cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Clumsiness Made Supartha; Soetjiningsih Soetjiningsih; I.G.A Endah Ardjana; I.G.A Trisna Windiani
Sari Pediatri Vol 11, No 1 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.47 KB) | DOI: 10.14238/sp11.1.2009.26-31

Abstract

Clumsiness adalah salah satu gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan bermakna koordinasi motorik. Diagnosis ini dibuat hanya bila gangguan tersebut mempengaruhi pencapaian akademis atau aktifitas kehidupan sehari-hari. Gangguan koordinasi yang terjadi tidak diakibatkan oleh suatu kondisi medis tertentu dan tidak memenuhi kriteria gangguan perkembangan pervasif. Jika disertai retardasi mental maka gangguan motorik tersebut akan tampak mendominasi. Prevalensi clumsiness diperkirakan 6%-13% dari populasi anak. Diagnosis clumsiness didasarkan pada kriteria diagnostik menurut Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV. Pendekatan terapi clumsiness meliputi terapi okupasi dan fisioterapi yang secara garis besar dikategorikan dalam pendekatan bottom-up maupun pendekatan top-down. Tanpa intervensi khusus, anak-anak yang mengalami clumsiness akan menetap hingga dewasa
Faktor Risiko yang Memengaruhi Luaran Klinis Malformasi Anorektal pada Neonatus di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh Dora Darussalam; TM Thaib
Sari Pediatri Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.849 KB) | DOI: 10.14238/sp15.1.2013.51-5

Abstract

Latar belakang. Malformasi anorektal merupakan salah satu masalah dan penyebab kematian pada neonatus di ruang NICU RSU Dr Zainoel Abidin Banda Aceh.Tujuan.Mengetahui faktor risiko yang memengaruhi luaran klinis pada neonatus dengan malformasi anorektal di RSUD Dr.Zainoel Abidin, Banda Aceh.Metode. Studi cross sectional dengan penelusuran rekam medis di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh sejak bulan Januari 2009-Desember 2011. Pengaruh variabel faktor risiko dengan luaran malformasi anorektal dianalisis dengan uji multivariat regresi logistik. Batas kemaknaan apabila p<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.Hasil. Malformasi anorektal letak intermediat mempunyai peluang 0,148 kali lebih kecil memengaruhi luaran klinis pada neonatus (p=0,024, RP=0,148, 95% CI=0,04-0,62). Sembilan kasus (19,6%) malformasi anorektal yang berhubungan dengan satu atau lebih anomali atau sindrom. Hasil analisis multivariat regresi logistik diperoleh hasil bahwa malformasi anorektal letak tinggi berhubungan bermakna dan mempunyai peluang 24 kali lebih besar dibandingkan malformasi anorektal letak intermediat yang memengaruhi luaran klinis pada neonatus (p=0,021, RP=24,0; 95% CI=1 615-356 635).Kesimpulan. Malformasi anorektal letak tinggi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi luaran klinis pada neonatus.
Spondilitis Tuberkulosis I Gede Epi Paramarta; Putu Siadi Purniti; Ida Bagus Subanada; Putu Astawa
Sari Pediatri Vol 10, No 3 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.417 KB) | DOI: 10.14238/sp10.3.2008.177-83

Abstract

Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi pada tulang belakang yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sejak obat anti tuberkulosis dikembangkan dan peningkatan kesehatan masyarakat, tuberkulosis tulang belakang menjadi menurun di daerah negara industri, meskipun tetap menjadi penyebab yang bermakna di negara berkembang. Gejala yang ditimbulkan antara lain demam, keringat terutama malam hari, penurunan berat badan dan nafsu makan, terdapat masa di tulang belakang, kiposis, kadang-kadang berhubungan dengan kelemahan dari tungkai dan paraplegi. Spondilitis tuberkulosis dapat menjadi sangat destruktif. Berkembangnya tuberkulosis di tulang belakang berpotensi meningkatkan morbiditas, termasuk defisit neurologi yang permanen dan deformitas yang berat. Pengobatan medikamentosa atau kombinasi antara medis dan bedah dapat mengendalikan penyakit spondilitis tuberkulosis pada beberapa pasien
Pola Kuman dan Sensitifitas Antibiotik di Ruang Perinatologi I Made Kardana
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.381-5

Abstract

Latar belakang. Penggunaan antibiotik pada sepsis neonatorum seharusnya didasarkan pada kuman penyebab infeksi yang diperoleh dari biakan darah dan hasil uji sensitifitas. Pola kuman dan hasil uji sensitifitas dapat dipakai sebagai dasar pemberian antibiotik secara empiris.Tujuan. Mengetahui profil mikroorganisme penyebab sepsis neonatorum di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar serta sensitifitasnya terhadap antibiotik.Metode. Penelitian retrospektif dilakukan dari Januari 2008-Desember 2009. Kriteria inklusi adalah neonatus tersangka sepsis dan didiagnosis akhir sebagai sepsis neonatorum berdasarkan biakan darah positif. Kriteria eksklusi apabila data tidak lengkap. Hasil. Terdapat 458 kasus tersangka sepsis. Biakan darah positif 220 (48%). Bakteri penyebab terbanyak adalahSerratia marcescens.Bakteri penyebab sepsis mempunyai sensitifitas rendah terhadap antibiotik lini pertama (ampisilin dan gentamisin), kecuali Acinetobacter baumanniimempunyai sensitifitas tinggi terhadap antibiotik tersebut. Sensitifitas bakteri penyebab sepsis umumnya masih tinggi terhadap meropenem, cefoperason-sulbactam, dan piperasilin-tazobactam.Kesimpulan. Penyebab sepsis neonatorum terbanyak adalah Serratia marsescens.Sebagian besar bakteri penyebab sepsis mempunyai sensitifitas rendah terhadap ampisilin dan gentamisin, kecuali Acinetobacter baumannii.Terhadap meropenem, cefoperazon-sulbactam dan piperasilin-tazobactam sensitifitas masih tinggi.
Rasio Bilirubin Albumin pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia Bugis Mardina Lubis; Rasyidah Rasyidah; Beby Syofiani; Pertin Sianturi; Emil Azlin; Guslihan Dasa Tjipta
Sari Pediatri Vol 14, No 5 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.84 KB) | DOI: 10.14238/sp14.5.2013.292-7

Abstract

Latar belakang. Bilirubin tidak terikat potensial membahayakan sistem susunan saraf pusat, dan dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang berat dan permanen.Rasio total bilirubin dan albumin dianggap parameter mewakili bilirubin yang tidak terikat,dalam menentukan modalitas terapi untuk hiperbilirubinemia. Tujuan.Mengetahui rasio bilirubin albumin pada pasien hiperbilirubinemia.Metode.Penelitian menggunakan studi sekat lintang yang dilakukan di Divisi Neonatologi RS. H. Adam Malik Medan dan RS. Pirngadi Medan mulai Agustus 2009 – Maret 2010.Hasil. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar albumin dan toral serum bilirubin dengan p<0,05.Kesimpulan.Rasio bilirubin-albumin merupakan parameter jumlah bilirubin bebas, dan dapat digunakan sebagai indikator yang lebih baik dalam penentuan terapi, untuk menurunkan kejadian bilirubin-induced neurologic damage.
Karakteristik Klinis dan Epidemiologis Avian Influenza A (H5N1) Anak Di Indonesia, Tahun 2005-2007 Dewi Murniati; Sardikin Giriputro; Sri Rezeki S. Hadinegoro
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.732 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.347-58

Abstract

Latar belakang. Indonesia merupakan negara tertinggi di dunia yang melaporkan kasus avian influenzaA(H5N1) dengan proporsi kematian yang tinggi (83%). Sampai saat ini belum banyak penelitian kasusavian influenza A(H5N1) anak di Indonesia.Tujuan. Mengetahui pola epidemiologis, klinis, laboratoris, dan radiologis dalam hubungannya dengankesembuhan atau kematian kasus avian influenza A (H5N1) anak.Metode. Studi retrospektif dari 37 kasus konfirmasi avian influenza anak di Indonesia berdasarkan dataBadan Litbangkes dan Dirjen P2PL, Depkes RI serta WHO Indonesia dan disajikan secara deskriptif.Hasil. Riwayat kontak secara langsung dan tidak langsung dengan unggas (37,84%) sebanding dengankontak pada kasus konfirmasi avian influenza (35,14%), 12 kasus diantaranya merupakan anggota klusterkeluarga. Kasus terbanyak pada kelompok umur 5-<12 tahun (50,62%). Domisili kasus anak terutama ditiga propinsi Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Proporsi kematian avian influenza anakIndonesia lebih rendah (67,57%) dibanding proporsi kematian nasional (82,8%) tetapi masih sedikit lebihtinggi dari proporsi kematian global (59,45%). Gejala klinis utama yaitu demam (100%), batuk (86,49%),sesak (81,08%), serta penurunan kesadaran (62,16%). Pneumonia terjadi pada 59,46% kasus dengan proporsikematian 68,18%. Kelompok yang mendapat oseltamivir (37%) mempunyai peluang hidup lebih besardari pada kelompok yang tidak mendapat oseltamivir (20%), demikian pula lama awitan sakit dan dosisawal oseltamivir pada kelompok nonfatal lebih pendek (median 5,5 hari dengan rentang waktu 2-10 hari)dibanding kelompok yang fatal (median 8,5 hari, rentang 3-22 hari) menunjukkan makin cepat mendapatterapi oseltamivir memberi peluang hidup lebih baik.Kesimpulan. Spektrum klinis avian influenza yang luas menempatkan penyakit ini sebagai diagnosis bandingyang perlu dipertimbangkan termasuk kematian yang tidak jelas penyakitnya pada kluster keluarga atausakit berat lainnya. Terapi oseltamivir memberi peluang hidup lebih baik disamping penemuan kasus diniserta perawatan secepatnya.
Hubungan Antara Kadar Feritin dan Kadar 25-Hidroksikolekalsiferol {25(OH)D} Serum Pasien Thalassemia Mayor Anak Tubagus Ferdi Fadilah; Sri Endah Rahayuningsih; Djatnika Setiabudi
Sari Pediatri Vol 14, No 4 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.4.2012.246-50

Abstract

Latar belakang. Pasien thalassemia mayor secara progresif akan mengalami keadaan kelebihan besi akibattransfusi darah berulang dan menyebabkan hidroksilasi vitamin D 25-hidroksikolekalsiferol {25(OH)D}terganggu akibat deposisi besi di parenkim hati.Tujuan. Mengetahui korelasi antara kadar feritin dan kadar 25(OH)D pada pasien thalassemia mayor anak.Metode. Desain penelitian rancangan potong lintang dilakukan pada bulan Desember 2010–Januari 2011di poli Thalassemia anak RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Sejumlah 64 subjek diambil secara consecutivesampling. Data diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, dan catatan medis.Pemeriksaan kadar feritin serum menggunakan metode enhanced chemiluminescence immunoassay (ECLIA).Pemeriksaan kadar 25(OH)D serum menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dandilakukan di Laboratory Research and Esoteric Testing Laboratorium Klinik Prodia Jakarta. Analisis statistikdigunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi data dan transformasi log terhadap distribusi datatidak normal. Untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin dan kadar 25(OH)D serum digunakan ujikorelasi Spearman. Hubungan dinyatakan bermakna bila p<0,05.Hasil. Dari 64 subjek berusia 2–14 tahun, didapatkan kadar feritin serum rerata (SB) 3.525 (2.356,784) ng/mL,serta kadar vitamin D 25(OH)D serum rerata (SB) 37 (10,067)nmol/L Enam puluh/enam puluh empat(94%) subjek memiliki kadar feritin serum >1.000 ng/dL, 55/64 (86%) subjek memiliki kadar 25(OH)D serum <50 nmol/L dan dianggap defisiensi vitamin D. Kadar feritin berkorelasi negatif dengan kadar25(OH)D serum (􀁕=-0,368; p<0,01).Kesimpulan. Peningkatan kadar feritin serum diikuti penurunan kadar 25(OH)D serum pada pasienthalassemia mayor anak yang berusia 2–14 tahun.
Faktor Risiko Air Ketuban Keruh Terhadap Kejadian Sepsis Awitan Dini pada Bayi Baru Lahir Muhammad Sholeh Kosim; Arsita Eka Rini; Lisyani B Suromo
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.135-41

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatorum merupakan masalah utama dan penyebab kematian terbanyak di negaraberkembang. Air ketuban keruh bercampur mekonium merupakan salah satu faktor risiko sepsis bayi barulahir dan terjadi pada sekitar 10%-20% seluruh kelahiran.Tujuan. Membuktikan air ketuban keruh merupakan faktor risiko kejadian sepsis awitan dini pada bayibaru lahir.Metode. Penelitian menggunakan desain kohort. Subjek adalah bayi dengan kriteria inklusi dan lahirdengan air ketuban keruh bercampur mekonium di RS Dr. Kariadi bulan Oktober 2009 – Maret 2010.Bayi lahir dengan air ketuban jernih sebagai kontrol. Air ketuban diambil pada hari ke-1, biakan darah,dan pemeriksaan darah tepi pada hari ke-5. Analisis statistik menggunakan chi square, Mann Whitney, danrisiko relatif (95% confidence interval).Hasil. Subjek 70 bayi lahir dengan air ketuban keruh berisiko 10x lebih tinggi mengalami sepsis (95%CI=1,3-74,0; p=0,003). Risiko relatif adanya kuman pengecatan Gram (+) di dalam air ketuban terhadapterjadinya sepsis 1,4 (95%CI=0,3-6,8;p=0,6) dan adanya kedua jenis kuman Gram (+) dan (-) 2,4 (95%CI=0,7-7,7; p=0,2). Risiko relatif bayi dengan air ketuban mengandung biakan E coli mempunyai risikokejadian sepsis 3,8 (95%CI=0,8-17,0;p=0,057) dan biakan non E coli 2,4 (95% CI=0,4-13,1; p=0,4).Faktor risiko lain adalah adanya kuman dalam biakan darah, berisiko 6,3 x lebih tinggi mengalami sepsis(95% CI=1,4-29,3; p=0,02).Kesimpulan. Air ketuban keruh merupakan faktor risiko terjadinya sepsis bayi baru lahir awitan dini. Jeniskuman pengecatan Gram dan biakan kuman dalam air ketuban bukan merupakan faktor risiko terjadinyasepsis awitan dini
Karakteristik Klinik Pasien Rawat Jalan di Divisi Respirologi Bagian Anak Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2010 Bob Wahyudin
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.056 KB) | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.84-9

Abstract

Latar belakang.Di kota Makassar, penyakit saluran napas pada anak memiliki angka morbiditas yang tinggi. Rumah Sakit Wahidin sebagai rumah sakit regional Indonesia timur juga menerima pasien rawat inap untuk pasien anak dengan penyakit saluran napas, namun belum ada laporan tentang karakteristik pasien yang dirawat jalan di Poli Khusus Respirologi.Tujuan. Melaporkan dan menganalisis karakteristik pasien yang mendatangi Poli Rawat Jalan Khusus Respirologi Anak tahun 2010.Metode. Metode penelitian analitik deskriptif retrospektif data sekunder status pasien rawat jalan Poliklinik Khusus Respirologi Anak Hasil.Pada tahun 2010, 65 anak dengan penyakit pernapasan dirawat di Bangsal Respirologi Anak RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Rerata umur 5,34±4,58 tahun. Terdapat perbedaan bermakna rerata umur menurut diagnosis masuk (p=0,03), dan perbedaan sangat bermakna proporsi gizi buruk menurut diagnosis masuk (p=0,000). Tidak terdapat hubungan antara status gizi dan diameter indurasi (p=0,07), dan antara adanya parut BCG dan diameter indurasi tuberkulin (p=0,97). Pada pasien tuberkulosis, terdapat perbedaan bermakna proporsi gizi buruk (p=0,03) dan sangat bermakna rerata diameter indurasi tuberkulin (p=0,000 ) apabila dibandingkan dengan pasien non-tuberkulosis. Kesimpulan.Terdapat perbedaan umur sesuai diagnosis masuk. Pasien pneumonia cenderung berusia lebih muda, sedangkan pasien tuberkulosis cenderung berusia lebih tua. Diameter indurasi uji tuberkulin tidak dipengaruhi oleh status gizi dan ada tidaknya parut BCG. Proporsi gizi buruk dan rerata indurasi lebih besar pada penyakit tuberkulosis dibanding non tuberkulosis.
Relapsing Polychondritis pada Anak Budi Setiabudiawan; Sinta Boesoerie; Reni Ghrahani DM; Gartika Sapartini; Diana Rosifah
Sari Pediatri Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.689 KB) | DOI: 10.14238/sp12.1.2010.11-6

Abstract

Relapsing polychondritis (RP) adalah penyakit autoimun yang jarang terjadi. Penyakit RP ditandai denganinflamasi jaringan kartilago berulang dan berpotensi untuk terjadi kerusakan progresif pada jaringan tersebut.Terutama menyerang dewasa pada dekade ke-4 atau ke-5 dengan usia rata-rata 51 tahun, hanya sedikit kasusyang dilaporkan pada anak. Patogenesis RP diduga akibat terbentuknya autoantibodi terhadap komponenkartilago terutama kolagen tipe II, sehingga menimbulkan suatu proses inflamasi dan mekanisme selularyang melibatkan pelepasan enzim lisosom dengan hasil akhir berupa penghancuran kartilago. Dilaporkanseorang anak laki-laki, usia 12 tahun dengan keluhan utama sesak napas disertai suara mengorok sejak satubulan sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan saddle nose deformity, peningkatan LED(40/125 mm/jam), uji ANA positif dengan pola nuklear, penyempitan kolom udara dalam laring dan faringpada foto soft tissue leher, dan adanya laringotrakeomalasia pada trakeoskopi. Pasien didiagnosis denganrelapsing polychondritis dan mendapat prednison 2 mg/kgBB/hari. Ditambahkan obat imunosupresanmetotreksat karena respons yang kurang baik terhadap steroid. Keadaan klinis pasien membaik setelahmendapat terapi kombinasi.

Page 18 of 151 | Total Record : 1509


Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue