Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dampak Berkurangnya Jenis Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Limpoccoe, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan) Srimeliani; Bakri, Rasyidah; Rukka, Rusli M.; Nadja, Rahmawati A.; Diansari, Pipi
AGRIFITIA : Journal of Agribusiness Plantation Vol. 5 No. 1 (2025): MARET
Publisher : Program Studi Agribisnis INSTIPER Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55180/aft.v5i1.1562

Abstract

Rice plants are one of the food crop commodities that have an important meaning for the people of Indonesia. This is because the product produced from rice, namely rice, is one of the staple foods of the Indonesian people. In dealing with the increasing demand for rice, farmers can take various actions depending on local conditions, available resources, and local government policies. One of the factors that affects farmers' production costs is the cost of fertilizer. The government provides a fertilizer subsidy program to farmers to support the agricultural sector. The provision of subsidized fertilizers aims to improve the welfare of farmers. Amendments to the Regulation of the Minister of Agriculture Number 49 of 2020, subsidized fertilizers are Urea, ZA, NPK, SP36, and Organic fertilizers, then changed to the Regulation of the Minister of Agriculture Number 10 of 2022, subsidized fertilizers are only Urea and NPK (Nitrogen, Phosphate, and Potassium) fertilizers. This study aims to identify the impacts caused by the reduction in subsidized fertilizer types on the production and income of rice farmers in Limpoccoe Village, Cenrana District, Maros Regency, South Sulawesi Province and to identify efforts made by farmers in anticipating fertilizer needs after the reduction in subsidized fertilizer types. This study was conducted using an independent sample t-test. The location of the study was in Limpoccoe Village, Cenrana District, Maros Regency, South Sulawesi Province. Respondents in this study numbered 57 people who were taken based on a random sampling method from a population of 587 rice farmers. The test results showed that there was no significant difference in the production and income of rice farmers in Limpoccoe Village, Cenrana District, Maros Regency, South Sulawesi Province after the reduction in subsidized fertilizer types. Rice farmers in Limpoccoe Village, Cenrana District, Maros Regency, South Sulawesi Province predominantly reduced fertilizer doses after the reduction in subsidized fertilizer types and some maintained their habits.
PERBENIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK PADA TEACHING INDUSTRY UNIVERSITAS HASANUDDIN Sjahril, Rinaldi; Haring, Feranita; Rukka, Rusli M.; Dermawan, Rahmansyah
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 4 No. 2 (2019): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 4 NO. 2 MEI 2019
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v4i2.7415

Abstract

Kegiatan PPMU-PPUPIK Perbenihan Kultur Jaringan Anggrek pada Teaching Industry Universitas Hasanuddin (UNHAS) bertujuan untuk mempercepat proses pengembangan budaya kewirausahaan, mendorong berkembangnya budaya pemanfaatan hasil riset UNHAS bagi masyarakat, dan menunjang otonomi kampus melalui perolehan pendapatan mandiri atau bermitra. Dalam pencapaian tujuan jangka panjangnya, kegiatan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk memberikan kesempatan dan pengalaman kerja kepada mahasiswa, dan membantu menciptakan akses bagi terciptanya wirausaha baru. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan perbanyakan semaian biji dan bibit anggrek spesies/hibrida di laboratorium, dan pelatihan tentang teknik kultur jaringan skala rumah tangga dimana diajarkan tentang penyederhanaan teknik kultur jaringan tanaman sehingga dapat dilakukan pada skala rumah tangga. Kegiatan laboratorium dan pelatihan dilaksanakan di Teaching Industry UNHAS dan bermitra dengan pengusaha tanaman hias lokal yang berada di Makassar yang memiliki kebun anggrek di Bulu Dua, Kabupaten Barru. Produksi (production planning) yang dilakukan adalah semaian bibit botol/semai biji anggrek disubkultur dan dilakukan pemeliharaan sampai menjadi dewasa dan siap untuk aklimatisasi. Kemudian planlet yang telah diaklimatisasi dirawat dan dipelihara di screen house sampai menjadi anggrek dewasa yang siap jual ke pasaran. Selain itu planlet yang diperbanyak di laboratorium juga telah dipasarkan. Hasil penjualan anggrek yang paling digemari konsumen adalah Seedling Dendrobium dan Phalaenopsis Hibrida serta anggrek Macodes. Pelatihan kultur jaringan sederhana dilakukan dengan pengenalan budidaya anggrek dan teknik kultur jaringan sederhana, perakitan alat kultur jaringan sederhana, praktek teknik kultur jaringan dimulai dari pembuatan media, penanaman, sampai pada aklimatisasi. Dari hasil pelatihan yang dilaksanakan dapat disimpukan bahwa kultur jaringan tidak mahal dan rumit, serta dapat disederhanakan dengan teknik-teknik yang mudah dipahami peserta.Kata kunci: anggrek, kultur jaringan sederhana, pelatihan, perbenihan