Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KRITERIA IDEAL LOKASI RUKYAT Machzumy, Machzumy
At-Tafkir Vol 11 No 2 (2018): Vol. 11 No 2 desember 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v11i2.737

Abstract

Penentuan awal bulan Kamariah merupakan salah satu kajian falak yang paling sering menyita perhatian dan sering diperbincangkan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum ada sebuah kesepakatan dalam penentuan awal bulan, baik itu hasil ataupun metodenya. Di samping itu, kegiatan observasi juga harus memperhatikan keadaan tempat yang dijadikan lokasi untuk melakukan rukyat. Suatu lokasi rukyat harus memenuhi beberapa kriteria yaitu memperhatikan keadaan atmosfer, baik itu dari keadaan cuaca, intensitas hujan, evaporasi air laut, pencemaran cahaya dan debu, luas pandang terhadap ufuk, dan ketinggianya dari permukaan laut. Namun dari beberapa kali observasi hanya sekali berhasil merukyat hilal. Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengkaji, serta menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat hilal observatorium Tgk. Chiek Kuta Karang, dan bagaimana kriteria ideal suatu lokasi rukyat. Untuk menjawab masalah tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan penelahaan dokumen yang relevan. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat di kedua observatorium adalah faktor internal hilal, dan faktor eksternal yang meliputi: letak geografis dan lingkungan observatorium.
Pengaruh Curah Hujan terhadap Keberhasilan Rukyat Hilal pada Observatorium Lhoknga Aceh Jafar M. Ali, Machzumy
Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Vol 3, No 1 (2019): Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam
Publisher : Islamic Family Law Department, Sharia and Law Faculty, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.007 KB) | DOI: 10.22373/sjhk.v3i1.5061

Abstract

Rukyat hilal of the month of Qamariah, especially the beginning of Ramadan, and Shawwal is a study of falak which often attract attention because of the frequent differences. This is motivated by the uncertainty of rukyat results due to the lack of observable rukyat results. This is one of them caused by the location of the rukyat which is not safe enough from various natural disturbances, such as high rainfall. Lhoknga Observatory Astronomically, this observatory is located at 50 27’ 59, 85” N and 950 14’ 31,87” E, with an altitude of 8 m, and is 15 m from the sea. But from 5 years of observation of the new moon, only one time succeeded in destroying the hilal. The research method uses descriptive analytical methods, collecting data by means of documentation and direct observation. The results of this study found that one of the causes of the low success rate of rukyatul hilal in the observatory was due to its relatively high rainfall which reached an average of 354 mm in years. This rainfall is strongly influenced by the latitude and geographical state of the observatory flanked by the sea and mountains.
KRITERIA IDEAL LOKASI RUKYAT Machzumy, Machzumy
At-Tafkir Vol 11 No 2 (2018): Vol. 11 No 2 desember 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v11i2.737

Abstract

Penentuan awal bulan Kamariah merupakan salah satu kajian falak yang paling sering menyita perhatian dan sering diperbincangkan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum ada sebuah kesepakatan dalam penentuan awal bulan, baik itu hasil ataupun metodenya. Di samping itu, kegiatan observasi juga harus memperhatikan keadaan tempat yang dijadikan lokasi untuk melakukan rukyat. Suatu lokasi rukyat harus memenuhi beberapa kriteria yaitu memperhatikan keadaan atmosfer, baik itu dari keadaan cuaca, intensitas hujan, evaporasi air laut, pencemaran cahaya dan debu, luas pandang terhadap ufuk, dan ketinggianya dari permukaan laut. Namun dari beberapa kali observasi hanya sekali berhasil merukyat hilal. Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengkaji, serta menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat hilal observatorium Tgk. Chiek Kuta Karang, dan bagaimana kriteria ideal suatu lokasi rukyat. Untuk menjawab masalah tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan penelahaan dokumen yang relevan. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat di kedua observatorium adalah faktor internal hilal, dan faktor eksternal yang meliputi: letak geografis dan lingkungan observatorium.
KRITERIA IDEAL LOKASI RUKYAT Machzumy Machzumy
At-Tafkir Vol 11 No 2 (2018): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v11i2.737

Abstract

Penentuan awal bulan Kamariah merupakan salah satu kajian falak yang paling sering menyita perhatian dan sering diperbincangkan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum ada sebuah kesepakatan dalam penentuan awal bulan, baik itu hasil ataupun metodenya. Di samping itu, kegiatan observasi juga harus memperhatikan keadaan tempat yang dijadikan lokasi untuk melakukan rukyat. Suatu lokasi rukyat harus memenuhi beberapa kriteria yaitu memperhatikan keadaan atmosfer, baik itu dari keadaan cuaca, intensitas hujan, evaporasi air laut, pencemaran cahaya dan debu, luas pandang terhadap ufuk, dan ketinggianya dari permukaan laut. Namun dari beberapa kali observasi hanya sekali berhasil merukyat hilal. Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengkaji, serta menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat hilal observatorium Tgk. Chiek Kuta Karang, dan bagaimana kriteria ideal suatu lokasi rukyat. Untuk menjawab masalah tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan penelahaan dokumen yang relevan. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan rukyat di kedua observatorium adalah faktor internal hilal, dan faktor eksternal yang meliputi: letak geografis dan lingkungan observatorium.
Parameter Pos Observasi Hilal (POB) di Pondok Assalam Surakarta Machzumy Machzumy
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 6, No 2 (2020): Al-Marshad
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jam.v6i2.5244

Abstract

Pos Observasi Bulan Pondok Assalam Surakarta merupakan salah satu POB yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai lokasi pengamatan hilal. Namun penetapan ini sebagai salah satu POB perlu ditelaah lebih lanjut mengingat Pondok Assalam Surakarta berada di tengah-tengah perkotaan dan jauh dari tepi pantai. Penelitian ini menggunakan metode field research dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian hilal yang dapat diamati pada POB ini adalah hilal dengan ketinggian di atas 50, karena terhalang oleh gunung. Selain itu, POB Pondok Assalam Surakarta juga terkendala dengan polusi udara dan cahaya yang mencapai ketinggian 30.
Effect of Geographical Environment on Success Rate of Rukyat Hilal at Observatorium CASA Assalam Machzumy .
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.737 KB) | DOI: 10.30596/jam.v5i2.3317

Abstract

Rukyat hilal at the beginning of the month of Qamariah, especially the beginning of Ramadan, and Shawwal is a study of celestial spells which often attract attention because of the frequent differences. This dilator is behind the uncertainty of the rukyat results due to the lack of observable rukyat results. This is partly due to the location of the rukyat which is not yet safe enough from various natural disturbances, such as the geographical environment of the observatory. CASA Assalam Observatory is one of the locations designated by the government as a place to report rukyat results. CASA Assalam Observatory located in the middle of Surakarta city, with a height of 144 mdpl, and is 69 km from the sea. But from 5 years of observation of the new moon, only one time succeeded in destroying the hilal. The research method uses descriptive analytical methods, collecting data by means of documentation and direct observation. The results of this study found that one of the causes of the low success rate of rukyatul hilal in the observatory was because the observatory environment located in urban areas was disturbed by the number of buildings, air pollution and light pollution.
The Role of Women in The Rukyat Hilal According to The North Aceh Ulema Consultative Assembly Machzumy Machzumy; Badrun Taman
JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi, dan Keagamaan Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Syariah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mzn.v9i1.7014

Abstract

The Role of Women in Rukyat Hilal According to the Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Utara (MPU). Rukyat hilal is a method used to determine the beginning and end of the month of Kamariah. And along with the birth of the Falak Science study program in Indonesia, many also mastered falak science. One of the interesting things is the existence of female phallic experts and their role in determining the beginning of the Hijri month. This rukyat hilal activity is carried out collectively by the Ministry of Religious Affairs, the Ulema Consultative Assembly, BMKG and other community groups. From this background, the author is interested in studying the role of women in seeing hilal in North Aceh Regency based on the perspective of MPU. This research is a qualitative research, with a field approach (field research). The data collection method uses interview and documentation techniques. The results of this study show that the role of a woman in determining the beginning and end of the month in North Aceh according to the Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Utara there are two. First, if a woman is only a participant who participates in the Rukyat Hilal event, then this is allowed. Second, if a woman reports seeing hilal, then her testimony is not considered valid and rejected.  Rukyat hilal merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan awal dan akhir bulan Kamariah. Dan seiring lahirnya porgram studi Ilmu Falak di Indonesia, maka banyak pula yang menguasai ilmu falak. Salah satu hal yang menarik adalah keberadaan ahli falak perempuan dan perannya dalam penentuan awal bulan hijriyah. Kegiatan rukyat hilal ini dilakukan secara kolektif oleh Kementerian agama, Majelis Permusyawaratan Ulama, BMKG dan golongan masyarakat lainnya. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik mengkaji terkait peranan perempuan dalam melihat hilal di Kabupaten Aceh Utara berdasarkan perspektif MPU. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan lapangan (field research). Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran seorang perempuan dalam penentuan awal dan akhir bulan kamariah di Aceh Utara menurut Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Utara ada dua. Pertama, apabila seorang perempuan hanya sebagai peserta yang ikut dalam acara Rukyat Hilal, maka hal ini diperbolehkan. Kedua, jika seorang perempuan tersebut melapor melihat hilal, maka kesaksiannya tidak dianggap sah dan ditolak.
The Effect of Latitude on Success Rate of Rukyat Hilal at Observatorium Lhoknga Aceh Machzumy
Syarah: Jurnal Hukum Islam & Ekonomi Vol. 8 No. 2 (2019): SYARAH : Jurnal Hukum Islam
Publisher : Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rukyat hilal of the month of Qamariah, especially the beginning of Ramadan,and Shawwal is a study of falak which often attract attention because of thefrequent differences. This is motivated by the uncertainty of rukyat results dueto the lack of observable rukyat results. This is one of them caused by thelocation of the rukyat which is not safe enough from various naturaldisturbances, such as high rainfall caused of latitude. Lhoknga Observatory islocated at 50 27’ 59, 85” N and 950 14’ 31,87” E, with an altitude of 8 m, and is 15m from the sea. But from 5 years of observation of the new moon, only one timesucceeded in destroying the hilal. The research method uses descriptiveanalytical methods, collecting data by means of documentation and directobservation. The results of this study found that one of the causes of the lowsuccess rate of rukyatul hilal in the observatory was due to its relatively highrainfall which reached an average of 354 mm in years. This rainfall is stronglyinfluenced by the latitude and geographical state of the observatory flanked bythe sea and mountains
The Effect of Climate Change and Sustainable Agricultural Practices on Productivity and Food Security in Rural Areas in East Java Loso Judijanto; Machzumy Machzumy; Silvia Rahayu; Dyah Ayu Suryaningrum
West Science Interdisciplinary Studies Vol. 1 No. 12 (2023): West Science Interdisciplinary Studies
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58812/wsis.v1i12.475

Abstract

In rural East Java, Indonesia, this study examines the effects of climate change and sustainable farming practices on food security and agricultural output. A structural equation modeling approach was used to analyze the data from a survey of 250 farmers. The latent constructs' validity and reliability were validated by the measurement model evaluation, and each construct's uniqueness was guaranteed by discriminant validity analysis. Significant correlations were found by using the structural model: production was unexpectedly positively influenced by climate change, while food security was severely affected. Sustainable farming methods have a high positive correlation with production and food security. Demographic analysis shed light on the traits of the farmers in the sample. The evaluation of the model fit revealed that the relationships in the suggested model were satisfactorily represented. By providing useful insights for practitioners and policymakers pursuing sustainable agricultural development, this study advances knowledge of the complex dynamics of East Javan agriculture.
Studi Geomorfologi dan Perubahan Lanskap dalam Konteks Perubahan Lingkungan di Pulau Jawa Nofirman Nofirman; Muhammad Ade Kurnia Harahap; Machzumy Machzumy
Jurnal Geosains West Science Vol 1 No 03 (2023): Jurnal Geosains West Science
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58812/jgws.v1i03.718

Abstract

Pulau Jawa, yang terletak di dalam Cincin Api Pasifik, memiliki permadani yang kaya akan fitur geologi dan geomorfologi, ditambah dengan sejarah perubahan lingkungan yang mendalam. Penelitian ini melakukan investigasi ekstensif terhadap interaksi antara geomorfologi, perubahan bentang alam, dan pergeseran lingkungan di Pulau Jawa. Dengan menggunakan pendekatan metode campuran, kami mengumpulkan data geospasial kuantitatif melalui penginderaan jarak jauh dan teknik GIS serta mengumpulkan wawasan kualitatif dari masyarakat lokal. Temuan kami menunjukkan bahwa perluasan kota dan deforestasi telah menyebabkan perubahan tutupan lahan yang substansial. Selain itu, sedimentasi di sungai dan erosi pantai menimbulkan tantangan lingkungan yang signifikan. Data iklim menunjukkan kenaikan suhu dan pola curah hujan yang bervariasi. Kenaikan permukaan laut terlihat jelas di daerah pesisir, dengan tingkat dampak yang bervariasi karena karakteristik geomorfis setempat. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya perencanaan tata guna lahan yang berkelanjutan, konservasi, dan strategi adaptasi spesifik wilayah dalam menangani lanskap lingkungan Pulau Jawa yang terus berubah.