Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMANFAATAN KAPUR ALTERNATIF BERBAHAN CANGKANG KEONG MAS PADA AIR RAWA MEDIA BUDIDAYA IKAN PATIN Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Jubaedah, Dade; Cahyono, Inka Kris Dwi
Media Akuakultur Vol 19, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/ma.19.1.2024.17-24

Abstract

Perairan rawa di Indonesia belum termanfaatkan secara optimal khususnya untuk budidaya ikan patin, terutama karena  terkendala rendahnya pH air rawa berkisar 3-4, sedangkan kolam dengan memanfaatkan air rawa sebagai media budidaya memerlukan pH optimal 6,5-8,5. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengoptimalkan atau meningkatkan pH air rawa dengan menggunakan kapur alternatif, yaitu kapur dari cangkang keong mas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik kapur cangkang keong mas dalam upaya meningkatkan pH air rawa lebak untuk media pemeliharaan ikan patin. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu perbedaan dosis kapur cangkang keong mas yang disetarakan dengan CaO  dalam satuan mg L-1 yaitu 0 (P0), 5 (P1), 10 (P2), (P3), dan 20 (P4). Parameter yang diamati meliputi parameter kualitas air (pH, Ca, Mg, suhu dan oksigen terlarut),  kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan efisiensi pakan ikan . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis terbaik pada pemberian kapur cangkang keong mas yaitu dosis 10 mg L-1 yang mampu mengoptimalkan pH air rawa lebak 4,8 menjadi 7,4, kelangsungan hidup ikan patin sebesar  98%, pertumbuhan bobot mutlak ikan patin sebesar 18,36 g, pertumbuhan panjang mutlak ikan patin sebesar 6,20 cm dan efisiensi pakan ikan  patin sebesar 95,54%. Dengan demikian, kapur cangkang keong mas dengan dosis 10 mg L-1 dapat diaplikasikan pada air rawa sebagai media budidaya ikan patin.Aquatic swamp in Indonesia has not been utilized optimally mainly for fish culture. It is constrained by the low pH of water in swamps (ranged 3-4). Catfish potential to be developed in swamps, but to culture of catfish on ponds using swamp water as rearing media is needed a neutral pH between 6.5-8.5. Therefore, it is necessary to increase pH by alternative liming using lime of golden apple snail shells.This study purpose to determine the best (optimal) dosage of golden apple snail shell lime to increase the pH of swamp water for catfish rearing media. This research applied a completely randomized design with six treatments and three replications. The dosages of golden snail shells lime that was equivalent to CaO as treatment consist of 0 mg L-1 (P0), 5 mg L-1 (P1), 10 mg L-1 (P2), 15 mg L-1 (P3) and 20 mg L-1 (P4). The results of this study showed that the best dose of golden snail shell lime is 10 mg L-1 equivalent to CaO which can optimize the swamp water pH from 4.8 to 7.4, survival rate 98%, absolute weight growth of 18.36 g, absolute length growth of 6.20 cm and feed efficiency of Pangasius catfish 95.54%.
INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp DI SUNGAI KELEKAR, INDRALAYA, SUMATERA SELATAN Dwinanti, Sefti Heza; Septarisa, Geza Intan; Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Amin, Muhammad; Rarassari, Madyasta Anggana
Media Akuakultur Vol 17, No 1 (2022): (Juni, 2022)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/ma.17.1.2022.9-15

Abstract

Parasit Dactylogyrus sp. merupakan ektoparasit yang dapat ditemukan baik pada ikan budidaya ataupun ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai. Informasi keberadaan parasit di perairan umum dapat dijadikan indikator lingkungan dan pertimbangan penggunaan sumber air untuk budidaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran parasit Dactylogyrus sp. pada ikan yang berasal dari Sungai Kelekar di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia. Sampel ikan diambil pada bulan Juni hingga Agustus 2020 di tiga desa yang dilintasi oleh Sungai Kelekar yaitu Desa Tanjung Baru, Desa Burai dan Desa Sakatiga. Jumlah ikan yang diperiksa sebanyak 374 ekor yang terdiri dari 14 spesies. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan R dengan “package bipartite” dan boxplot yang disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Selain Dactylogyrus sp.,, ektoparasit lain yang ditemukan adalah Argulus sp. dan Cyclops sp. Kecenderungan infestasi organ adalah insang dengan nilai prevalensi sebesar 46,48% sedangkan nilai intensitas sebesar 9,2 individu..ikan-1. Secara keseluruhan infestasi Dactylogyrus sp. pada ikan yang berasal dari Sungai Kelekar memiliki frekuensi infeksi umum (commonly) dengan tingkat infestasi moderat (moderate).Dactylogyrus sp is an ectoparasite that can be found in both farmed fish and wild fish populations. Information on the presence of parasites in wild fish populations can be used as an environmental indicator and consideration of the use of water sources for fish farming. This study aimed to determine the spread of ectoparasite Dactylogyrus sp. in fish originating from the Kelekar River in Ogan lir Regency, South Sumatra, Indonesia. Fish samples were collected between June and August 2020 in three villages crossed by the Kelekar River, namely Tanjung Baru, Burai, and Salatiga villages. The number of fish examined was 374, consisting of 14 species, The data obtained were analyzed using R with the "bipartite package" and boxplot presented in figures and tables. Besides Dactylogyrus sp, other ectoparasites found were Argulus sp and Cyclops sp. The preferred infested organ by Dactylogyrus sp was in gills with a prevalence value of 46,48%, while the intensity value was 9.2 ind. fish, Overall, Dactylogyrus sp infestation in fish originating from the Kelekar River was categorized as a common infection with moderate intensity.
Pengaruh Padat Tebar Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Kelompok Tani “Budidaya Ikan Hias Sekojo” Anggraini, Lola; Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Nadhira, Lutfi Rafi; Dwi Yanti, Anglie; Punagari, Mutiara; Anggelina, Lilis; Ramadhon, M. Farhan
Seminar Nasional Lahan Suboptimal Vol 11, No 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-11 “Optimalisasi Pengelolaan Lah
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anggraini, L., Tanbiyaskur., Nadhira, L.R., Yanti, A.D., Punagari, M., Anggelina, L., Ramadhon, M.F. (2023). The effect of probiotics in commercial feed on the growth of sangkuriang catfish (Clarias gariepinus). In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-11 Tahun 2023, Palembang  21 Oktober 2023. (pp. 192-198).  Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Koi fish are one of the ornamental fish that have cultivation prospects that are in great demand. One of the factors that influences koi fish cultivation is stocking density, high stocking density can have an impact on the growth rate and survival of koi fish. Fish density influences cultivation which can cause competition for food and space for fish to move which can affect fish growth. The aimed of this experiment is to determine the optimal stocking density for the growth and survival of koi fish seeds. This experiment used 2 treatments, namely P1 (stocking density of 200 individuals m2) and P2 (stocking density of 150 individuals m2). The results obtained in treatment (P1) with a stocking density of 200 individuals m2 were growth in length and absolute weight of 1.32 cm and 3.08 g and survival was 100%. The temperature during the maintenance period ranged from 27-28oC and the pH during the maintenance period was found to be around 6.5-7.9. It can be concluded that (P1) with a stocking density of 200 m2 is the best treatment for growth in absolute length and weight, survival and water quality during maintenance at a stocking density of koi fish.
Penambahan Vitamin E dan Ekstrak Daun Sirih Cina terhadap Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Gonad Ikan Selincah Heru, Heru; Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; An-Nisa, Shofia; Amelia, Anissa
Seminar Nasional Lahan Suboptimal Vol 11, No 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-11 “Optimalisasi Pengelolaan Lah
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Heru H., Tanbiyaskur T., An-Nisa, S., Amelia, A., Adinda, O., Khairunnisa, R.,  Prihartina, S., & Septiana, T. (2023). Addition of vitamin e and peperomia pellucida leaves extract on survival and development of fish gonad. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-11 Tahun 2023, Palembang  21 Oktober 2023. (pp. 490-497).  Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).Belontia hasselti, a valuable economic fish, has faced limited domestication prospects. To address this, an experiment was conducted to assess the impact of supplementing their diet with vitamin E and Peperomia pellucida leaf extract on gonad development. Vitamin E, an essential micronutrient, influences fish reproductive performance, while Peperomia pellucida contains antibacterial and antioxidant compounds that inhibit bacterial growth. This experiment aimed to assess how adding Peperomia pellucida leaf extract and vitamin E to commercial fish feed would affect the gonad development of Belontia hasselti, with the goal of domestication. The study involved two treatments: P1 (standard feed without enrichment) and P2 (enriched with vitamin E and Peperomia pellucida extract). Results revealed significant improvements in gonad maturation, with males reaching TKG III and females TKG IV. Male GSI stood at 0.57%, females at 2.02%, and fecundity at 3,593 eggs. Fish showed absolute weight and length growth of 6.15 grams and 1.7 centimeters, with a survival rate of 83.3%. In conclusion, supplementing commercial fish feed with vitamin E and Peperomia pellucida extract positively impacted Belontia hasselti gonad development, improving maturation levels and reproductive outcomes. To ensure consistent results, it is advisable to tailor the use of these additives in commercial feed to meet the specific needs of the fish.
PENDAMPINGAN TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN LELE MELALUI SISTEM TERKONTROL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BERKELANJUTAN DI DESA TALANG BALAI BARU I Taqwa, Ferdinand Hukama; Syaifudin, M; Fitrani, Mirna; Jubaedah, Dade; Wijayanti, Marini; Amin, Mohamad; Muslim, Muslim; Yulisman, Yulisman; Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Yonarta, Danang; Riswandi, Agung; Afriansyah, Azmi
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 2 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i2.2298

Abstract

Desa Talang Balai Baru I adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Desa Talang Balai Baru I dikelilingi oleh sungai kelekar dan rawa yang kaya akan flora dan fauna. Desa Talang Balai Baru I Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan merupakan salah satu dari 50 desa ekowisata terbaik di Indonesia. Permasalahan yang dialami oleh pembudidaya  ikan termasuk yang dihadapi oleh kelompok pembudidaya ikan di Desa Talang Balai Baru I saat  ini belum mampu memproduksi benih ikan Lele secara mandiri dan kontinue sehingga ketersediaan benih untuk usaha pembesaran budidaya ikan lele masih mengandalkan dari hasil tangkapan alam. Untuk mengatasi masalah yang timbul dan untuk meningkatkan produksi khususnya pembudidaya ikan lele maka perlu ditingkatkan usaha budidaya yang lebih intensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan atau menyuntikkan hormon ovaprim ke dalam tubuh ikan yang sudah matang gonad untuk meempercepat proses pemijahan sehingga dapat dihasilkan benih ikan lele yang baik dimana jumlah, mutu dan waktu penyediaannya dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan kemampuan teknis pembudidaya ikan dengan transfer teknologi pembenihan secara terkontrol ikan lele dan meningkatkan produksi benih ikan lele secara berkelanjutan. Hasil produksi mitra sebelum adanya kegiatan PKM ini hanya mampu menangkap dari alam, sekarang sudah bisa melakukan pemijahan secara mandiri.
APPLICATION OF DIFFERENT FEED AND FEEDING PERIODS DURING REARING OF MALAY COMBTAIL (Belontia hasselti) LARVAE Yonarta, Danang; Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Weda, I Gede Arya; Gustiar, Fitra
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.1.2024.57-67

Abstract

Feed type and feeding period play critical roles in growth and survival of fish larvae during rearing period, for which no related studies are available for Malay combtail larvae. This research aimed to determine the best feed type and feeding period for growth and survival of Malay combtail larvae. The research experiment was arranged in a completely randomized design with five treatments of different feed and feeding periods with three replications, namely (P1) nauplii Artemia sp. (4-15 days), Moina sp. (14-24 days), and Tubifex sp. (23-35 days), (P2) nauplii Artemia sp. (4-13 days), Moina sp. (12-20 days), and Tubifex sp. (19-35 days), (P3) nauplii Artemia sp. (4-11 days), Moina sp. (10-16 days), and Tubifex sp. (15-35 days), (P4) nauplii Artemia sp. (4-11 days), Moina sp. (12-20 days), and artificial feed (19-35 days), and (P5) nauplii Artemia sp. (4-11 days), Moina sp. (10-16 days), and artificial feed (15-35 days). The results showed that P4 was the best treatment, where larvae had better absolute growth in length and weight and survival of 11.09 ± 0.03 mm, 0.083 ± 0.001 g, and 50.67 ± 1.15%, respectively. Variations of water quality parameters during the experiment in all treatments ranged between 6.0-6.6 for pH, 0.017-0.091 mg L-1 for ammonia, and 4.03-4.43 mg L-1 for dissolved oxygen. The results of this research that the sequential and early application of live feed and much later artificial feed appication in combination with the timely feeding period and the larval development improve growth and survival of Malay combtail larvae.Jenis pakan dan periode pemberian pakan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan selama masa pemeliharaan, hingga saat ini belum ada penelitian terkait mengenai larva ikan selincah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan dan lama pemberian pakan yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan selincah. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan pakan dan lama pemberian pakan berbeda dengan tiga ulangan yaitu (P1) nauplii Artemia sp. (4-15 hari), Moina sp. (14-24 hari), dan Tubifex sp. (23-35 hari), (P2) nauplii Artemia sp. (4-13 hari), Moina sp. (12-20 hari), dan Tubifex sp. (19-35 hari), (P3) nauplii Artemia sp. (4-11 hari), Moina sp. (10-16 hari), dan Tubifex sp. (15-35 hari), (P4) nauplii Artemia sp. (4-11 hari), Moina sp. (12-20 hari), dan pakan buatan (19-35 hari), dan (P5) nauplii Artemia sp. (4-11 hari), Moina sp. (10-16 hari), dan pakan buatan (15-35 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa P4 merupakan perlakuan terbaik, di mana larva mempunyai pertumbuhan panjang dan berat absolut yang lebih baik serta kelangsungan hidup masing-masing sebesar 11,09 ± 0,03 mm, 0,083 ± 0,001 g, dan 50,67 ± 1,15%. Variasi parameter kualitas air selama percobaan pada semua perlakuan berkisar antara 6,0-6,6 untuk pH, 0,017-0,091 mg L-1 untuk amoniak, dan 4,03-4,43 mg L-1 untuk oksigen terlarut. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian pakan hidup secara berurutan dan dini serta pemberian pakan buatan yang dikombinasikan dengan periode pemberian pakan yang tepat waktu dan perkembangan larva akan meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan selincah.
PEMANFAATAN KOMBINASI PREBIOTIK DAN PROBIOTIK ASAL RAWA UNTUK MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, DAN STATUS KESEHATAN IKAN SELINCAH (Belontia hasselti) Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Wijayanti, Marini; Syaifudin, Mochamad; Mukti, Retno Cahya; Aritonang, Lilis Pritamasari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.4.2023.239-249

Abstract

Ikan selincah (Belontia hasselti) merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi untuk dibudidayakan, namun terdapat beberapa tantangan seperti kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang masih rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu menggunakan probiotik rawa berupa Bacillus sp. dan Streptomyces sp. yang dikombinasikan dengan prebiotik.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis kombinasi prebiotik dan probiotik asal rawa yang tepat untuk meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan status kesehatan ikan selincah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan, dengan jumlah probiotik yang sama pada setiap perlakuan yaitu sebanyak 5 mL kg-1 pakan dan jumlah prebiotik yang berbeda yaitu P0 tanpa prebiotik, P1 1%, P2 2%, dan P3 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis prebiotik yang terbaik saat dikombinasikan dengan probiotik asal rawa adalah 3% (P3) yang menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 96% sebelum infeksi dan 91,33% setelah diinfeksi  dengan bakteri Aeromonas hydrophila, total eritrosit sebesar 1,08-2,57 x 106 sel mm-3, total leukosit sebesar 3,39-6,44 x 104 sel mm-3, total bakteri di usus sebesar 0,59-7,38 x 108 CFU mL-1, pertumbuhan bobot 4,15 g, dan pertumbuhan panjang sebesar 1,03 cm. Kombinasi probiotik rawa dan 3% prebiotik ubi jalar, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan performa kesehatan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selincah.Malay Combtail (Belontia hasselti) is a commodity that has the potential to be cultivated, but there are several challenges such as survival and growth which are still low. Efforts that can be made to overcome this problem are using swamp probiotics in the form of Bacillus sp. and Streptomyces sp. combined with prebiotic. The aim of this study was to determine the correct combination dose of prebiotic and probiotics from swamps to improve the survival, growth and health status of Malay combtail. This study used a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments and three replications, with the same amount of probiotics in each treatment, namely 5 mL kg-1 feed and different amounts of prebiotic, namely P0 without prebiotics, P1 1%, P2 2 %, and P3 3%. The results showed that the best dose of prebiotics when combined with swamp probiotics was 3% (P3) which resulted in survival of 96% before infection and 91.33% after infection with Aeromonas hydrophila bacteria, total erythrocytes of 1.08-2,57 x 106 cells mm-3, total leukocytes of 3.39-6.44 x 104 cells mm-3, total bacteria in the intestine of 0.59-7.38 x 108 CFU mL-1, weight gain of 4.15 g, and length gain of 1.03 cm. The combination of swamp probiotics and 3% sweet potato prebiotic can be used to improve the health performance, growth and survival of Malay combtail.
PEMANFAATAN MINYAK CENGKEH SEBAGAI BAHAN ANESTESI UNTUK TRANSPORTASI IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii) Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Lopez, Jennifer Patrick; Taqwa, Ferdinand Hukama; Afriansyah, Azmi; Dwinanti, Sefti Heza
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.2.2024.97-107

Abstract

Minyak cengkeh telah banyak digunakan oleh pembudidaya sebagai anestesi pada transportasi ikan. Akan tetapi penggunaannya pada beberapa jenis ikan dengan kepadatan yang berbeda menunjukkan kebutuhan dosis penggunaan yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis minyak cengkeh sebagai bahan pembius ikan tambakan (Helostoma temminckii) dan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak cengkeh pada transportasi ikan tambakan. Penelitian ini membandingkan kondisi transportasi yang menggunakan minyak cengkeh dan tanpa minyak cengkeh (kontrol) dengan kepadatan berbeda. Kepadatan yang digunakan adalah 10, 12, dan 14 ekor L-1. Ikan tambakan yang digunakan berukuran 15 ± 0,5 cm. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yang terdiri dari penentuan konsentrasi efektif-100 10 menit (EC100 10 min) dan pengaruh minyak cengkeh terhadap kepadatan selama 12 jam transportasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai EC100 10 min adalah 0,026 mL L-1. Sesaat setelah transportasi, tingkat kelangsungan hidup dan tingkat konsumsi oksigen tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada kepadatan yang berbeda. Akan tetapi kadar glukosa darah pada kepadatan 10 ekor L-1 dan 12 ekor L-1 lebih rendah daripada kontrol. Pemantauan kesehatan ikan setelah 7 hari pascatransportasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara kontrol dan perlakuan baik kelangsungan hidup maupun kadar glukosa darah. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak cengkeh pada dosis 0,026 mL L-1 untuk transportasi ikan tambakan dapat diaplikasikan dengan kondisi kepadatan 14 ekor L-1 selama 12 jam. Pemanfaatan minyak cengkeh pada ikan tambakan perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait penambahan kepadatan dan waktu transportasi atau aplikasinya untuk transportasi benih ikan tambakan.Clove oil has been widely used by farmers as an anesthetic agent in fish transportation. However, its use on several fish with different densities indicates the need for different doses. The aim of this study was to determine the dose of clove oil as an anesthetic agent for kissing gourami (Helostoma temminckii) and to determine the effect of administering clove oil on the transportation of kissing gourami. This study compared transportation conditions using clove oil and without clove oil (control) with different densities. The densities used were 10, 12, and 14 L-1. The kissing gourami used measured 15 ± 0.5 cm. This study was divided into two stages consisting of determining the effective concentration-100 10 minutes (EC100 10 min) and the effect of clove oil on density during 12 hours of transportation. The results showed that EC100 10 min value was 0.026 mL L-1. Immediately after transportation, survival rates and oxygen consumption levels were not significantly different between treatments and control at different densities. However, blood glucose levels of 10 fish L-1 and 12 fish L-1 were lower than the control. Fish health status monitoring after 7 days post-transportation showed that there was no significant difference between control and treatment in terms of survival rate or blood glucose levels. Therefore, the use of clove oil at a dose of 0.026 mL L-1 for the transportation of kissing gourami can be applied at a density of 14 fish L-1 for 12 hours. Further studies are required to determine the effects of clove oil as an anesthetic agent applied at denser stocking densities and longer transportation period of kissing gourami seeds.
KHASIAT EKSTRAK DAUN NIPAH (Nypa fruticans WURMB) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Mukti, Retno Cahya; Dwinanti, Sefti Heza; Oktaviani, Sandra Moethia
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.4.2023.207-216

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun nipah sebagai imunostimulan pada ikan nila. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan berupa suplementasi dosis ekstrak daun nipah yang berbeda dalam pakan yaitu tidak diberi ekstrak daun nipah (P0), serta supplementasi ekstrak daun nipah sebanyak 1 g kg-1 (P1), 1,5 g kg-1 (P2), dan 2 g kg-1 (P3) pakan. Ikan nila yang telah diberi pakan perlakuan masing-masing selama 14 hari, diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila melalui perendaman selama 60 menit dengan kepadatan bakteri 106 cfu mL-1 pada hari ke-15. Parameter diamati antara lain gejala klinis, kadar hematokrit (He) sebelum dan sesudah infeksi, prevalensi, pertumbuhan bobot dan panjang mutlak, dan kelangsungan hidup. Data dari semua parameter dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun nipah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, nilai hematokrit, prevalensi, kelangsungan hidup, dan gejala klinis ikan nila yang diinfeksi A. hydrophila. Perlakuan penambahan ekstrak daun nipah sebanyak 2 g kg-1 (P3) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya yaitu gejala klinis yang lebih ringan, kadar hematokrit setelah infeksi 41,86-43,47%, kelangsungan hidup setelah infeksi 96,33%, prevalensi 4,16%, pertumbuhan panjang mutlak 1,60 cm, dan pertumbuhan bobot mutlak 4,87 g. Hal ini berhubungan dengan adanya senyawa bioaktif pada daun nipah yang berperan sebagai imunostimulan dan antibakteri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun nipah sebanyak 2 g kg-1 efektif berperan sebagai imunostimulan dan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nila.This study aimed to determine the effect of nipa leaves extract as an immunostimulant in tilapia. The experimental design used a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments in the form of supplementation with different doses of nipa leaves extract in the feed, namely no nipa leaves extract (P0), and supplementation of nipa leaves extract as much as 1 g kg-1 (P1), 1.5 g kg-1 (P2), and 2 g kg-1 (P3) feed. Tilapia fish that had been given experimental feed for 14 days were challenged with Aeromonas hydrophila bacteria by soaking for 60 minutes with a bacterial density of 106 cfu mL-1 on day 15. Parameters observed included clinical symptoms, hematocrit levels (He) before and after infection, prevalence, absolute weight and length growth, and survival. Data from all parameters were analyzed descriptively. The results of the study showed that the addition of nipa palm leaves extract had an influence on the growth, hematocrit level, prevalence, survival, and clinical symptoms of tilapia infected with A. hydrophila. Treatment with the addition of 2 g kg-1 nipa leaves extract (P3) showed better results than other treatments, namely lighter clinical symptom, hematocrit levels after infection of 41.86-43.47%, survival after infection of 96.33 %, prevalence of 4.16%, absolute length growth of 1.60 cm, and absolute weight growth of 4.87 g. This is related to the presence of bioactive compounds in nipa palm leaves which act as immunostimulants and antibacterials. Therefore, it can be concluded that giving 2 g kg-1 of nipah leaves extract effectively acts as an immunostimulant and can be applied to increase the production of tilapia farming.
TOTAL ERITROSIT, HEMATOKRIT DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN SELINCAH (Belontia hasselti) DENGAN PEMBERIAN PAKAN YANG DITAMBAHKAN PROBIOTIK ASAL RAWA Tanbiyaskur, Tanbiyaskur; Wijayanti, Marini; Rarassari, Madyasta Anggana; Mukti, Retno Cahya
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 2 (2022): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.344 KB) | DOI: 10.29406/jr.v10i2.4284

Abstract

Ikan selincah (Belontia hasselti) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki potensi dikembangkan menjadi komoditas budidaya. Tantangan dalam kegiatan budidaya ikan selincah adalah masih rendahnya kelangsungan hidup ikan ketika dipelihara pada lingkungan budidaya. Pemberian bakteri kandidat probiotik asal rawa merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan performa kesehatan ikan selincah. Tujuan dari penelitian ini yaitu melihat pengaruh penambahan kandidat probiotik bakteri asal rawa yang ditambahkan pada pakan dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan performa kesehatan ikan selincah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari P0 (kontrol), P1 (Bacillus sp. (106 CFU.ml-1) 7,5 ml.kg-1 pakan dan Streptomyces sp. (106 CFU.ml-1) 2,5 ml.kg-1 pakan), P2 (Bacillus sp. (106 CFU.ml-1) 2,5 ml.kg-1 pakan dan Streptomyces sp. (106 CFU.ml-1) 7,5 ml.kg-1 pakan), P3 (Bacillus sp. (106 CFU.ml-1) 5 ml.kg-1 pakan dan Streptomyces sp. (106 CFU.ml-1) 5 ml.kg-1 pakan). Parameter yang diukur adalah kelangsungan hidup, total eritrosit dan hematokrit yang diuji dengan menggunakan analisis ragam (ANSIRA) pada kepercayaan 95%. Kualitas air yang diperoleh dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P3 menghasilkan nilai eritrosit tertinggi 8,62 ± 0,728 (106 sel mm-3), kadar hematokrit 38,73 ± 1,241 % , dan kelangsungan hidup 100%. Kata kunci : Bakteri, Ikan Selincah, Probiotik