Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Impact of Sae's Trauma in the Novel Shokuzai Ni Kadek Novianti Ayu Purnami; Andriyani, Anak Agung Ayu Dian; Sudipa, Made Henra Dwikarmawan
Japanology: The Journal of Japanese Studies Vol. 9 No. 1 (2022): Psychology in Japanese Culture
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jjs.v9i1.51550

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari trauma yang dialami tokoh Sae yang merupakan salah satu tokoh dalam novel Jepang berjudul "Shokuzai” karya Minato Kanae yang terbit tahun 2009. Data primer yang digunakan adalah kutipan narasi yang merefleksikan situasi dampak trauma yang dialami tokoh Sae. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan adalah PTSD (post traumatic stress disorder) yang diteorikan oleh Edna B. Foa yang terdiri dari tiga dampak trauma: intrusion, hyperarousal, dan constriction. Hasil analisis terhadap sebelas data kutipan menunjukkan bahwa: pertama, tokoh Sae digambarkan mengalami semua dampak trauma yaitu intrusion, hyperarousal, dan constriction. Kedua, dampak trauma intrusion yang dialami tokoh Sae digambarkan dalam bentuk sugesti negatif perasaan selalu terancam akan dibunuh. Hal ini merupakan sebuah kebaruan dalam dunia imajinasi sastra yang belum ada fakta di dunia nyata. Ketiga, dampak trauma hyperarousal tokoh Sae digambarkan memiliki ketakutan berlebihan dan bayangan ancaman akan dibunuh. Keempat, dampak trauma constriction tokoh Sae digambarkan mengalami semacam penyemitan emosional dalam bentuk ia tidak dapat berpikir secara rasional yang membuatnya mudah lupa akan hal yang krusial, yaitu wajah pembunuh. Selain itu, ia cenderung tidak bisa berpikir rasional karena memutuskan pergi yang justru membuatnya berisiko diintai pembunuh.
Ontological metaphors in website ads for Japanese-Language hotels in South Bali Meidariani, Ni Wayan; Meilantari, Ni Luh Gede; Sudipa, Made Henra Dwikarmawan
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 9 No. 2 (2023): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v9i2.25270

Abstract

Ontological metaphor is used to conceptualize something abstract into something real. Ontological metaphors are found in sentences on hotel websites used as a form of promotion. This study has two objectives: 1) to find out the types of ontological Japanese metaphors on Japanese-language hotel websites in Bali, and 2) to explain the conceptual meaning of ontological metaphors on Japanese-language hotel websites in Bali. This study is qualitative research and takes a phenomenological approach. The research phase begins by observing the sentences on four hotel websites in South Bali. Furthermore, the data was collected using the observation method in conjunction with reading and note-taking techniques. The theory of conceptual metaphor developed by Lakoff and Johnson is used to analyze ontological metaphors. The data were analyzed using the identity method, namely explaining the conceptual meaning contained in the ontological metaphor. Ontological metaphors on hotel websites emphasize service and luxury. Services and luxuries as something abstract are visualized as things that can be felt and enjoyed by humans, therefore creating a metaphorical expression in the form of "enjoy the luxury" (zeitaku o sashimi kudasai). The results of the study show that there are four conceptualizations of ontological metaphors on Japanese-language hotel websites in Bali, namely: 1) stress or fatigue is something that can be eliminated; 2) service is something that can be felt; 3) luxury is something that can be enjoyed; and 4) memories are something luxurious. Children's language politeness and the role of parents in supervising and educating children on this platform are very important.
Japanese Compounds with the Lexeme “Mouth”: Word Formation and Meanings Sudipa, Made Henra Dwikarmawan; Meilantari, Ni Luh Gede; Widiastika, I Wayan Wahyu Cipta
Lingua Cultura Vol. 18 No. 2 (2024): Lingua Cultura (In Press)
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/lc.v18i2.12227

Abstract

In Japanese, the lexeme ‘mouth’ can be written using kanji 口 read as ‘kuchi’. It is a commonly used character that includes idiomatic expressions and compound words. Although ‘kuchi’ means ‘mouth’ and functions as a noun, it can change into different forms and meanings. Therefore, this research analyzed the forms and meanings of Japanese compound words formed by the lexeme ‘mouth’. The data was collected from Japanese newspaper articles from Asahi Shinbun in sentences using various compounds with the lexeme ‘mouth’ through observation and note-taking techniques. Then, the data was analyzed using the distribution method with the expansion technique. The morphology theory by Kageyama (2016) and Katamba (2018) is used to analyze Japanese compounds' construction and meaning. The results show that 120 Japanese compound words are formed by the lexeme ‘mouth’. There are three forms of compounds based on various word classes including compound nouns (consisting of noun + noun, adjective + noun, and verb + noun), compound adjectives (noun + adjective), and compound verbs (noun + verb). Based on its meaning, it can be classified into two categories, endocentric and exocentric meaning. By offering a thorough analysis of Japanese compound words containing the lexeme kuchi ‘mouth’, this research provides insights into Japanese morphosemantics by highlighting a single lexeme adopted within the compound, especially regarding forms and meanings of compound words. This research contributes to morphological theory application within Japanese studies and can be used for similar research in the future.
PEMANFAATAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN KATAKANA PADA POKDARWIS DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Sudipa, Made Henra Dwikarmawan; Meidariani, Ni Wayan; Meilantari, Ni Luh Gede
Reswara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v3i2.1957

Abstract

Desa Penglipuran merupakan desa wisata yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini sering dikunjungi oleh wisatawan, salah satunya dari Jepang. Namun kurangnya pemahaman tentang bahasa Jepang menyebabkan kurang maksimalnya dalam memasarkan produk usaha kepada wisatawan Jepang. Melihat kondisi seperti ini, tim pelaksana pengabdian terjun ke lapangan untuk memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf Jepang katakana. Kegiatan ini dilaksanakan setiap minggu selama delapan kali dimulai tanggal 20 Juni 2021 sampai 8 Agustus 2021. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah Pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang menetap di desa Penglipuran. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang kepada Pokdarwis desa Penglipuran dalam mempromosikan usahanya. Kemudian memanfaatkan waktu luang akibat menurunnya jumlah wisatawan karena pandemi Covid-19. Dengan harapan ketika kondisi wisata sudah normal, Pokdarwis desa Penglipuran sudah memiliki kemampuan berbahasa Jepang yang mumpuni. Media yang digunakan adalah media kartu pembelajaran untuk mempermudah dalam mengingat huruf katakana. Dalam pelaksanaannya, tim pelaksana menggunakan media kartu untuk mengajak peserta untuk mengingat kembali huruf yang telah dijelaskan sebelumnya. Media kartu digunakan sebagai bentuk latihan membaca dan menulis kosakata menggunakan huruf katakana. Untuk membuat kegiatan pengajaran menjadi lebih menarik dengan games, seperti tebak huruf, mencari huruf secara acak, dan sebagainya. Berdasarkan hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa para peserta Pokdarwis desa Penglipuran yang sebelumnya tidak memahami penulisan huruf Jepang katakana menjadi terbantu melalui kegiatan pengabdian ini. Hasil evaluasi menunjukkan 76.9% peserta sudah mampu membaca huruf katakana dan 53.8% peserta sudah mampu menulis dan membaca huruf katakana. Para peserta juga menjadi lebih tertarik dalam mempromosikan kegiatan pariwisata desa Penglipuran kepada wisatawan Jepang