Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Preferensi Pakan Stadia Larva Ulat Api (Setothosea asigna) terhadap Daun Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Antonius Mula Jaya Simbolon; Julaili Irni; Bayu Pratomo
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 23, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v23i1.5650

Abstract

Peranan serangga sebagai hama menyebabkan kerugian bagi tanaman budidaya dan manusia. Terutama Setothosea asigna sebagai ulat pemakan daun tanaman kelapa sawit, sehingga pengendalian hama ini penting dilakukan, namun pedoman pengendalian yang selama ini di gunakan hanya berlandaskan pada jumlah larva di batas ambang ekonomi tanpa memperhatikan tipe instar larva Setothosea asigna yang menyerang tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi pakan stadia larva Setothosea asigna terhadap daun tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Penelitian dilakukan di lahan percobaan Emplasmen PTPN IV unit laras. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu experimental design dan teknik observasi untuk pengambilan objek penelitian. Perlakuan dalam penelitian adalah memberikan pakan daun tanaman kelapa sawit dengan 2 waktu yaitu pukul 07:00 WIB dan pukul 19:00 WIB. Hasil pengamatan menunjukkan tingkat konsumsi paling tinggi di pagi hari dan malam hari terdapat pada instar 7 larva S. asigna, dan hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa, tipe instar berbanding lurus dan berpengaruh secara langsung (positif) terhadap jumlah pakan. Preferensi pakan stadia larva Setothosea asigna terhadap daun tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) lebih aktif pada malam hari serta tingkat konsumsi pakan yang paling tinggi baik pagi ataupun malam hari terdapat pada instar 7 dan hubungan antara instar stadia larva Setothosea asigna terhadap jumlah pakan daun tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) baik pada pagi hari ataupun malam hari yaitu berbanding lurus dan berpengaruh secara langsung.
Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Tahap Pre-Nursery dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Kepok. Tengku Muhammad Sahiril Anhar; Rama R. Sitinjak; Edy Fachrial; Bayu Pratomo
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 24, No 1 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v23i2.6915

Abstract

Kelapa sawit merupakan satu dari sekian banyak komoditas penyumbang terbesar bagi devisa negara. Pertumbuhan bibit kelapa sawit sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara dengan pemanfaatan limbah organik seperti kulit pisang kepok dan urine domba. Hal tersebut akan mengurangi penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang dapat menciptakan pertanian ramah lingkungan. Selain itu, berdasarkan refrensi yang penulis baca masih sangat jarang dijumpai penelitian mengenai pemanfaatan kulit pisang kepok menjadi pupuk organik cair terutama aplikasi pada pembibitan kelapa sawit. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit di tahap Pre-Nursery setelah diberikan kulit pisang kepok sebagai Pupuk Organik Cair (POC) dengan dosis yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 1 faktorial. Faktornya adalah POC kulit pisang kepok yang terdiri dengan 4 taraf yaitu: Kontrol (A0), 50 ml (A1), 150 ml (A2), 300 ml (A3). Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (analysis of variance) di lanjutkan Duncans Multiple Range Test dengan signifikan 5 %. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat segar akar dan berat kering akar tanaman. Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa pengaplikasian pupuk organik cair kulit pisang kepok tidak berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan bibit kelapa sawit di tahap pre-nursery, namun bila berdasarkan data rataan, pengaplikasian 50 ml pupuk organik cair kulit pisang kepok mampu mendorong pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tahap pre-nursery.
Pemberian Kotoran Ayam dan Abu Janjang terhadap Pertumbuhan Elaeis guineensis Jacq di Pre Nursery Wahyu Prabowo; Bayu Pratomo; Julaili Irni; Nur Ariyani Agustina; Aisar Novita
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2020: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 “Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan K
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prabowo W, Pratomo B, Irni J, Agustina N. A, Novita A. 2020. Application of dung and empty fruit bunch to elaeis guineensis jacq growth in pre nursery. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang  20 Oktober 2020. pp. xx. Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).In an effort to implement zero waste management in oil palm plantations, bunch ash which is a waste product from palm oil mills can be used as fertilizer for oil palm plants. This study aims to determine the growth of oil palm seedlings after being given different doses of dung from chicken and bunch ash fertilizer. This study used an experimental method with a factorial randomized block design (RBD). The first factor is chicken manure which consists of 4 levels, namely: Control (P0), 70 gr (P1), 140 gr (P2), 210 gr (P3) and the second factor is oil palm basket ash fertilizer which consists of 4 levels namely: Control (A0), 13 gr (A1), 26 gr (A2), 39 gr (A3). The data obtained were analyzed using analysis of variance (Analysis of Variance) with a significant 5%. If it has a significant effect, continue with the Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Based on the results of the data analysis, it was found that the treatment of chicken manure did not have a significant effect on plant growth (shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, root dry weight and root length), and the interaction did not significantly affect the growth of oil palm seedlings in pre nursery. Although some of the parameters tested did not show any statistical effect, the physical growth of oil palm seedlings produced seeds that still met the seed growth standards in the pre-nursery.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI MIKORIZA DAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY Median Ramot Situmorang; Nur Ariyani Agustina; Bayu Pratomo
Jurnal Agro Estate Vol 4 No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Institut Teknologi Sawit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47199/jae.v4i2.143

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit kelapa sawit setelah diberi pupuk hayati mikoriza dan pupuk kascing dengan dosis yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 Faktorial. Faktor pertama adalah pupuk mikoriza yang terdiri dari 4 taraf yaitu: Kontrol (M0), 4 gr (M1), 8 gr (M2), 12 gr (M3) dan faktor kedua adalah pupuk kascing yang terdiri dari 4 taraf yaitu: Kontrol (K1), 40 gr (K1), 80 gr (K2), 120 gr (K3). Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance), dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan signifikan 5 %. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa perlakuan pupuk hayati mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kelapa sawit, sedangkan pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit, serta interaksi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (3.00 helai) pada minggu ke 8 setelah tanam.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PERTUMBUHAN Mucuna braceata D.C Angga Oktavianus; Hagai Jorenta Perangin-angin; Suryadi Risky Sirait; Bayu Pratomo
Jurnal Agro Estate Vol 6 No 1 (2022): Edisi Juni
Publisher : Institut Teknologi Sawit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47199/jae.v6i1.232

Abstract

Effect of OPEFB POC Application on Mucuna bracteata Seedling Growth. This study aims to determine the effect of application and dose level of EFB POC on the growth of Mucuna bracteata seedlings. This research was conducted from January to March using an experimental method with a Non-Factorial Randomized Block Design (RAK) with four replications and 7 levels of POC TKKS treatment: (P0) No POC TKKS treatment, (P1) 5 ml/polybad POC TKKS, ( P2) 10 ml/polybad POC TKKS, (P3) 15 ml/polybad POC TKKS, (P4) 20ml/polybad POC TKKS, (P5) 25 ml/polybad POC TKKS, (P6) 30 ml/polybad POC TKKS. Research data were analyzed using analysis of variance (Analysis of variance) and Tuckey's advanced test at 5% level. The results showed that giving POC OPEFB to the growth of Mucuna bracteata seedlings had a significant effect on the growth of tendril length and number of leaves.
Respon Pertumbuhan Setek Mucuna terhadap Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah Enda Sabda Gentri Sembiring; Julaili Irni; Rama Riana Sitinjak; Bayu Pratomo
Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan Vol 4 No 2 (2021): Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan
Publisher : Prodi. Agroteknologi dan Perkebunan, Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/agri.v4i2.162

Abstract

Introduction: This study aims to determine the growth response of Mucuna bracteata cuttings to the concentration and duration of soaking shallot extract. Materials and Methods: This study used a factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors, namely: shallot extract concentration (P) consists of 4 levels, include P0= untreated, P1= 10 ml, P2= 20 ml, P3= 30 ml, meanwhile the soaking time (Q) consists of 4 levels, such as Q0= momentarily dipping, Q1= 15 minutes, Q2= 30 minutes, Q3= 45 minutes. The data was processed by ANOVA and if significant, then further tested with Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the rate of 5%. Results: The concentration of shallot extract, soaking time and their interaction had a very significant effect on the survival percentage of Mucuna bracteata D.C. cuttings. The highest survival percentage of cuttings of Mucuna bracteata on the effect of shallot extract concentration and soaking time was obtained in the P0Q0, P0Q1, and P3Q2 treatments after the lid was opened at 4 weeks after planting. In the number of leaves also had significant effect in the interaction of two factors
Pengaruh Ekstrak Bawang Merah dan Zat Pengatur Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Setek Mucuna bracteata D.C. Silvana Prameswari; Bayu Pratomo
Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan Vol 4 No 2 (2021): Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan
Publisher : Prodi. Agroteknologi dan Perkebunan, Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/agri.v4i2.164

Abstract

Introduction: This study aims to obtain concentration of shallot extract (Allium cepa ) and growth regulators to increase growth of Mucuna bracteata. Mucuna is a land cover plant that must be planted in oil palm plantation areas. It is very important to be able to cover the planting area. Materials and Methods: This study used two factorial in randomized block design. The first was concentration of shallot extract per 100 ml distilled water consists of 4 levels, such as control (B0), 10 cc (B1), 20 cc (B2), 30 cc (B3) and the second was the auxins-plant growth regulator consists of 4 levels: Control (G0), 100 ppm (G1), 200 ppm (G2), 300 ppm (G3). Data analyzed with ANOVA with a significant 5% and continued with the DMRT using SAS version 9.1.3. Results: It was found that effect of concentration of shallot extract had a significant effect on survival percentage of Mucuna bracteata at a concentration of 10 cc (B2) after opening the lid at four weeks after planting (WAP) and did not change until 8 WAP. Likewise, the number of leaves at the control concentration (B0) at the age of 6 WAP, and a concentration of 10 cc (B1) at the age of 7-8 WAP. The concentration of growth regulators and their interactions did not significantly affect the survive percentage and number of leaves in Mucuna bracteata.