Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Pembaruan kalender masehi Delambre dan implikasinya terhadap jadwal waktu Salat Muhammad Himmatur Riza; Ahmad Izzuddin
Ulul Albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Vol 3, No 2 (2020): Vol. 3, No. 2, April 2020
Publisher : Sultang Agung Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jua.v3i2.7995

Abstract

Kalender Masehi merupakan sistem penanggalan berbasis Matahari (Solar System), yakni menggunakan peredaran Bumi mengelilingi Matahari yang berjumlah 365,2425 hari dalam satu tahun. Penentuan awal waktu salat juga mengacu pada kalender Masehi tersebut. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncul sebuah fakta bahwa nilai rata-rata kalender Gregorian memiliki selisih 0,0003 hari per tahun dengan nilai tahun tropis saat ini. Selisih itu akan terakumulasi menjadi 1 hari dalam 3600 tahun. Hal ini menjadi alasan untuk melakukan pembaruan kalender Masehi. Seorang astronom Prancis bernama Jean Baptiste Joseph Delambre mengusulkan gagasannya dalam memperbarui sistem aturan yang ada pada kalender Gregorian, yakni panjang satu tahun sipil rata-rata 365 hari 5 jam 48 menit 48 detik atau 365,2422 hari. Dalam 3600 tahun ada 872 kali interkalasi, artinya menhapus 1 hari dari interkalasi tahun Gregorian dan tahun 2800 dipilih sebagai tahun kabisat yang diubah menjadi tahun basitoh. Sehingga dalam jadwal waktu salat pada tahun 2800 terdapat selisih awal waktu salat pada  tanggal 29 Februari dan tanggal 1 Maret. 
Sundial Horizontal dalam Penentuan Penanggalan Jawa Pranata Mangsa Muhammad Himmatur Riza
Ulul Albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Vol 2, No 1 (2018): Vol. 2, No. 1, Oktober 2018
Publisher : Sultang Agung Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jua.v2i1.3016

Abstract

Sundial as a historic astronomical instrument that can be used in solving several basic astronomical problems. The "Pranata Mangsa" Javanese calendar which the determination is based on the position of the sun becomes a reliable thing to be calculated. There has been an existing method that some farmers use their feet soles to determine the first "mangsa" in "pranata mangsa" Javanese calendar. According to the author, this method doesn't produce an accurate result. Regarding to the ineffective "pranata mangsa" javanese calendar determination, sundial can be used to solve the problems of "pranata mangsa" Javanese calendar determination. A qualitative research is used in this paper with descriptive-analytic approach which aims to know the in-depth description that illustrate the concept of astronomy of the "horizontal sundial" and analyze the mathematical concept of the position of the sun and others data that are required in the determination of the "pranata mangsa" Javanese calendar. This research uses data collecting techniques through field research which is considering the horizontal sundial as a primary data and the participant observation for the observation method and experiment for finding some important data. The secondary data of the research comes from some literatures and documents in a form of books, articles and papers which is related to the research object. The finding of this research is the determination of the "pranata mangsa" javanese calendar using "horizontal sundial" method uses feet soles of a person which is reliable to get an accurate result. This is purely coming from the way how some Javanese people determine the "pranata mangsa" Javanese calendar directly in field.
Sistem Penanggalan Istirhamiah: Upaya Mendobrak Hegemoni Penanggalan Masehi Muhammad Himmatur Riza
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 6, No 1 (2020): Al-Marshad
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jam.v6i1.4506

Abstract

Penanggalan Istirhamiah merupakan sistem penanggalan berbasis Matahari (Solar System) yang sama dengan penanggalan Masehi. Penanggalan Istirhamiah ini sangat melekat di hati jamaah Majelis Istirhami. Perbedaan Penanggalan Istirhamiah dengan Penanggalan Masehi bukan hanya mengganti kata Masehi dengan Istirhamiah, tetapi juga awal tahunnya. Penanggalan Istirhamiah dimulai pada tahun 1998, tahun di mana mulai disusunnya selawat Istirham. Begitu pula nama-nama bulan pada penanggalan Istirhamiah juga berbeda dengan bulan-bulan dalam penanggalan Masehi. Penanggalan ini masih eksis sampai sekarang karena seluruh jemaah Majelis Istirhami dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari menggunakan Penanggalan Istirhamiah. Tujuan utama dibuatnya Penanggalan Istirhamiah yakni untuk mereduksi dan mendobrak hegemoni Penanggalan Masehi.
Dinamika Waktu Imsak pada Jadwal Imsakiyah Ramadan Moh Yusuf Faizin; Muhammad Himmatur Riza; Muhammad Habibur Rahman
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 7, No 2 (2021): Al-Marshad
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jam.v7i2.7789

Abstract

The timing of imsak in Indonesia listed in the Imsakiyah Ramadan schedule is very important to be understood and implemented in the community because imsak relates to the time of the start of fasting both fasting in Ramadan and fasting sunnah and to know the time of the start of fajr prayer. The determination of fajr prayer in each region has a different time, this difference is because each region has different astronomical data from latitude to longitude of a place therefore it takes time ihtiyath. The problem that occurs in the community in implementing imsakiyah schedule is not paying attention to the calibration of the clock, the difference in the use of high sun early at dawn and eating or drinking at dawn.
THE EFFECT OF EL NINO AND LA NINA ON THE INTENSITY OF DETERMINING QIBLA DIRECTION Muhammad Himmatur Riza; Nihayatul Minani
Al-Hilal: Journal of Islamic Astronomy Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.028 KB) | DOI: 10.21580/al-hilal.2021.3.1.7663

Abstract

On the basis of the annual pseudo motion of the Sun, there is a division of the seasons. In terms of seasons, there are several natural phenomena that can affect the seasons on earth, especially the natural phenomena of El Nino and La Nina. In Indonesia, El Nino can result in a longer dry season and La Nina can cause a longer rainy season. Thus, any research related to the influence of El Nino and La Nina is very important to do to determine whether these two natural phenomena affect the intensity of determining the direction of the Qibla. This research is included in the Library Research using qualitative research methods with a descriptive format. Data collection techniques used are documentation or literature and non-participant observation. Meanwhile, to analyze the data, the authors processed the field data obtained from the Class I Semarang Climatology Office to obtain the average climatological elements during the year of El Nino and La Nina, then the results were implemented in determining the direction of the Qibla. This study resulted in the finding that La Nina was sufficient to influence the implementation of determining the direction of the Qibla because at the time of La Nina the rain continued to occur throughout the year.
DIGITALISASI DAKWAH SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN PERADABAN BARU ISLAM DI MASA PANDEMI COVID-19 Muhammad Himmatur Riza
FASTABIQ: JURNAL STUDI ISLAM Vol 2, No 1 (2021): FASTABIQ: Jurnal Studi Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47281/fas.v2i1.33

Abstract

The Covid-19 pandemic has plagued all over the world. Many aspects of the social order have changed including da'wah activities. The development and existence of technology and restrictions on various religious activities during the Covid-19 pandemic are challenges and opportunities in da'wah activities. Research conducted is literature research that is by collecting data from various sources of references that already exist. The result of this research indicates that the speaker is required to have mastery in the field of technology and continuously to upgrade soft skills to preach in this era. The method that must be modern and practical dawah material becomes a bargaining value that is in demand by the community. This provides an opportunity for dai to document all forms of activities that are da'wah and can also publish muslims and the dynamics of their developing lives. Dai's role must be able to adapt and compete with the globalization of information technology that is already rapidly evolving and liberally controlled by the west, so as to build a new civilization of the face of Islam in the Islamic preaching activities.Keywords: Digitization of Da'wah, Covid-19 Pandemic, Islamic Civilization.Abstrak Pandemi Covid-19 telah mewabah dunia. Banyak aspek tatanan kehidupan sosial mengalami perubahan termasuk dalam kegiatan dakwah. Adanya perkembangan dan keberadaan teknologi serta pembatasan berbagai kegiatan keagamaan di masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan dan peluang dalam kegiatan dakwah. Penelitian ini dilakukan dengan berbasis data kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber referensi yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dai atau penceramah dituntut untuk memiliki penguasaan dibidang teknologi dan terus menerus untuk mengupgrade soft skill guna mampu berdakwah di era sekarang ini. Metode yang harus dimodernisasi dan materi dakwah yang praktis menjadi nilai tawar yang diminati oleh masyarakat. Hal ini memberikan peluang bagi para dai untuk mendokumentasikan segala bentuk kegiatan yang bersifat dakwah dan juga dapat mempublikasikan umat islam beserta dinamika kehidupannya yang sedang berkembang. Peran dai harus mampu beradaptasi dan bersaing dengan globalisasi teknologi informasi yang dikuasai yang sudah secara pesat berkembang dan dikuasai secara liberal oleh barat, sehingga mampu membangun peradaban baru wajah Islam dalam berdakwah.Kata kunci: Digitalisasi Dakwah, Pandemi Covid-19, Peradaban Islam.
Teleskop Ioptron Cube II dalam Penentuan Arah Kiblat: Teleskop, Arah Kiblat, Theodolite Izzuddin, Ahmad; Rahman, Muhammad Habibur; Riza, Muhammad Himmatur
AL - AFAQ : Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi Vol. 3 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.005 KB) | DOI: 10.20414/afaq.v3i1.2776

Abstract

Perkembangan metode-metode pengukuran arah kiblat di Indonesia sangat pesat, dari pengukruan menggunakan alat bantu tradisonal seperti Rubu’ Mujayyab sampai menggunakan alat bantu modern seperti Theodolite. Saat ini theodolite merupakan alat bantu yang dianggap paling akurat dalam pengukuran arah kiblat. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa Teleskop juga dapat digunakan untuk alat bantu pegukuran arah kiblat yang tingkat akurasinya tidak kalah dengan theodolite, karena dalam ilmu falak Telskop hanya difungsikan untuk kegiatan rukyatul hilal dan pengamatan gerhana. Penelitan ini dilakukan untuk mengenalkan kepada halayak umum terkait fungsi teleskop dalam menentukan arah kiblat sekaligus menambah khazanah keilmuan dalam ilmu falak. Dari praktik pengukuran yang telah dilakukan, ternyata teleskop terbulti layak dan akurat untuk menentukan arah kiblat.
Manajemen Pengelolaan Makam Wali Sebagai Eduwisata Religi Di Desa Krandon Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Chamami, Mukhamad Rikza; Riza, Muhammad Himmatur; Hidayah, Vika Rachmania; Syamkhotsaa, Wellaa
Journal of Dedicators Community Vol 8, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/jdc.v8i3.6230

Abstract

Kota Kudus menjadi kota yang menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan yang menyukai wisata religi. Hal ini disebabkan kabupaten Kudus sebagai salah satu kabupaten pusat pembelajaran agama Islam di tanah Jawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ABCD (Asset Based Community Development). Metode ini merupakan metode dengan model pendekatan dalam mengembangkan masyarakat.  Pendekatan atau metode ini menekankan pada inventarisasi aset atau potensi aset yang terdapat pada desa tersebut atau masyarakat. Pendekatan ABCD ini memiliki 5 tahapan, yaitu Discovery, Dream, Desain, Define dan Destine. Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara swa kelola. Pelaksanaan  kegiatan yang dilakukan pada tahun anggaran 2023 ini, pelaksanaannya diatur waktunya dalam tiga tahap diantaranya tahap pertama persiapan pelaksanaan, tahap kedua pelaksanaan pengabdian, tahap ketiga evaluasi. Capaian hasil kinerja pengabdian dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan “Manajemen Pengelolan Makam Wali sebagai Eduwisata Religi di Desa Krandon”, yaitu pihak pengelola makam dan masyarakat memahami pentingnya melakukan manajemen pengelolaan makam agar dapat menjadi eduwisata religi bagi desa Krandon.
Visiting Lacturer Konsep Astronomi Dan Fikih Dalam Penentuan Arah Kiblat Di Lingkungan Institut Islam Mambaul Ulum (IIM) Surakarta Fitriyani, Fitriyani; Baehaqi, Baehaqi; Riza, Muhammad Himmatur
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2024): November 2024 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v4i6.629

Abstract

Penenetuan arah kiblat masih awam kalangan umat Islam di Indonesia. Hal ini dibuktkan dengan banyak masjid di Indonesia yang mengalami kemelencengan arah kiblatnya. Dengan demikian, Institut Islam Mambaul Ulum Surakarta mengadakan Kegiatan visiting lecturer tentang konsep astronomi dan fikih dalam penentuan arah kiblat dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 November 2024 pukul 16.15 WIB hingga 17.30 WIB secara daring (online) melalui media Zoom. Tujuan kegiatan adalah memberikan ilmu baru kepada mahasiswa dan dosen di lingkungan IIM Surakarta dalam bidang Ilmu Falak khususnya dalam penentuan maupun problematika penentuan arah kiblat di Indonesia. Kegiatan berjalan dengan lancar dan sukses. Kegiatan dilakukan dengan dua tahap yaitu Pemateri pertama memaparkan tentang penentuan arah kiblat perspektif fikih. Dilanjutkan kegiatan kedua menyampaikan materi perspektif astronomi. Dengan kegiatan ini, mahasiswa maupun akademika IIM Surakarta dapat mengetahui tentang penentuan arah kiblat.
Analysis of the Early Determination of the Kamariah Month Perspectives of Fiqh and Astronomy Baiti Musfiroh, Arsyita; Himmatur Riza, Muhammad
Astroislamica: Journal of Islamic Astronomy Vol. 1 No. 2 (2022): Astroislamica: Journal of Islamic Astronomy (Desember)
Publisher : Islamic Astronomy Department, Sharia and Law Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.725 KB) | DOI: 10.47766/astroislamica.v1i2.969

Abstract

The initial determination of the lunar month in Indonesia is carried out by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia as a government representative, with the criteria currently used being a minimum of 2o height of the new moon, 3o of elongation and 8 hours of the new moon's age. Astronomers doubt the results of the sighting without visuals from the new moon, especially when the new moon is too low, while jurists hold on to the testimony of the explorer even though there are no visual results. One of the supporting factors for the visibility of the new moon is the weather. Therefore the author formulates the problem, namely how to determine the beginning of the lunar month according to the Indonesian Ministry of Religion and analysis according to fiqh and astronomy with the study of the Decree of the Minister of Religion (KMA) regarding the determination of the beginning of Ramadan, Shawwal and Zulhijah 1435 H/ 2014 M – 1440 H/ 2019 M. This research includes a qualitative research library. The primary data source for this research is the Decree of the Minister of Religion of the Republic of Indonesia (1 Ramadan, Shawwal and Dzulhijjah) in 1381 H -1440 H / 1962 AD - 2019 AD issued by the Directorate General of Islamic Community Guidance, Ministry of Religion of the Republic of Indonesia, while secondary data sources were obtained from documents , reports, manuscripts and technical instructions that support primary data. The determination of the beginning of the lunar month carried out by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia is one of the government's ijtihad carried out to unite Muslims in Indonesia, the determination through an isbat meeting based on the results of reckoning and verification of the rukyatul hilal which is carried out throughout Indonesia. In fiqh terms, the determination made by the government is in accordance with fiqh principles, including hukm al-hakim ilzan wa yarfa'u al khilaf, tasharruf al-imam 'ala raiyatih manuthun bi al mashlahah, and yattabi' al mashlahah ar raajihah. Astronomically, weather factors such as air temperature, air humidity, rainfall, wind speed and direction support the sighting of the new moon during the sighting.