Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan

TINGKAT PENGETAHUAN PEGAWAI KAMAR MAYAT DALAM MELAKUKAN KEGIATAN PEMULASARAAN JENAZAH BERDASARKAN KUESIONER MENURUT PERATURAN YANG BERLAKU DI BEBERAPA RUMAH SAKIT TIPE C PROVINSI LAMPUNG Jims Ferdinan Possible; Dwi Robbiardy Eksa; Intan Rizka
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 4 (2017): Volume 4 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.496 KB) | DOI: 10.33024/.v4i4.1326

Abstract

AbstractHIV/AIDS is still a problem in Indonesia with the highest risk factors for transmission through heterosexual relations. Although heterosexual intercourse is the main cause of HIV transmission factors, there are still a couple people living with HIV can live normally without being infected with HIV even though many – year fixed sexual intercourse. The couple called serodiscordant. Phenomenology study was conducted to explore various sexual experience serodiscordant in maintaining negative HIV status at RSPI, Prof. Dr. Sulianti Saroso. As many as 6 serodiscordant participated in this study. Data collected by in-depth interviews. The four main themes identified in this study: (1) knowledge of HIV/AIDS, transmission method and causes the infected husband, (2) sexual Needs, (3) the prevention of HIV transmission, (4) views about sexuality. A good knowledge about the prevention of HIV serodiscordant ability badly in maintaining its negative HIV status during this time by means of the use of contraceptives and provide support in compliance to consume ARVS. Required education and ongoing counseling on improving his knowledge in serodiscordant about HIV/AIDS so as to reduce the occurrence of new cases of HIV. Keywords: sexual experience, Serodiscordant, maintaining a negative HIV statusHIV/AIDS masih menjadi masalah di Indonesia dengan faktor risiko tertinggi penularan melalui hubungan heteroseksual. Meskipun hubungan  heteroseksual merupakan faktor penyebab utama penularan HIV,  masih ada pasangan ODHA HIV Positif- HIV negatif dapat hidup dengan normal tanpa tertular HIV meski bertahun – tahun tetap melakukan hubungan seksual. Pasangan ini disebut serodiskordan. Studi fenomenologi ini dilakukan untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman seksual serodiskordan dalam mempertahankan status HIV negatif di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Sebanyak 6 serodiskordan berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Empat tema utama teridentifikasi dalam studi ini : (1) Pengetahuan tentang HIV/AIDS, cara penularan dan penyebab suami terinfeksi, (2) Kebutuhan seksual, (3) Pencegahan penularan HIV, (4) Pandangan tentang seksualitas. Pengetahuan yang baik mengenai pencegahan penularan HIV sangat berdampak pada kemampuan serodiskordan dalam mempertahankan status HIV negatifnya selama ini dengan cara penggunaan kontrasepsi dan memberikan dukungan dalam kepatuhan mengkonsumsi ARV. Diperlukan edukasi dan konseling yang berkelanjutan pada serodiskordan dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai HIV/AIDS sehingga dapat mengurangi terjadinya kasus baru  HIV.Kata Kunci: Pengalaman Seksual, Serodiskordan, Mempertahankan status HIV negatif
HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS HAJI PEMANGGILAN KECAMATAN ANAK TUHA KAB. LAMPUNG TENGAH Muhammad Yunus; I Wayan Chandra Aditya; Dwi Robbiardy Eksa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 3 (2021): Volume 8 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v8i3.5193

Abstract

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penderita hipertensi akan terus meningkat seiring jumlah penduduk yang bertambah dan diperkirakan 29% warga dunia akan terkena hipertensi. Hipertensi juga menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyebab hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor genetic seperti usia dan jenis kelamin, serta gaya hidup dan pola makan. Di Puskesmas Haji Pemanggilan hipertensi menduduki lima besar penyakit terbanyak yang diderita masyarakat dan terus meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Haji Pemanggilan Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien yang berobat di Balai Pengobatan Puskesmas Haji Pemanggilan tahun 2020 dengan jumlah sampel yang terpilih sebanyak 268 pasien dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar check-list dan pengolahan data menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi usia terbanyak adalah 51-60 sebanyak 135 pasien (50,4%), distribusi frekuensi jenis kelamin wanita sebanyak 160 responden (59.7%) dan untuk pre hipertensi sebanyak 77 pasien (28,7%), hipertensi Stage I sebanyak 76 pasien (28,4%), dan hipertensi stage II sebanyak 22 pasien (8,2%). Ada hubungan usia dengan kejadian hipertensi dengan nilai p value= 0,000, namun jenis kelamin tidak berhubungan dengan nilai p value= 0,841. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan usia dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Haji Pemanggilan Tahun 2020 sehingga diperlukan upaya pencegahan dengan promosi kesehatan khususnya pada pasien yang memasuki usia lanjut.
PENGARUH AKTIVITAS MELIHAT JARAK DEKAT TERHADAP ANGKA KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019 Dwi Robbiardy Eksa; Putri Pratiwi; Marni Marni
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2019): Volume 6 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.171 KB) | DOI: 10.33024/jikk.v6i2.2291

Abstract

Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki prevalensi tinggi di dunia dan hampir 90% miopia terjadi di negara berkembang. Meskipun penyebab pasti miopia masih belum jelas, namun bukti-bukti  yang ada menunjukkan bahwa penyebab multifaktorial berhubungan dengan faktor keturunan (genetik) dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan adalah lamanya aktivitas melihat dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh aktivitas melihat jarak dekat terhadap angka kejadian miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati angkatan 2016. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subyek penelitian sebanyak 77 orang dipilih secara purposive sampling dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 dengan mengisi kuesioner, yang diambil pada bulan Maret 2019. Uji statistik menggunakan uji Chi-Square. Distribusi frekuensi responden yang mengalami miopia derajat sedang (>3-6 Dioptri) sebanyak 18 responden (28.6%), lama membaca buku, komputer/gadget termasuk kedalam kategori tidak baik (> 2 jam) 14  responden (22,2%), aktivitas jarak membaca buku, komputer/ gadget termasuk kedalam kategori tidak baik (< 30 cm) sejumlah 24 responden (38,1%). Terdapat pengaruh antara lama membaca buku, komputer/gadget terhadap angka kejadian miopia (p value 0,016), Terdapat pengaruh antara jarak membaca buku, komputer/gadget terhadap angka kejadian miopia ( p value 0,001). Terdapat pengaruh antara aktivitas melihat jarak dekat (lama dan jarak membaca buku, komputer/gadget) terhadap angka kejadian miopia.
PREVALENSI KELENGKAPAN PENULISAN DESKRIPSI LUKA PADA KORBAN HIDUP KASUS TRAUMA MEKANIK BERDASARKAN DATA REKAM MEDIK MENURUT KEILMUAN FORENSIK DI INSTALANSI FORENSIK RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 Jims Ferdinan Possible; Dwi Robbiardy Eksa; Yandi Pirnata
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 3 (2017): Volume 4 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.671 KB) | DOI: 10.33024/.v4i3.1313

Abstract

Latar belakang : Trauma mekanik dapat terjadi pada peristiwa apapun seperti kecelakaan¸ penganiayaan, bunuh diri, pembunuhan dan lain lain. Dalam menceritakan tentang trauma mekanik yang terjadi di tubuh manusia harus menyebutkan karakteristik trauma tersebut dengan gambaran atau deskripsi luka pada data rekam medik, hal tersebut sesuai menurut keilmuan forensik yang sering di butuhkan dalam proses peradilan.Tujuan Penelitian : Untuk melihat prevalensi kelengkapan penulisan deskripsi luka pada korban hidup kasus trauma mekanik dalam data rekam medik sesuai kaidah tata cara penulisan deskripsi luka menurut keilmuan forensik.Metode penelitian : Desain penelitian deskriftif retrospektif dengan desain penelitian cross sectional, teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Didapatkan lembar rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 327 pasien.Hasil penelitian Karakteristik deskripsi luka berdasarkan kelengkapan penulisan deskripsi luka sebanyak 100 (30.6 %) lembar rekam medis pasien ditulis lengkap, berdasarkan kelengkapan penulisan jenis luka sebanyak 287 (87.8 %) lembar rekam medis pasien ditulis deskripsi jenis luka dengan lengkap, berdasarkan kelengkapan penulisan lokasi luka sebanyak 327 (100 %) lembar rekam medis pasien ditulis lokasi lukanya dengan lengkap, berdasarkan kelengkapan penulisan bentuk luka sebanyak 155 (47.4 %) lembar rekam medis pasien ditulis bentuk perlukaannya, berdasarkan kelengkapan penulisan ukuran luka sebanyak 323 (98.8 %) lembar rekam medis pasien ditulis ukuran luka dengan lengkap, berdasarkan kelengkapan penulisan jumlah luka sebanyak 231 (70.6) lembar rekam medis pasien ditulis jumlah lukanya dengan lengkap.Kesimpulan : Distribusi frekuensi deskripsi luka berdasarkan kelengkapan penulisannya yang paling banyak ditulis oleh tenaga kesehatan yang terkait yaitu lokasi luka sebanyak 327 (100%) dari 327 lembar rekam medis pasien sedangkan yang sering tidak ditulis oleh tenaga kesehatan yang terkait yaitu pada penulisan bentuk luka sebanyak 155 (47,4%) dari 327 lembar rekam medis pasien.
HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI KELASI DENGAN KADAR FERITIN PADA PENDERITA TALASEMIA MAYOR DI RSUD H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Mala Kurniati; Dwi Robbiardy Eksa; Chintia Risnawati
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2020): Volume 7 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.476 KB) | DOI: 10.33024/jikk.v7i2.2735

Abstract

Thalasemia adalah sindrom kelainan bawaan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin karena adanya mutasi pada gen globin. Pasien beta thalasemia mayor yang menerima transfusi darah berulang menyebabkan akumulasi besi yang dapat ditentukan dengan pengukuran serum feritin. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar feritin adalah kepatuhan terapi kelasi, yang dapat dinilai menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Tujuan penelitian ini yaitu menentukan tingkat kepatuhan terapi chelation dan kadar feritin pada pasien thalassemia mayor di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 40 orang yang menerima transfusi darah dan terapi kelasi. Pengumpulan data diambil dari rekam medik dan nilai kepatuhan terapi dinilai oleh MMAS. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman. Sebagian besar pasien berjenis kelamin waktu sebanyak 25 orang (62,5%). Rentang usia terbanyak 5-11 tahun (45,0%). Kadar hemoglobin sebelum transfusi berkisar antara 6 hingga 7,9 mg / l (52,5%). Pasien dengan talasemia mayor paling banyak memiliki berat badan kurang (82,5%). Rata-rata skor MMAS 3,3 ± 1,9, kadar rata-rata 4499,0 ± 3308,5 ng / ml. Ada korelasi yang signifikan antara kepatuhan terapi kelasi dengan kadar feritin sebesar 0,768 yang menunjukkan korelasi positif dan kuat pada pasien thalasemia mayor di Rumah Sakit H. Abdul Moeloek Lampung.
LAPORAN KASUS : KANKER PARU KIRI JENIS ADENOKARSINOMA DENGAN HEMOPTISIS NON MASIVE Syazili Mustofa; Anggi Adelia; Achmad Gozali; Sukarti Sukarti; Rizki Putra Sanjaya; Dimas Trend PB; Dwi Robbiardy Eksa; I Made Afryan SL; Fitriyah Fitriyah; Isura Febrihartati
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 5 (2023): Volume 10 Nomor 5
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v10i5.10085

Abstract

Abstrak : Kanker Paru Kiri Jenis Adenocarcinoma dengan Hemoptisis NonMasive. Angka kejadian kanker paru di Indonesia berada urutan ke delapan di AsiaTenggara dan menempati urutan ke-23 di Benua Asia. Kejadian kanker paru diIndonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Salah satu komplikasi penyakitkanker paru adalah hemoptisis dan sebanyak 25% kasus hemoptisis berhubungandengan keganasan rongga toraks. Telah dilaporkan satu kasus di RSUD dr. H. AbdulMoeloek Lampung dengan keluhan batuk bercak darah pada seorang laki-lakiberusia 53 tahun. Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien sudahmerasakan sesak sejak 2 bulan yang lalu disertai dengan nyeri dada kiri. Pasienjuga mengeluhkan berat badannya menurun secara drastis. Pasien memiliki riwayatmerokok yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Pada pemeriksaan fisikditemukan bunyi napas yang menurun pada hemithoraks kiri. Hasil pemeriksaanradiologi memperlihatkan adanya opasitas homogeny pada medial hemithoraks kiri.Pasien didiagnosis dengan kanker paru kiri dengan hemoptisis non massive.Diberikan penanganan dengan anti-fibronolitik dan kemoterapi pada pasien.