Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS JENIS PENDING BERKAS KLAIM RAWAT INAP DI RSUD TEBET TAHUN 2023 Juliandari, Sabilla; Iqbal, Muhammad Fuad; Rezal, Muhammad; Rumana, Nanda Aula
Jurnal Infokes Vol 15 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
Publisher : Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/infokes.v15i1.4001

Abstract

Pending klaim adalah pengembalian klaim yang masih tertunda pada situasi dimana belum terdapat kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut mengenai aturan koding atau medis. Masalah yang sering terjadi dalam pending klaim adalah ketidaksesuaian data klinis, administrasi, dan koding yang menyebabkan keterlambatan pembayaran klaim rumah sakit. Hal ini dapat berdampak pada arus kas rumah sakit serta meningkatkan beban kerja tenaga administrasi dalam proses verifikasi dan revisi klaim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis pending berkas klaim rawat inap di RSUD Tebet tahun 2023. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yaitu pengembalian berkas klaim BPJS Kesehatan Pasien rawat inap oleh verifikator BPJS pada tahun 2023 sebanyak 617. Penyebab pending klaim rawat inap diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu pending Klinis sebanyak 343 (56%) , Administrasi sebanyak 197 (32%) dan Koding sebanyak 77 (12%). Berdasarkan Indentifikasi 5M terdapat 4 Faktor yaitu faktor Man : Dokter sering tidak lengkap dalam menulis resume medis dan diagnosa, serta koder tidak selalu mengikuti peraturan BPJS. Methode: Perbedaan jumlah berkas klaim dengan kunjungan pasien, dan keterlambatan hasil pemeriksaan penunjang. Matherial: SIMRS belum terhubung dengan aplikasi klaim, sehingga klaim masih dilakukan secara manual. Machines: Hasil scanner dan cetakan printer yang kurang jelas serta koneksi internet yang tidak stabil. Penelitian ini menyarankan perlunya pelatihan dan sosialisasi bagi dokter dan koder, peningkatan sistem informasi, serta perbaikan kualitas peralatan teknologi agar meminimalisir terjadinya pending klaim.
Analisis ketepatan kode hipertensi pasien BPJS rawat jalan berdasarkan ICD-10 di RS Bhakti Mulia Febriyani, Madinah; Iqbal, Muhammad Fuad; Putra, Daniel Happy; Sonia, Dina
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/hspj.v9i1.1220

Abstract

Ketepatan kode diagnosis sangat bergantung pada informasi yang ditulis dan diverifikasi oleh dokter dan petugas medis. Ketidakakuratan dalam pengodean diagnosis dapat berdampak serius terhadap kualitas pelaporan rumah sakit, khususnya pada laporan RL4B, yaitu laporan yang mencatat 10 besar penyakit terbanyak yang diderita pasien rawat inap berdasarkan klasifikasi ICD-10. Laporan RL4B ini merupakan bagian dari sistem pelaporan rutin rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan dan digunakan sebagai salah satu indikator utama dalam menilai kinerja rumah sakit. Selain itu, data dalam RL4B sangat penting dalam penyusunan kebijakan kesehatan, perencanaan program pelayanan, serta pengalokasian sumber daya kesehatan di tingkat nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketepatan pengodean diagnosis penyakit hipertensi pasien rawat jalan berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Bhakti Mulia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling atau purposive sampling, yaitu rekam medis pasien rawat jalan yang terdiagnosis hipertensi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 86 rekam medis sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53 rekam medis (62%) memiliki ketepatan dalam penentuan kode diagnosis hipertensi, sedangkan 33 rekam medis (38%) tidak tepat. Ketidaktepatan tersebut terutama terjadi pada pemberian kode gabungan (kombinasi) dan pengurutan kode diagnosis. Oleh karena itu, disarankan agar petugas coder rawat jalan meningkatkan ketepatan dalam pengodean diagnosis. Pelatihan berkala mengenai penggunaan ICD-10, khususnya terkait penerapan kode gabungan, direkomendasikan sebagai upaya perbaikan.
Ketepatan Pengodean Lanjutan Diagnosis Pasien Rawat Jalan di RSIJ Cempaka Putih Ulhamdiati, Ulhamdiati; Iqbal, Muhammad Fuad
Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 20 No. 1 (2025)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/sm.v20i1.1159

Abstract

Latar Belakang : Sejak diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional pada tahun 2004 yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Program Jaminan Kesehatan Nasional bertujuan untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.. Metode : Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada bulan Juni 2024 dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengevaluasi ketepatan pengkodean sekunder pada pasien rawat jalan. Penelitian difokuskan pada rekam medis pasien periode Juli hingga September 2023 dengan total 54.628 kasus, dan 368 kasus diambil sebagai sampel acak. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dan wawancara untuk memastikan ketepatan kode sekunder serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidaktepatan. Analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk menggambarkan distribusi frekuensi, dengan data sekunder yang diverifikasi melalui aplikasi RSIJ Cempaka Putih dan dikelola dalam format Excel. Hasil : Dari 368 sampel yang dianalisis, sebanyak 196 sampel (53,26%) memiliki kode yang tepat, sedangkan 172 sampel (46,74%) memiliki kode yang tidak tepat. Ketidaktepatan ditemukan pada kode Z09.4 (Pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan fraktur tulang), Z09.8 (Pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan lain untuk kondisi lain), Z35.8 (Kehamilan risiko tinggi), Z48.8 (Perawatan lanjutan pasca operasi), Z09.3 (Pemeriksaan lanjutan setelah psikoterapi), dan Z49.1 (Dialisis ekstrakorporeal). Kesimpulan : Perbaikan terhadap ketidaktepatan pengkodean pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, efisiensi administrasi, dan integritas keuangan. Penanganan permasalahan ini akan membantu dalam perencanaan layanan kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan kepada pasien dalam sistem kesehatan Indonesia yang terus berkembang.
Ketentuan Kodefikasi Pneumonia Kasus Rawat Inap pada Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berdasarkan ICD 10 Iqbal, Muhammad Fuad
Jurnal Rekam Medis & Manajemen Infomasi Kesehatan Vol. 2 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.041 KB) | DOI: 10.53416/jurmik.v2i1.66

Abstract

Pneumonia is a disease that attacks the respiratory system due to infection from viral/bacterial aspiration and radiation and other causes, if not treated properly it can worsen the patient's condition, causing an increase in treatment costs. In the era of the National Health Insurance (JKN), the Indonesian Case Base Groups (INA CBG's) system was an important element in the submission and payment of claims for payment of health services that had been carried out by health care facilities, based on the ICD 10 code for diagnosis and ICD 9 CM for the procedure in processing claim. Coder staff must proficient in codification and clinical pathways for each disease because the Health Insurance Administration Agency (BPJS) has rules for every diagnosis. Based on the dispute claim, the INA CBG claim problems in 2018 are determined for the diagnosis of pneumonia as follows: (1) pneumonia whose cause is not specified can be coded J18.9, (2) pneumonia with pulmonary TB must use the join code to A16.2, (3) pneumonia with COPD using the merge code to J44.0, except for acute exacerbations of COPD, coded separately (4) pneumonia with septicemia is coded separately unless medical investigations reveal Streptococcus pneumonia using combined code A40.3, (5) pneumonia with typhoid fever using the combination code A01.0† J17.0* and (6) pneumonia with asthma were coded separately. These provisions must be understood by coders in coding cases of pneumonia to avoid suspension so that the claim process runs smoothly and works efficiently
Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas dengan Metode PIECES di Pendaftaran Puskesmas Kemayoran Manullang, Febe Cristiani; Putra, Daniel Happy; Sonia, Dina; Iqbal, Muhammad Fuad
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.30352

Abstract

Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya. Tujuan penelitian ini memberikan evaluasi pada penggunaan sistem informasi manajemen dengan baik menggunakan aspek PIECES yang terdiri dari beberapa aspek yaitu performance (kinerja), information (informasi), economy (ekonomi), control (kontrol), sevice (pelayanan). Penelitian ini memakai dekskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada penggunaan sistem ditemukan permasalahan pada variabel data yang tidak ditemukan pada aplikasi simpus yaitu e-puskesmas yang menyebabkan penggunaan e-puskesmas menjadi membutuhkan waktu yang lama dan menganggu pelayanan.
Analisis Implementasi Artificial Intelligence dalam Dunia Kesehatan Indonesia: Literature Review: Analysis of Artificial Intelligence Implementation in the Indonesian Healthcare Sector: A Literature Review Avianta, Nur Azizah Syaputri; Putra, Daniel Happy; Satrya, Bangga Agung; Iqbal, Muhammad Fuad
MALCOM: Indonesian Journal of Machine Learning and Computer Science Vol. 5 No. 4 (2025): MALCOM October 2025
Publisher : Institut Riset dan Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57152/malcom.v5i4.2229

Abstract

Artificial Intelligence (AI) diharapkan menjadi kekuatan utama dalam mendukung transformasi digital sektor kesehatan, sesuai visi Kementerian Kesehatan tahun 2023. Namun, implementasi AI di Indonesia masih jauh dari harapan. Meskipun terdapat inisiatif kuat untuk memanfaatkan AI dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan kesehatan, penerapannya masih terbatas dan belum merata. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode literature review terhadap 52 artikel ilmiah periode 2021–2024. Dengan pendekatan teori Diffusion of Innovation, penelitian ini mengevaluasi manfaat AI dalam diagnosis, pengambilan keputusan klinis, manajemen data, dan peningkatan akses pelayanan, serta mengidentifikasi model adopsi dan tantangan utama dalam penerapannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tantangan utama dalam implementasi AI di sektor kesehatan Indonesia mencakup belum adanya regulasi spesifik, lemahnya infrastruktur digital, isu etika, dan rendahnya literasi teknologi. Meski demikian, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan ekosistem AI yang adaptif dan inklusif. Keberhasilan implementasi sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor, penguatan regulasi, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan kapasitas teknologi. Dengan strategi nasional yang terarah dan berkelanjutan, AI berpeluang menjadi pilar transformasi sistem pelayanan kesehatan yang lebih modern, efisien, dan berdaya saing.
Analisis Manajemen Penyelesaian Pending Klaim Kasus Fragmentasi di RSUD Budhi Asih Putri, Rula Afrilia Padila; Iqbal, Muhammad Fuad
Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 20 No. 3 (2025)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/sm.v20i3.1219

Abstract

Latar Belakang: Fragmentasi merupakan kondisi ketika pasien melakukan kunjungan rawat jalan berulang dengan diagnosis serupa dalam waktu kurang dari tujuh hari. Kasus ini sering menimbulkan masalah administratif karena sistem klaim BPJS Kesehatan menganggapnya sebagai satu episode pelayanan, sehingga berpotensi menimbulkan klaim pending. Akumulasi klaim pending ini berdampak pada keterlambatan pembayaran dan dapat meningkatkan beban keuangan rumah sakit. Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods dengan desain explanatory sequential. Data kuantitatif diambil dari klaim pending rawat jalan periode Mei–Juli 2023 di RSUD Budhi Asih, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan petugas pendaftaran, koder, dan kepala rekam medis. Analisis dilakukan secara deskriptif serta diidentifikasi menggunakan pendekatan 5M (Man, Method, Machine, Money, dan Material). Hasil : Ditemukan 31 kasus fragmentasi dari total 444 klaim pending rawat jalan dengan pola fluktuatif, dan puncak tertinggi pada Juni 2023 sebesar 11,1%. Faktor penyebab utama meliputi kurangnya pelatihan petugas, belum adanya SOP khusus, keterbatasan fitur SIMRS, keterlambatan pendanaan tahunan, serta ketidakpatuhan pasien terhadap jadwal kontrol. Kondisi ini menyebabkan keterlambatan pembayaran klaim dan meningkatkan beban finansial rumah sakit.  Kesimpulan : Penyelesaian klaim pending dilakukan melalui peningkatan kompetensi SDM, perbaikan sistem informasi, serta penyusunan SOP dan koordinasi lintas unit. Dukungan pendanaan dan sistem digital yang berkelanjutan diperlukan agar RSUD Budhi Asih dapat menekan jumlah klaim pending dan meningkatkan efisiensi administrasi.
Evaluasi Efektivitas Tempat Tidur Tahun 2019-2024 Di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Salsabella, Pradita; Iqbal, Muhammad Fuad; Fannya, Puteri; Dewi, Deasy Rosmala
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan Vol 6 No 4 (2025): September
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-remi.v6i4.6154

Abstract

The effectiveness of bed utilization is a key indicator of inpatient service quality. Fluctuations in the number of beds at Pelabuhan Hospital Jakarta from 2019 to 2024 have affected the Bed Occupancy Rate (BOR), which remains below the ideal standard. This study aims to evaluate bed utilization effectiveness during that period using a descriptive quantitative method based on inpatient census data. Results showed that the number of beds in each ward fluctuated, with an average BOR ranging from 37% to 74%. The Turnover Interval (TOI) and Average Length of Stay (AvLOS) were generally within the ideal range, while the Bed Turnover (BTO) tended to be high. Changes in bed numbers had varying effects on BOR: an average increase of 3.8 beds raised BOR by 22.8%, while an increase of 5 beds reduced it by 8.4%. Conversely, reducing 2.6 beds increased BOR by 7.2%, while reducing 2 beds decreased it by 19.3%. Bed procurement was carried out through an official memorandum from the nursing unit to the director based on service trends and needs. Therefore, bed planning should use predictive methods and historical data analysis over a minimum of three to five years.
Desain Tracer Berbasis Elektronik di Bagian Filing RSUD Bakti Pajajaran Hambali, Naira Fazilanisa; Satrya, Bangga Agung; Putra, Daniel Happy; Iqbal, Muhammad Fuad
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 4 (2026): November - January
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i4.3341

Abstract

Tracer merupakan sistem pelacakan dan pencatatan pergerakan berkas rekam medis pasien selama masa rawat inap untuk memastikan dokumen dapat ditemukan dengan cepat dan akurat. Di RSUD Bakti Pajajaran, tracer awalnya dilakukan secara manual menggunakan dokumen fisik, yang sering menimbulkan kesalahan pencatatan, keterlambatan pelacakan, dan rendahnya efisiensi kerja. Untuk mengatasi hal tersebut, rumah sakit mulai mengimplementasikan tracer elektronik berbasis spreadsheet. Namun, karena desain sistemnya belum terstruktur, muncul berbagai kendala dalam pengelolaan dan integrasi data. Penelitian ini bertujuan menyempurnakan tracer elektronik agar lebih fungsional, efisien, serta selaras dengan alur kerja petugas filing. Penelitian dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Esa Unggul dengan melibatkan petugas filing, kepala rekam medis, dan petugas IT RSUD Bakti Pajajaran selama Desember 2024 hingga Juli 2025. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) model prototyping, yang mencakup tahapan analisis kebutuhan, perancangan prototipe, serta evaluasi pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tracer elektronik yang dikembangkan telah dilengkapi fitur pencatatan peminjaman dan pengembalian rekam medis dengan validasi data dan dropdown status, serta dashboard visual untuk memantau status dokumen secara real-time. Berdasarkan hasil evaluasi, sistem baru ini mampu meningkatkan akurasi pencatatan, mempercepat proses pencarian dokumen, dan secara signifikan mendukung transformasi digital dalam pengelolaan rekam medis di RSUD Bakti Pajajaran.
REVIEW OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OHS) IMPLEMENTATION IN THE FILING ROOM OF BALARAJA REGIONAL HOSPITAL Junata, Ilfan; Rumana, Nanda Aula; Indawati, Laela; Iqbal, Muhammad Fuad
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 9 No. 4 (2025): DESEMBER
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v9i4.3083

Abstract

Occupational Safety and Health (OSH) plays a pivotal role in ensuring a safe, healthy, and productive workplace even in areas like hospital archives. The archives room at Balaraja Regional General Hospital stores vital medical records and is exposed to physical, chemical, biological, and ergonomic hazards. This study explores how OSH is implemented in this environment, focusing on five key indicators: hazard recognition and risk control, ergonomic practices, routine health checks, management of facilities and infrastructure, and emergency preparedness. Using a qualitative descriptive approach with a case study method, data were gathered through observations and interviews with the hospital’s OSH team leader and six archive officers. Findings show that many safety measures are well applied, including regular cleaning to control dust, OSH training sessions, use of personal protective equipment, and annual health checks in line with regulations. However, gaps remain, such as inadequate lighting, non-ergonomic chairs, and absence of a first aid kit. In conclusion, while OSH implementation meets several standards, improvements in hazard management, facilities, and ergonomics are necessary to create a safer, more comfortable workspace that supports archivists’ efficiency and well-being.