1.210. Pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 14,4 % terdiagnosa hipertensi yang berumur diatas 15 tahun. Berdasarkan uji Chi-Square, sosiodemografi yang memiliki hubungan signifikan dengan hipertensi diantaranya jenis kelamin (p<0.018), umur (p<0.001), daerah asal (p<0.05). Berdasarkan uji ressureChi-Square, keadaan fisik yang memiliki hubungan signifikan dengan hipertensi di antaranyaIMT (p<0.000), genetik hipertensi (p<0.001), keluarga dengan hipertensi (p<0.001), kebiasaan olahraga (p<0.005), penyakit penyerta (p<0.001). Berdasarkan uji Chi-Square, faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan dengan hipertensi di antaranyakebiasaan merokok (p<0.05), jumlah rokok per hari (p<0.047), jenis rokok (p<0.019), lama merokok (p<0.05), dan merek rokok (p<0.000). Berdasarkan penelitian ini, faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap hipertensi adalah jenis kelamin, umur, IMT dan penyakit penyerta
Hemorhoid Dalam Kehamilan Leliana Carolina; Kurdi Syamsuri; Efman Manawan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2699

Abstract

Hemorhoid pada wanita hamil banyak dijumpai dan merupakan keadaan yang fisiologis menyertai kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan insiden hemorhoid, dimana lebih dari 50% wanita hamil dijumpai kasus ini. Risiko akan meningkat 20-30% setelah kehamilan kedua atau lebih. Terapi bedah hemorhoidektomi merupakan pilihan yang harus diambil oleh wanita hamil apabila pengobatan secara konservatif gagal.
Immature Platelet Fraction in Patients with S LE-related Thrombocytopenia Yeny Tanoyo; Andri Reza Rahmadi; Amaylia Oehadian
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 4 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v51i4.10239

Abstract

Systemic lupus erythematosus (SLE) is an autoimmune disease which causes chronic inflammation and may impact various organs. Hematologic abnormality, including thrombocytopenia, is a common clinical manifestation in SLE, ranging between 7-30%. Thrombocytopenia in SLE has been proven to correlate with a more active disease and a worse prognosis. Most of the time, it gets hard to determine the underlying cause of thrombocytopenia. Immature platelet fraction (IPF) examines immature thrombocyte at peripheral blood and can be used to determine whether thrombocytopenia happens because of a decreased production or increased peripheral thrombocyte destruction. This study was done to evaluate immature platelet fraction value in SLE patients with thrombocytopenia. This was a cross-sectional descriptive observational study. Sample was taken from SLE inpatients and outpatients at Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital. There were 24 subjects included in this study, which counts 7.4% of SLE population. The mean platelet count was 56,870 ±28,933 /mm3. IPF values ranged from 0.9-3.2%, with median 5.7%. The median IPF in moderate-severe thrombocytopenia group was 7.5%, higher than that of mild thrombocytopenia group (4.2%). It can be concluded that IPF values were increased in most SLE patients with thrombocytopenia compared to normal population. It suggests that increased platelet destruction plays an important role in the pathogenesis of SLE thrombocytopenia. A wide range of IPF values shows multifactorial nature of thrombocytopenia causes in SLE patients.
Korelasi Antara Kadar Hemoglobin dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang Clara Adelia Wijaya; Yulianto Kusnadi; Nyayu Fauziah Zen
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2741

Abstract

Penderita Diabetes Melitus (DM) di dunia mencapai 382 juta jiwa dan diperkirakan akan semakin meningkat dalam 25 tahun mendatang. Komplikasi kronik DM adalah gangguan fungsi ginjal dengan angka kejadian yang tinggi sebesar 20-40% yang dapat menghambat pembentukan eritropoietin sebagai pembentuk Hb dan menyebabkan anemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara kadar hemoglobin dan gangguan fungsi ginjal pada DM tipe 2 di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional yang menggunakan data sekunder berupa rekam medik tahun 2013 di Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi penelitian adalah 125 orang dan dengan purposive sampling didapati sampel 46 orang. Prevalensi anemia pada DM tipe 2 dengan gangguan fungsi ginjal adalah 80%, sebagian besar berjenis kelamin perempuan, banyak pada usia >45 tahun dan pada pasien dengan gangguan ginjal sedang. Hasil uji korelasi antara kadar Hb dan gangguan fungsi ginjal menggunakan analisis Spearman menunjukkan r = 0,353 dan p = 0,016 serta regresi linier didapatkan persamaan Hb = 8,797+ 0,03LFG (R square = 11,5%, p = 0,012). Terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah antara kadar hemoglobin dan gangguan fungsi ginjal pada DM tipe 2 yang berarti semakin rendah nilai LFG atau semakin berat gangguan fungsi ginjal, maka kadar Hb pun akan semakin rendah.
CORRELATION OF COGNITIVE FUNCTIONS AND LOCATION OF FOCAL EPILEPSY IN RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG Rini Nindela
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 1 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/mks.v53i1.13215

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Gangguan kognitif merupakan salah satu konsekuensi epilepsi yang paling sering terjadi dan berdampak besar pada kehidupan pasien. Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang paling umum ditemukan dan dilaporkan berhubungan erat dengan gangguan kognitif. Pasien sindrom epilepsi fokal lainnya seperti epilepsi lobus frontal, parietal, dan oksipital diketahui juga mengalami gangguan kognitif meskipun studinya belum sebanyak epilepsi lobus temporal.  Belum diketahui secara pasti kaitan antara fokus epileptik tertentu dengan komplikasi gangguan kognitif pada penderitanya.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan lokasi epilepsi fokal di poliklinik neurologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Moh. Hoesin (RSMH) Palembang untuk mengambil data sampel yang berobat pada rentang waktu 1 Januari 2019-31 Desember 2019 dan di poliklinik Neurologi untuk mengambil data pasien yang berobat pada rentang waktu 1 Juli-31 Agustus 2020. Data lokasi epilepsi fokal berdasarkan sindrom klinis, usia onset epilepsi, jenis kelamin, pendidikan, frekuensi dan lama bangkitan, lama menderita epilepsi serta jenis obat antiepilepsi (OAE) didapat melalui data rekam medis dan fungsi kognitif diketahui melalui pemeriksaan Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia yang telah divalidasi (MoCA-Ina). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22 for windows.Hasil: Dari 42 sampel penelitian, sebanyak 29 orang (69%) telah mengalami penurunan fungsi kognitif dan hanya 13 orang (31%) yang fungsi kognitifnya masih normal. Analisis korelasi antara fungsi kognitif dan lokasi epilepsi fokal menghasilkan koefisien korelasi 0,107 (korelasi lemah) dengan nilai p 0,365 (tidak bermakna). Faktor-faktor lainnya seperti usia onset, tingkat pendidikan, frekuensi bangkitan, lama bangkitan, jenis pengobatan, lama menderita epilepsi dan durasi makan OAE juga tidak berhubungan dengan fungsi kognitif pasien pada penelitian ini.Kesimpulan: Secara statistik tidak ada hubungan langsung antara fungsi kognitif dan lokasi epilepsi fokal. Banyak faktor yang dilaporkan memengaruhi fungsi kognitif pasien epilepsi sehingga kecil kemungkinan satu faktor tunggal dapat memastikan terjadinya gangguan kognitif pada pasien epilepsi.Kata kunci: lokasi epilepsi fokal, fungsi kognitif, MoCA-Ina ABSTRACT Background: Cognitive impairment is one of the most common consequences of epilepsy and has a major impact on the patient's life. Temporal lobe epilepsy is the most common type of focal epilepsy and is reported to be closely associated with cognitive impairment. Patients with other focal epilepsy syndromes such as frontal, parietal, and occipital lobe epilepsy are also known to experience cognitive impairment, although studies are not as numerous as temporal lobe epilepsy. The relationship between certain epileptic foci and complications of cognitive impairment in patients is not yet certain.Purpose: This study was conducted to determine the correlation between cognitive function and the location of focal epilepsy in the neurology clinic of  RSUP Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.Method: This research is an analytic observational study with a cross sectional approach. This research was conducted at the RSMH Palembang to collect secondary data from medical records of outpatients between 1 January 2019-31 December 2019 and at the Neurology Clinic to collect primary data on patients seeking treatment between 1 July-31 August 2020. Focal epilepsy location data based on clinical syndrome, age of epilepsy onset, gender, education, frequency and duration of seizures, duration of epilepsy, type of antiepileptic drugs (AED), and duration of consuming AED were obtained through medical record and cognitive function was examined using the validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina). Data analysis was performed using the SPSS 22 for windows program.Result: From 42 samples, 29 people (69%) had decreased cognitive function and only 13 people (31%) had normal cognitive function. The correlation analysis between cognitive function and focal epilepsy location resulted in correlation coefficient of 0.107 (weak correlation) with p value of 0.365 (not significant). Other factors such as age of onset, level of education, frequency of seizures, duration of seizures, type of treatment, duration of epilepsy and duration of taking AED were also not associated with cognitive function of patients in this study.Conclusion: Statistically, there was no direct correlation between cognitive function and the location of focal epilepsy. Many factors have been reported to affect cognitive function in epileptic patients, so it is unlikely that one single factor can be sole factor causing cognitive impairment in epilepsy patients.Keywords: focal epilepsy location, cognitive function, MoCA-Ina
Prevalensi Abses Leher Dalam di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2015 M Arvin Arliand0; Adelien Adelien; Denny Satria Utama
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i3.8509

Abstract

Abses leher dalam merupakan kumpulan nanah yang terdapat di dalam ruang-ruang yang terbentuk oleh fasia-fasia leher. Abses terjadi akibat komplikasi dari infeksi tonsil, infeksi saluran nafas, infeksi gigi dan periodontal dan diperparah oleh penyakit diabetes melitus dan imunodefisiensi. Gejala klinik yang dapat ditemukan pada pasien abses leher dalam juga beragam.Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi prevalensi abses leher dalam di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2012-31 Desember 2015.Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Data sampel penelitian diambil dari rekam medik pasien abses leher dalam yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada 1 Januari 2012-31 Desember 2015. Didapatkan 26 kasus yang memenuhi kriteria inklusi yang kemudian dideskripsikan menggunakantabel distribusi frekuensi.Dari 26 kasus yang diteliti, pasien abses leher dalam paling banyak (65,4%) adalah laki-laki, (26,9%)20-29 tahun, dengan tiga gejala klinik terbanyak (80,8%)adalah bengkak, (73,1%)odinofagia, dan(69,2%) demam. Abses leher dalam paling banyak(46,2%) terjadi di ruang submandibula dan (69,2%)disebabkan oleh infeksi odontogenik. Jarang dilakukan (15,3%)kultur pada abses leher dalam  dengan hasil kultur paling banyak(75%) adalah Klabsiella pneumoniae. 23,1% kasus terdapat penyakit diabetes melitus dan tidak ada yang memiliki penyakit immunodefisiensi.Abses leher dalam paling banyak ditemukan pada laki-laki, usia 20-29 tahun, dengan gejala bengkak, demam, dan odinofagia, terjadi di ruang submandibula dan disebabkan oleh infeksi odontogenik. 
Korelasi Jumlah Cairan Sendi dengan Derajat Nyeri pada Pasien Osteoartritis Genu Alderiantama Akhmad; Radiyati Umi Partan; Fatmawati Fatmawati
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 1 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v51i1.8550

Abstract

Latar Belakang: Osteoartritis (OA) adalah penyakit kronik yang ditandai dengan berkurangnya kartilago di sendi yang mengakibatkan tulang-tulang bergesekan. Gejala yang paling sering dirasakan pasien OA adalah nyeri dan kekakuan pada sendi. OA memicu terjadinya penumpukan cairan pada sendi. Cairan sendi secara tidak langsung berperan menimbulkan nyeri pada artritis. Nyeri pada pasien OA dapat diukur menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi jumlah cairan sendi dengan derajat nyeri pada pasien OA genu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien OA genu yang mengalami effusi sendi serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Klinik Su’adah pada tahun 2018.Hasil: Dari 80 pasien, didapatkan 73,8% pasien OA genu adalah perempuan dan 30% berusia 56-60 tahun, dan 80% memiliki IMT >25 kg/m2. Rata-rata jumlah cairan sendi pasien OA sebanyak 18,59 mL (+ 1,49) dan rata-rata derajat nyeri adalah 6,33 (+ 0,24). Hasil analisis menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif lemah yang signifikan (r= 0,327             , p= 0,003).Kesimpulan: Terdapat korelasi positif lemah dan signifikan antara jumlah cairan sendi dengan derajat nyeri pada pasien OA genu.
Pola Jumlah Trombosit Pasien Rawat Inap DBD RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Dengan Hasil Uji Serologi Positif yang Diperiksa di Laboratorium Graha Spesialis RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Kemas Ya’kub R; Hasrul Han; Agustria Heny Prastyaningrum
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2690

Abstract

Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratoris non spesifik yang digunakan dalam penegakkan diagnosis DBD berdasarkan kriteria WHO. Diagnosis pasti DBD ditegakkan berdasarkan pemeriksaan serologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola jumlah trombosit penderita DBD dengan hasil uji serologi positif.Penelitian ini termasuk studi retrospektif dengan menggunakan data hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap DBD RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang diperiksa di Laboratorium Graha Spesialis RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari-Desember 2009. Ada 13 pasien DBD dengan hasil uji serologi positif, 1 pasien (7.6%) dengan IgM positif, 5 pasien (38.4%) dengan IgG positif, dan 7 pasien (53.8%) dengan IgG dan IgM positif.Pada hari ke-2 perjalanan penyakit hanya terdapat 1 subjek, jumlah trombosit (124.000/mm3) dengan IgG positif. Pada hari ke-3, jumlah trombosit terendah pada penderita IgM positif (36.000/mm3). Pada hari ke-4, jumlah trombosit terendah pada penderita IgM positif (45.000/mm3). Pada hari ke-5, jumlah trombosit terendah pada penderita IgM positif (60.000/mm3). Pada hari ke-6, jumlah trombosit terendah pada penderita IgM positif (79.000/mm3). Pada hari ke-7, jumlah trombosit terendah pada penderita IgG dan IgM positif (84.750/mm3). Pada hari ke-8, tidak ada data IgM positif. Jumlah trombosit terendah hari ke-8 pada penderita IgG positif (106.750/mm3). Pada hari ke-9, jumlah trombosit terendah pada penderita IgG positif (49.00/mm3). Pada hari ke-10, jumlah trombosit terendah pada penderita IgG positif (68.000/mm3). Berdasarkan hasil penelitian ini penderita dengan jenis infeksi primer cenderung memiliki jumlah trombosit lebih rendah dibanding dengan jenis infeksi sekunder pada fase awal penyakit.
Gambaran Magnetic Resonance Imaging Small Vessel Disease pada Parkinson’s Disease selly marisdina
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 3 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v51i3.8973

Abstract

Diagnosis Parkinson’s Disease (PD) hanya berdasarkan pemeriksaan neurologi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menjadi alat diagnostik untuk PD. Ying Wan, et al menemukan hubungan antara gambaran Small Vessel Disease (SVD) dan gejala motorik pada PD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gambaran SVD pada MRI kepala dan insiden PD. Penelitian ini adalah penelitian observasional. Subjek terdiri dari 20 pasien dengan PD dan 20 subjek normal. Semua subjek dilakukan MRI kepala 1,5 tesla untuk menganalisis deskripsi SVD. Dari hasil penelitian didapatkan usia rata-rata pasien dengan PD adalah 66 tahun dan 70% adalah pria (14/20). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin pada grup PD dan grup subjek normal (p=0,642 dan p=0,634). Tujuh puluh lima persen grup PD didapatkan nilai MOCA-INA yang abnormal. Delapan puluh persen grup normal didapatkan nilai MOCA-INA yang normal. Usia onset pertama kali gejala parikinson adalah 50 tahun dan 60% telah menderita PD selama kurang dari 5 tahun. Gambaran SVD pada penelitian ini ditemukan pada 17 (85%) subjek pada grup PD dan 10 (50%) pada subjek normal. Terdapat hubungan yang signifikan antara gambaran SVD dan PD (p=0,020; OR=5,67). Dapat disimpulkan bahwa gambaran SVD pada MRI kepala berhubungan dengan insiden PD

Page 2 of 23 | Total Record : 229


Filter by Year

2014 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 55, No 1 (2023): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 4 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 3 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 2 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 1 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 3 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 2 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 1 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 4 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 3 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 2 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 1 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 4 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 3 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 2 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 1 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 4 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 3 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 2 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 1 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 4 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 2 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 1 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 4 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya More Issue