Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Revolusi Demokrasi: Suatu Gagasan Memperbaiki Demokrasi Indonesia Miftahul Habib Fachrurozi
Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah Vol 8, No 1 (2016): Mozaik
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.737 KB) | DOI: 10.21831/moz.v8i1.10768

Abstract

Abstrak Paper ini mencoba menguraikan permasalahan demokrasi di Indonesia sekaligus solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Paper ini sangat penting karena memahami permasalahan pelaksanaan demokrasi di Indonesia harus selalu dikaitan dengan Kapitalisme global yang terus menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia harus dapat lepas dari cengkeraman Kapitalisme global agar mampu melaksanakan demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai ideal demokrasi Indonesia. Paper ini menjadi penting karena menawarkan gagasan revolusi demokrasi untuk memperbaiki demokrasi Indonesia. Penerapan nilai-nilai ideal demokrasi Indonesia serta hambatan pelaksanaan demokrasi Indonesia menjadi hal yang penting dikaji dalam rangka memperbaiki demokrasi Indonesia. Pertanyaan yang muncul adalah apa nilai-nilai ideal demokrasi Indonesia? Bagaimana permasalahan pelaksanaan demokrasi Indonesia? Serta bagaimana melaksanakan revolusi demokrasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang akan dibahas dalam paper ini. Sumber yang digunakan dalam paper ini diambil dari literatur-literatur primer maupun sekunder yang memiliki kaitan terhadap demokrasi Indonesia. Karya tersebut berisi tentang pemikiran dan pandangan founding father bangsa Indonesia terhadap demokrasi Indonesia. Selain itu terdapat pula karya sejumlah sejarawan serta ilmuwan politik kontemporer yang digunakan dalam paper ini. Nilai-nilai ideal demokrasi Indonesia harus didasarkan pada kondisi sosio-historis bangsa Indonesia. Nilai-nilai ideal demokrasi Indonesia bersumber dari nilai kolektif, kesetaraan, dan kemanusiaan. Permasalahan pelaksanaan demokrasi Indonesia disebabkan oleh ketidakmerataan sumber daya politik dan ekonomi pada masyarakat Indonesia. Hal tersebut diakibatkan oleh sistem Kapitalisme global. Revolusi demokrasi harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pelaksanaan revolusi demokrasi harus sejalan dengan konsep sosio-demokrasi yang digagas Soekarno. Pelaksanaan konsep sosio-demokrasi merupakan solusi atas permasalahan demokrasi Indonesia pada saat ini. Kata kunci: demokrasi, Indonesia, revolusi demokrasi, kapitalisme, sosio-demokrasi
Abdul Rivai: Potret Intelegensia Bumiputra Pada Awal Abad Kedua Puluh Miftahul Habib Fachrurozi
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 17, No 1 (2021): ISTORIA Edisi Maret, Vol. 17. No. 1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/istoria.v17i1.29834

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan pendidikan Barat di Hindia Belanda pada abad kesembilan belas, (2) mengetahui Transformasi Elit Bumiputra Terpelajar pada Awal Abad Kedua Puluh, (3) mengetahui kiprah Abdul Rivai sebagai salah satu intelegensia bumiputra. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan Barat di Hindia Belanda memunculkan suatu kelompok sosial baru yang dikenal dengan istilah elit bumiputra terpelajar. Elit bumiputra terpelajar pada mulanya dirancang menjadi pangreh praja yang mendukung kekuasaan pemerintah kolonial, akan tetapi perubahan sosial politik pada awal abad keduapuluh melahirkan intelegensia bumiputra yakni elit bumiputra terpelajar yang memiliki perhatian terhadap isu-isu sosial. Abdul Rivai merupakan potret intelegensia bumiputra yang cukup berpengaruh pada awal abad kedua puluh. Gagasannya dalam Bintang Hindia merupakan suatu stimulus yang memberikan kesadaran sosial politik bagi kaum bumiputra. Gagasannya dalam Bintang Hindia serta pencapaian akademiknya merupakan inspirasi bagi intelegensia bumiputra pada masanya. Oleh karena itu, Abdul Rivai tetaplah harus diakui sebagai salah satu pionir intelegensia bumiputra yang memberi warna dalam dinamika sosial politik di Hindia Belanda pada awal abad kedua puluh. Kata Kunci: Abdul Rivai, Bintang Hindia, Elit Bumiputra Terpelajar, Intelegensia Bumiputra ABSTRACTThis study aims: (1) to determine the development of Western education in the Dutch East Indies in the nineteenth century, (2) to find out the Transformation of educated elite Indigenous at the Beginning of the Twentieth Century, (3) to know Abdul Rivai's gait as one of the indigenous intellectual. This research uses the historical method which consists of the stages of gathering resources, source criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicate that the implementation of Western education in the Dutch East Indies gave rise to a new social group known as the educated elite Indigenous. The educated elite Indigenous was originally designed to be a civil service commander who supported the power of the colonial government, but socio-political changes in the early twentieth century gave birth to the indigenous intellectual, the educated elite Indigenous who had an interest in social issues. Abdul Rivai is a portrait of indigenous intellectual which was quite influential in the early twentieth century. The idea in the Bintang Hindia is a stimulus that provides social political awareness for the indigenous people. His ideas on the Bintang Hindia and his academic achievements were an inspiration to the indigenous intellectual of his time. Therefore, Abdul Rivai must still be recognized as one of the pioneers of indigenous intellectual who gave color to the socio-political dynamics in the Dutch East Indies at the beginning of the twentieth century.Keywords: Abdul Rivai, Bintang Hindia, Educated elite Indigenous, Indigenous intellectual
Training of Health Protocol Agents at SMK Ma'arif NU Banjarsari to Prepare Face-To-Face Learning in the New Normal Era Dede Wahyu Firdaus; Laely Armiyati; Ilham Rohman Ramadhan; Miftahul Habib Fachrurozi
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2022): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.402 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v5i1.1715

Abstract

In 2021, the Ministry of Education and Culture had allowed face-to-face learning (PTM) in schools with various terms and conditions, including the zone and level of PPKM (Enforcement of Community Activity Restrictions) in the area. Some parents very well welcome this policy, but others are still hesitant to allow their children to join PTM. Observing this, school readiness in maintaining the implementation of the Health Protocol is the primary key to success in the new normal era. One of the efforts is to establish a health protocol agency consisting of teachers and student representatives. Health protocol agents are tasked with ensuring the implementation of health protocols in schools from the arrival to the return of all school residents.
Indie Weerbaar Polemic and the Radicalization of Sarekat Islam (1917-1918) Miftahul Habib Fachrurozi
Indonesian Historical Studies Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ihis.v4i2.9095

Abstract

This article analyses the polemic relationship between the formation of Indie Weerbaar and the radicalization of the Sarekat Islam. The organization later protected the Dutch East Indies from the effects of the First World War. The support from Sarekat Islam initiated  polemics with left groups within the Sarekat Islam. This article was written using the historical method. It emphasizes on the using of primary sources in the form of writing records from some prominent figures of Sarekat Islam. The results show that the Sarekat Islamdecentralization policy implemented by the Governor-General of Idenburg resulted in the organization's leadership losing control of its agencies. Abdoel Moeis' involvement in the Indie Weerbaar committee triggered a polemic against leftist figures in Sarekat Islam, especially Semaoen. Semaoen managed to take advantage of the formation polemic of Indie Weerbaar to increase his influence and popularity. Semaoen even succeeded in influencing the Sarekat Islam congress participants to support more radical organizational policies such as the labor movements. In other hand, Semaoen also succeeded in influencing other Sarekat Islam leaders, including Tjokroaminoto, to become more radical through the organization of Radicale Concentratie in Volksraad. Thus, it can be seen that the polemic on the formation of Indie Weerbaar led to the radicalization of the Sarekat Islam movement.
Sistem Informasi Pengolahan Data Penyediaan Air dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS) berbasis Web Acep Irham Gufroni; Cecep Muhamad Sidik Ramdani; Haikal Millah; Miftahul Habib Fachrurozi; Andi Nur Rachman
Journal of Appropriate Technology for Community Services Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jattec.vol2.iss1.art7

Abstract

The availability of clean water is a hope for the community to meet the needs of drinking sources and the availability of proper sanitation will prevent various diseases. So the government collaborates with villages in providing Community Based Drinking Water and Sanitation (PAMSIMAS). The PAMSIMAS program aims to increase the number of clean water facilities for communities in areas with low economic income levels. In the PAMSIMAS program in Tigaherang Village, Rajadesa District, Ciamis Regency, socialization steps are needed to the community to provide an understanding of clean water and sanitation, monitoring of clean water use and transparency of the PAMSIMAS program. To support its implementation, a Web-based Information System for Water Supply and Sanitation (PAMSIMAS) application design is proposed. This information system is expected to be able to optimize the performance and service of clean water for the community. Keywords: Community, PAMSIMAS Program (community based drinking water supply and sanitation), Information System.
POLITIK ETIS DAN BANGKITNYA KESADARAN BARU PERS BUMIPUTRA Miftahul Habib Fachrurozi
BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.531 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers berbahasa anak negeri dan pers bumiputra di Hindia Belanda, (2) mengetahui lahirnya kebijakan politik etis di Hindia Belanda, (3) mengetahui kaitan politik etis dan bangkitnya kesadaran baru pers bumiputra. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pers berbahasa anak negeri muncul dan berkembang pada paruh kedua abad kesembilan belas. Pers berbahasa anak negeri pada masa itu memiliki orientasi komersial dan misionaris. Pers bumiputra baru muncul di penghujung abad kesembilan belas dengan terbitnya Pewarta Prijaji. Kebijakan politik etis di Hindia Belanda dilatarbelakangi oleh merosotnya kondisi sosial-ekonomi kaum bumiputra akibat kegagalan liberalisme serta perubahan peta politik di Belanda. Edukasi merupakan program terpenting dalam politik etis. Kebijakan ini mewariskan semangat kemajuan serta memunculkan kelas sosial baru yakni bumiputra terpelajar. Politik etis berdampak ke dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang pers. Kaitan antara politik etis dan kebangkitan kesadaran baru pers bumiputra terlihat dalam sejumlah surat kabar yang dikelola oleh kaum bumiputra terpelajar. Surat kabar tersebut antara lain Bintang Hindia yang dikelola oleh Abdul Rivai, Retnodoemilah yang dikelola Wahidin Soedirohoesodo serta Medan Prijaji serta Poetri Hindia yang dipimpin Tirto Adhi Soerjo. Surat kabar tersebut dengan jelas mencerminkan semangat kemajuan yang merupakan warisan kebijakan politik etis. Semangat kemajuan inilah yang terus diartikulasikan oleh bumiputra terpelajar pada era setelahnya dan kelak berkembang menjadi kesadaran nasional bangsa Indonesia untuk melepaskan diri cengkeraman kolonialisme Belanda.
Eksistensi Kaum Tionghoa dalam Dunia Pers di Hindia Belanda Tahun 1869-1942 Iyus Jayusman; Miftahul Habib Fachrurozi
BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peranan orang Tionghoa dalam dunia pers di Hindia Belanda sebelum abad kedua puluh, (2) mengetahui perkembangan industri pers Tionghoa di Hindia Belanda pada masa pergerakan nasional. Artikel ini disusun dengan berdasarkan metode penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo melalui tahapan pemulihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Eksistensi kaum Tionghoa dalam dunia pers di Hindia Belanda dimulai dengan kemunculan Lo Tun Tay sebagai editor surat kabar Mataharie pada tahun 1869. Krisis ekonomi yang terjadi menjelang akhir abad kesembilan belas mendorong munculnya embrio industri pers Tionghoa yang ditandai dengan akuisisi sejumlah pers Eropa oleh pengusaha Tionghoa. Pers Tionghoa semakin berkembang memasuki masa pergerakan nasional. Pers Tionghoa memiliki perbedaan orientasi politik yakni mendukung Nasionalisme Indonesia, mendukung Nasionalisme Tionghoa, dan mendukung pemerintah kolonial. Adapun sikap tersebut tidak dapat dilepaskan dari kepentingan politik maupun ekonomi. Dengan demikian, eksistensi pers Tionghoa pada masa pergerakan nasional tidak hanya dapat ditinjau dari aspek politik saja, melainkan pula aspek ekonomi. Industri pers Tionghoa di Hindia Belanda berakhir seiring dengan pendudukan Jepang pada tahun 1942. Kata Kunci: :  Pers, Kaum Tionghoa, Hindia Belanda 
Strengthen the Nationalism Values of Senior High School Students in Tasikmalaya Through Vidgram Learning Media Based on the Karang Resik Event Cici Nurfadillah; Fitri Andri Yani; Ine Nova Ayu; Miftahul Habib Fachrurozi
Pancaran Pendidikan Vol 9, No 3 (2020)
Publisher : The Faculty of Teacher Training and Education The University of Jember Jember, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.702 KB) | DOI: 10.25037/pancaran.v9i3.303

Abstract

This article aims to design a learning media based on the events of Karang Resik as an effort to strengthen the values of nationalism in senior high school students in Tasikmalaya. The method used in this research is descriptive qualitative method, will be obtained from literature studies. Vidgram learning media is a learning media in the form of video that is integrated into Instagram media. The media of this event-based Karang Resik event illustrates the values of unity, freedom and a sense of unity among the Tasikmalaya people, Ciamis, TRI, Hizbullah, Sabilillah in the Karang Resik event. With the strengthen of nationalism values in senior high school students, this media can be a supporting medium for solving the problem of intolerance and conservatism in Tasikmalaya City, as well as being an example for the current condition of Tasikmalaya to create and build unity among all Tasikmalaya communities.
Gerakan Emansipasi Perempuan dalam Bidang Pendidikan di Jawa Barat Pada Awal Abad Kedua Puluh Andrea Dinurul Aeni; Miftahul Habib Fachrurozi
BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gerakan emansipasi perempuan di Jawa Barat serta peranan tokoh-tokoh yang menonjol dalam gerakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gerakan emansipasi perempuan dalam bidang pendidikan di Jawa Barat (1904-1948) dilatarbelakangi oleh adanya politik etis, dan keadaan kaum perempuan di abad ke-19 yang mengkhawatirkan. Selain itu kaum perempuan sering dianggap lemah dan tidak bisa melakukan pekerjaan seperti halnya kaum pria. Ketidakadilan inilah yang membuat tokoh-tokoh perempuan berjuang mati-matian untuk memperjuangkan kesetaraan harkat perempuan dengan laki-laki, serta kebebasan untuk memilih dan mengelola kehidupannya, terutama dalam hal pendidikan. Muncullah gerakan emansipasi perempuan yang dianggap sebagai momentum untuk memperjuangkan hak mereka. Tokoh yang memelopori gerakan emansipasi perempuan dalam bidang pendidikan di Jawa Barat salah satunya Dewi Sartika dan Raden Ayu Lasminingrat. Dewi Sartika yang berjuang untuk memberikan pendidikan yang layak bagi kaum perempuan dengan mendirikan Sakola Istri di Bandung pada tahun 1904. Perjuangan yang tidak mudah bagi Dewi Sartika dalam mendirikan sekolah Istri. Perjuangan Dewi Sartika di ikuti oleh Raden Ayu Lasminingrat di Garut untuk mendobrak pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa seorang perempuan tidak perlu mendapatkan pendidikan membuahkan hasil yang bagus.Kata Kunci: Emansipasi Perempuan, Pendidikan, Jawa Barat, Dewi Sartika, Raden Ayu LasminingratAbstractThis study aims to reveal the women's emancipation movement in West Java and the role of prominent figures in the movement. This study uses historical research methods according to Kuntowijoyo. The results of this study indicate that the women's emancipation movement in the field of education in West Java (1904-1948) was motivated by ethical politics and the worrying condition of women in the 19th century. In addition, women are often considered weak and unable to do work as well as men. It is this injustice that makes female figures fight desperately to fight for the equality of women's dignity with men, as well as the freedom to choose and manage their lives, especially in terms of education. The women's emancipation movement emerged which was considered a momentum to fight for their rights. The figures who pioneered the women's emancipation movement in the field of education in West Java were Dewi Sartika and Raden Ayu Lasminingrat. Dewi Sartika struggled to provide a proper education for women by establishing a Sakola Istri in Bandung in 1904. Dewi Sartika's struggle was not easy in establishing a Wife school. Dewi Sartika's struggle was followed by Raden Ayu Lasminingrat in Garut to break society's view that women do not need to get an education and produce good results.Keywords:  Women Emancipation, Education, West Java, Dewi Sartika, Raden Ayu Lasminingrat 
Pelatihan Pengembangan Pariwisata di Desa Kawasen untuk Mewujudkan Desa Wisata Berbasis Eco-Tourism Miftahul Habib Fachrurozi; Dede Wahyu Firdaus; Laely Armiyati; Ilham Rohman Ramadhan
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 4 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i4.13832

Abstract

Sektor pariwisata berkontribusi besar dalam menggerakkan roda perekonomian di wilayah pedesaan sekaligus mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Selain itu, sektor pariwisata perlu dikelola secara optimal dalam rangka pemulihan ekonomi pasca Covid-19, termasuk di wilayah pedesaan. Desa Kawasen merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam untuk dijadikan sebagai destinasi wisata berbasis eco-tourism. Oleh karena itu, masyarakat desa harus memiliki kemampuan dalam mengelola potensi dan daya tarik wisata alam di wilayah tersebut. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka diperlukan identifikasi potensi, pelatihan pengelolaan dan pendampingan pengembangan bagi pemerintah desa, Pokdarwis, serta masyarakat umum dalam hal pariwisata. Kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan kapasitas pemerintah desa serta Pokdarwis maupun masyarakat desa dalam mengelola dan mengembangkan destinasi wisata alam di Desa Kawasen menuju desa wisata berbasis eco-tourism.