cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Profil Pertumbuhan, Hemoglobin Pre-transfusi, Kadar Feritin, dan Usia Tulang Anak pada Thalassemia Mayor Arimbawa Made; Ariawati Ketut
Sari Pediatri Vol 13, No 4 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.109 KB) | DOI: 10.14238/sp13.4.2011.299-304

Abstract

Latar belakang. Thalassemia adalah kelainan bawaan sintesis hemoglobin, dan salah satu penyakit monogenetik paling banyak dijumpai. Di Indonesia diperkirakan akan lahir 2500 anak dengan thalassemia mayor setiap tahunnya. Berkat kemajuan penanganan medis, sebagian besar pasien akan mengalami pertumbuhan normal pada masa anak-anak namun selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan dan keterlambatan pubertas secara signifikan.Tujuan. Mengetahui gambaran tinggi badan, kecepatan tumbuh, usia tulang, kadar hemoglobin pretranfusi, dan kadar feritin serum pasien thalassemia.Metode. Laporan serial kasus pada anak yang menjalani rawat inap di Sub-bagian Hematologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Desember 2010-Februari 2011. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.Hasil. Limabelas subyek thalassemia mayor, berumur antara 1,9 tahun – 13,5 tahun, 7 laki-laki dan 8 perempuan. Dua anak berumur kurang dari 3 tahun dan 7 anak telah memasuki usia pubertas. Semua pasien telah menjalani terapi kelasi besi deferioksamin namun kualitasnya tidak memadai. Perawakan pendek ditemukan pada 4 anak (26%), semua subjek mempunyai kecepatan tumbuh <5 cm/tahun. Secara klinis satu orang dikategorikan sebagai pubertas terlambat. Kadar hemoglobin rata-rata pre-transfusi dapat dipertahankan ≥8 mg/dl (10), sisanya (5) memiliki hemoglobin rata-rata di bawah 8 mg/dl. Empat anak dengan feritin serum di atas 3000 ng/ml, dan semua subjek mempunyai perawakan pendek. Pada evaluasi radiologi manus sinistra 5 anak memiliki usia tulang terlambat. Kesimpulan. Perawakan pendek didapatkan pada 26% kasus dan semua subjek telah memasuki usia pubertas. Semua subjek mempunyai perawakan pendek dan memiliki kadar feritin serum >3000 ng/ml. Sari Pediatri2011;13(4):299-304.
Kadar Cystatin-C Serum Sebagai Penanda Fungsi Ginjal Bayi Prematur Dinna Meinardaniawati; Sjarif Hidajat Effendi; Sri Endah Rahayuningsih
Sari Pediatri Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.1.2013.17-22

Abstract

Latar belakang. Cystatin-C dipertimbangkan menjadi pemeriksaan potensial pengganti kreatinin serum sebagai penanda fungsi ginjal. Kadar cystatin-C serum lebih mendekati nilai laju filtrasi glomerulus dibandingkan dengan kreatinin serum. Beberapa penelitian menyatakan bahwa cystatin-C dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan ras meskipun tidak sebesar pengaruhnya terhadap kreatinin.Tujuan. Menganalisis korelasi kadar cystatin-C serum dengan kreatinin serum dan apakah kadar cystatin-C serum dapat digunakan sebagai penanda fungsi ginjal bayi prematur.Metode. Penelitian observasional analitik, cross-sectional, dilaksanakan Februari−Mei 2012. Subjek adalah bayi prematur usia kehamilan 32–<37 minggu, lahir di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUD Cibabat Cimahi, dan RSUD Bandung. Dilakukan pemeriksaan kadar cystatin-C serum dengan metode particle-enhanced immunonephelometry dan kreatinin serum dengan metode Jaffe. Uji statistik menggunakan korelasi Pearson, kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05.Hasil. Terdapat 37 subjek bayi prematur, 23/37 subjek dilahirkan spontan dengan perbandingan jenis kelamin hampir sama. Kadar cystatin-C dan kreatinin serum rerata adalah 1,68 mg/L (IK 95%; 1,32–2,09) dan 0,99 mg/dL (IK 95%; 0,62–1,48). Hasil analisis mendapatkan korelasi bermakna kadar cystatin-C dengan kreatinin serum (r=0,621; p<0,001).Kesimpulan. Semakin tinggi kadar kreatinin serum, maka semakin tinggi kadar cystatin-C serum. Cystatin-C dipertimbangkan sebagai penanda untuk menilai fungsi ginjal bayi prematur.
Studi Kasus: Manifestasi Klinis Beberapa Penyakit dengan Konfirmasi Diagnostik Lupus Erimatosus Sistemik (Pengamatan Laporan awakl serial kasus) Wistiani Wistiani
Sari Pediatri Vol 13, No 2 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.166 KB) | DOI: 10.14238/sp13.2.2011.85-8

Abstract

Latar belakang. Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang menyerang berbagai sistem organ. Tampilan klinis tidak spesifik, tergantung dari sistem organ yang terlibat, dapat menyerupai berbagai macam penyakit sehingga dapat menyebabkan missed diagnosis.Tujuan. Mencari hubungan karakteristik klinis beberapa penyakit saat awal perawatan dengan diagnosis akhir LES.Metode. Dilakukan penelitian dengan desain belah lintang. Subyek adalah anak dengan manifestasi klinis dicurigai sebagai LES yang dirawat di bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang, bulan Januari 2010 hingga Desember 2010. Diagnosis pasti LES ditegakkan berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) yang direvisi, memenuhi 4 dari 11 kriteria. Dilakukan pencatatan karakteristik klinis awal perawatan di rumah sakit dan pemeriksaan penunjang. Uji statistik berupa distribusi frekuensi dan persentase, padalaporan awal; selanjutnya dengan chi squaredan logistik regresi. Hasil. Sebagai laporan awal (preliminary report), tujuh pasien semuanya perempuan dengan rerata umur 11,57 tahun (rentang 8-13 tahun). Diagnosis awal perawatan, anemi dengan splenomegali 2 (28,6%), dan nefritis 5 (71,4%). Subjek semua pasien dengan anemi 3 (42,8%) dengan trombositopeni. Keterlibatan ginjal ditandai dengan edema pada 4 (57,2%), proteinuria pada 3 (42,8%), hipoalbuminemi pada 7 (100%), dan hipertensi pada 4 (57,2%) subjek. Penghitungan laju filtrasi glomerulus didapatkan 2 (28,6%) disfungsi ginjal awal, dan 1 (14,2%) insufisiensi ginjal kronik. Keterlibatan jantung didapatkan efusi perikardial pada 3 (42,8%). Subjek Malar rashdan artritis serta gejala konstitusional demam berkepanjangan pada semua pasien. Kesimpulan. Pada laporan awal, keterlibatan ginjal merupakan manifestasi klinis terbanyak kasus LES, disertai anemi, malar rash,artritis, dan gejala konstitusional umum demam berkepanjangan.
Terapi Leukemia Mieloblastik Akut Anak: ProtokolAra-C, Doxorubycinedan Etoposide $'(YV0RGLÀNDVLNordic Society of Pediatric Hematology and Oncology(m-NOPHO) Eddy Supriyadi; Ignatius Purwanto; Pudjo Hagung Widjajanto
Sari Pediatri Vol 14, No 6 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.19 KB) | DOI: 10.14238/sp14.6.2013.345-50

Abstract

Latar belakang. Pengobatan leukemia mieloblastik akut (LMA) telah banyak mengalami kemajuan. Di negara maju, keberhasilan pengobatan sudah mencapai 65%, sementara di Indonesia diperkirakan masih di bawah 10%.Tujuan.Mengetahui profil LMA mengevaluasi keberhasilan pengobatan. Metode.Dilakukan analisis terhadap catatan medis pasien LMA yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Sardjito Jogjakarta pada tahun 1999-2011. Diagnosis ditetapkan berdasarkan analisis morfologi dan sitokimia terhadap apus sumsum tulang dan atau darah tepi. Analisis survivaldilakukan terhadap pasien yang diberi pengobatan dengan protokol ADE atau m-NOPHO. Hasil.didapatkan 210 pasien berumur 0–17 tahun yang didiagnosis LMA. Enampuluh delapan mendapat kemoterapi, 46 (32%) dengan protokol ADE, 91 (64%) dengan protokol m-NOPHO, dan 5 (4%) pasien diobati dengan protokol lain. Event Free Survival (EFS)setelah lima tahun pada pasien yang mendapat kemoterapi adalah 2,4%, pasien sesudah 4 tahun dengan protokol m-NOPHO (3,7% ± 2,3%), sedangkan semua pasien yang menggunakan protokol ADE meninggal sebelum 1,5 tahun pengamatan (p=0,005).Kesimpulan.Tingkat keberhasilan pengobatan LMA di RS Dr. Sardjito masih sangat rendah. Pengobatan dengan protokol m-NOPHO mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan protokol ADE.
Pengaruh Vaksinasi BCG Terhadap Serum Interferon Gamma pada Kasus Asma Ekstrinsik Atopi Anak Yolanda Olivia Palandeng; Diana Devi Takumansang Sondakh
Sari Pediatri Vol 10, No 3 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.009 KB) | DOI: 10.14238/sp10.3.2008.207-11

Abstract

Latar belakang. Prevalensi asma makin meningkat, diduga berkaitan dengan kejadian infeksi pada anak yang menurun sehingga menyebabkan pergeseran keseimbangan antara limfosit T helper 1 (Th1) dan T helper 2 (Th2) ke arah predominan Th2. Infeksi mikobakterium dan vaksinasi BCG dapat meningkatkan respon imun Th1 (interferon gamma (IFN-γ)) dan menekan Th2.Tujuan. Mengetahui pengaruh vaksinasi BCG terhadap kadar IFN-γ serum pasien asma ekstrinsik atopi anak setelah vaksinasi BCG satu kali.Metode. Penelitian kuasi-eksperimental pretest posttest control group design pada anak asma atopi. Pengacakan perlakuan dilakukan terhadap subjek ke dalam kelompok BCG dan plasebo. Sebelum dan 8 minggu sesudah perlakuan diukur kadar IFN-γ serum.Hasil. Kadar IFN-γ serum tidak meningkat sesudah vaksinasi BCG (median 1,580 dan 0,780 pg/ml, p= 0,326) dan plasebo (median 1,255 dan 0,670 pg/ml, p= 0,079). Selisih kadar IFN-γ serum kelompok BCG dan plasebo tidak berbeda bermakna (median 0,020 dan -0,420 pg/ml, p= 0,449).Kesimpulan. Kadar IFN-γ serum pasien asma ekstrinsik atopi anak tidak meningkat setelah vaksinasi BCG 1 kali.
Ensefalopati Dengue pada Anak Novie Homenta Rampengan; Mulya Rahma Karyanti; Sri Rezeki Hadinegoro
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.419-25

Abstract

Latar belakang. Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yangbervariasi. Ensefalopati dengue atau demam berdarah dengue (DBD) dengan keterlibatan susunan sarafpusat (SSP) merupakan kondisi yang jarang terjadi namun angka kematiannya cukup tinggi.Tujuan. Mengetahui insiden, karakteristik demografik, manifestasi klinis, laboratorium dan luaran pasiendengan ensefalopati dengue.Metode. Studi deskriptif retrospektif di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Kriteria inklusiadalah rekam medik pasien yang dirawat di RSCM tahun 2006-2010 dengan diagnosis ensefalopatidengue.Hasil. Terdapat 20 pasien (2,8%) ensefalopati dengue dari 717 pasien infeksi virus dengue. Pasien terbanyakberusia 2-5 tahun (8 pasien) diikuti usia >10 tahun (7 pasien) dengan rerata usia 6,6 tahun. Kejadian DBDdengan syok terdapat pada 13 pasien, kejang pada 8 pasien, perdarahan saluran cerna pada 12 pasien danrerata penurunan kesadaran pada hari ke 4,3 dengan lama 2,5 hari. Laboratorium didapatkan rerata natrium131,6 meq/L, rerata SGOT/AST 2347 mg/dl dan rerata SGPT/ALT 630 mg/dl. Terdapat pemanjanganPT dengan rerata 22,4” dan pemanjangan aPTT dengan rerata 86,2”. Didapatkan infeksi sekunder denguepada 18 pasien. Antimikroba diberikan pada 16 pasien sedangkan kortikosteroid pada 5 pasien. Ditemukan3 pasien dengan gejala sisa berupa slurred speech, afasia dan tetraparesis serta 1 pasien meninggal.Kesimpulan. Insiden ensefalopati dengue 2,8% dengan infeksi sekunder dengue sebagai penyebab tersering,namun tidak terdapat perbedaan kelompok usia dibandingkan DBD. Terdapat peningkatan yang tinggidari serum transaminase, pemanjangan PT/APTT, hiponatremia. Terdapat gejala sisa pada 3 dari 19 pasienyang hidup.
Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Pseudomonas aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum Prambudi Rukmono; Reni Zuraida
Sari Pediatri Vol 14, No 5 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.048 KB) | DOI: 10.14238/sp14.5.2013.332-6

Abstract

Latar belakang. Kematian neonatal akibat sepsis neonatorum masih sangat tinggi, salah satu kemungkinan disebabkan kegagalan terapi antibiotik. Pseudomonas aeroginosa sebagai salah satu penyebab sepsis neonatorum kemungkinan sudah resisten terhadap beberapa antibiotik.Tujuan. Mengetahui resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap beberapa antibiotik.Metoda. Dilakukan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi target adalah pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Level II Neonatal Rumah Sakit Abdul Moeloek Lampung (RSAM), selama periode Juli−Desember 2010. Kriteria inklusi, pasien menunjukkan gejala klinis sepsis neonatorum. Kriteria eksklusi, pasien yang meninggal sebelum diambil spesimennya. Pasien diambil sampel darahnya untuk pemeriksaan biakan. Biakan yang tumbuh dan dicurigai sebagai koloni kuman diidentifikasi. Uji kepekaan dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer (disc diffusion technique). Interpretasi National Committee for Clinical Laboratory Standard.Hasil. Terdapat 14 jenis antibiotik yang diteliti >50% resisten terhadap Pseudomonas aeruginosa seperti ampisilin, eritromisin, amoksisilin, sefuroksim, seftriakson, gentamisin, tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidiksid, sulfonamid kompleks. Sedangkan 11 macam antibiotik yang diteliti >50% sensitif di antaranya meropenem, klindamisin, amikasin, norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, fosfomisin, seftazidim, netilmisin, kanamisin. Antibiotik lini pertama di Unit Perawatan Intensif Level II Neonatal RSAM yaitu ampisilin dan gentamisin, lini kedua seftazidim dan amikasin sedangkan lini ke tiga adalah meropenem.Kesimpulan. Pseudomonas aeroginosa telah resisten terhadap 14 jenis antibiotik, sehingga para klinisi harus berhati-hati dalam memilih antibiotik terutama golongan sefalosporin.
Pemberian Antitrombin III pada Anak dengan Keadaan Sepsis Marissa Tania Stephanie Pudjiadi; Rismala Dewi
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.187 KB) | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.373-80

Abstract

Keadaan sepsis yang berat akan memacu keluarnya sitokin yang mengaktivasi jalur koagulasi sistemik sehinggaberakhir pada proses disseminated intravascular coagulation (KID). Pada kasus ini, Antitrombin III(AT III) diberikan pada seorang anak perempuan berusia 14 tahun dengan diagnosis kerja anemia aplastikdan sepsis berat. Kadar AT III pada pasien sepsis akan menurun sampai 60% dan akan tetap rendah selamaproses sepsis masih berlangsung. Suplementasi dari luar akan meningkatkan kadar AT III sesuai target yangdiharapkan. Waktu pemberian AT III yang tepat adalah pada saat pasien sepsis mengalami non-overt KIDatau pada saat pasien mengalami sepsis yang tergolong pada stratum II (berisiko tinggi terhadap kematian).Dari data yang ada pemberian AT III dosis rendah memberikan perbaikan yang lebih nyata dibandingkandosis tinggi, namun dosis AT III sebaiknya dihitung secara individual berdasarkan kadar AT III aktual danberat badan pasien. Mengenai efek perdarahan pada penggunaan AT III dengan heparin sampai saat inimasih kontroversial. 
Profil Sindrom Nefrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah Denpasar GAP Nilawati
Sari Pediatri Vol 14, No 4 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.4.2012.269-72

Abstract

Latar belakang. Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperkolesterolemia.Tujuan. Untuk mengetahui karakteristik, gambaran klinis, dan laboratorium anak dengan sindromnefrotik.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data dari rekam medis pasien sindrom nefrotikselama periode 2001-2007, di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar.Hasil. Selama periode 6 tahun (2001-2007), terdapat 68 anak dengan sindrom nefrotik. Usia berkisar dari 6bulan sampai dengan 11 tahun (rerata 5,1),laki-laki 50 (73,5%), perempuan 18 (26,5%) dengan rasio 2,7:1.Sebagian besar pasien datang dengan keluhan utama bengkak 62 (91%), demam 2 (3%), kejang 2 (3%), dan syok2 (3%). Kadar albumin rata-rata 1,02 ± 0,67, kolesterol 485,3±162,39, 14,7% dengan hematuria. Peningkatankreatinin 16 (23,5%), respons terhadap terapi 58 (85,2%) sensitif steroid, 10 (14,8%) resisten steroid.Kesimpulan. Sindrom nefrotik lebih banyak mengenai laki-laki dibandingkan perempuan. Sebagianbesar pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak dan proteinuria masif. Respons pengobatanmenunjukkan sebagian besar sensitif terhadap steroid.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pneumonia Bakteri pada Anak Ida Bagus Subanada; Ni Putu Siadi Purniti
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.184-9

Abstract

Latar belakang. Penyebab pneumonia penting dibedakan. Beberapa faktor yang dihubungkan denganpenyebab pneumonia adalah suhu, derajat pneumonia, gambaran foto dada, jumlah leukosit, dan kadarC-reactive protein (CRP).Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara suhu, derajat pneumonia, gambaran foto radiologi dada,jumlah leukosit, dan CRP dengan pneumonia bakteri.Metode. Penelitian retrospektif, dengan desain potong lintang, data didapat dari rekam medis pasien rawatinap dengan diagnosis pneumonia. Data yang diperoleh dilakukan analisis univariat dan multivariat dengantingkat kemaknaan 􀁁=0,05 (IK95%).Hasil. Derajat pneumonia tidak berhubungan dengan gambaran foto dada, dan kadar CRP; sedangkan suhudan jumlah leukosit berhubungan dengan pneumonia bakteri RP 36,0 (IK 95% 6,46;200,97), p=<0,0001dan RP 4,2 (IK 95% 1,39;12,88), p=0,012.Kesimpulan. Suhu dan jumlah leukosit berhubungan dengan pneumonia bakteri

Page 16 of 151 | Total Record : 1509


Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue