Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Pemanfaatan Vertical Garden Sebagai Alternatif Solusi Ketersediaan Pangan Masyarakat Zulpi Miftahudin; Randy Fadillah Gustaman; Dede Wahyu Firdaus; Setio Galih Marlyono
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2021): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.248 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v4i1.1085

Abstract

Universitas Siliwangi sebagai institusi Pendidikan memiliki kewajiban pengabdian terhadap masyarakat sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Universitas. Bentuk pengabdian yang akan diajukan adalah mengedukasi masyarakat akan Ketahanan Pangan, dalam hal ini secara spesifiknya adalah dengan membangun Vertical Garden sebagai solusi alternative pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat perkotaan dalam era New Normal Covid-19. Lokasi pengabdian adalah di Kelurahan Setiamulya Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Bentuk kegiatan pengabdian ini adalah berbasis kemitraan dengan menggunakan kaji tindak (action research) dengan menggunakan pendekatan andragogy yaitu Pendidikan orang dewasa dengan jenis pelatihan berupa workshop. Metode utama yang digunakan dalam pelatihan adalah demontrasi, simulasi, dan praktek pemasangan vertical garden. Siklus pengabdiannya terdiri dari dua siklus, siklus pertama yaitu (1) Orientasi pelatihan, (2) Pemaparan materi terkait vertical garden, (3) Workshop pembuatan vertical garden, (4) Refleksi ketercapaian target pelatihan siklus pertama. Sedangkan siklus kedua terdiri dari (1) Penyampaian refleksi siklus pertama, (2) Workshop perbaikan dan penyempurnaan vertical garden, (3) Refleksi ketercapaian target pelatihan siklus kedua. Khalayak sasaran dari pengabdian ini adalah masyarakat di Kelurahan Setiamulya Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya yang dipilih secara random sampling sebanyak 5 rumah (menyesuaikan dengan biaya pengabdian). Target luaran dan dampak yang ingin dicapai oleh pengabdian ini adalah terbinanya masyarakat yang mengerti dan dapat memanfaatkan vertical garden untuk kebutuhan pangan sehari-hari ditengah pandemic covid-19 ini. Kata kunci : Vertical Garden, Ketersediaan Pangan, Masyarakat
Training of Health Protocol Agents at SMK Ma'arif NU Banjarsari to Prepare Face-To-Face Learning in the New Normal Era Dede Wahyu Firdaus; Laely Armiyati; Ilham Rohman Ramadhan; Miftahul Habib Fachrurozi
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2022): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.402 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v5i1.1715

Abstract

In 2021, the Ministry of Education and Culture had allowed face-to-face learning (PTM) in schools with various terms and conditions, including the zone and level of PPKM (Enforcement of Community Activity Restrictions) in the area. Some parents very well welcome this policy, but others are still hesitant to allow their children to join PTM. Observing this, school readiness in maintaining the implementation of the Health Protocol is the primary key to success in the new normal era. One of the efforts is to establish a health protocol agency consisting of teachers and student representatives. Health protocol agents are tasked with ensuring the implementation of health protocols in schools from the arrival to the return of all school residents.
Notifications of Covid-19 and Its Potential Impacts for Readers: A Study of Critical Discussion Case Study of the Antara and Republika Media Fikri Hakim; Shinta Rosiana; Dede Wahyu Firdaus; Ai Siti Nurjamilah
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 5, No 1 (2022): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i1.3579

Abstract

The media's point of view on an issue has a considerable impact on reader acceptance and understanding. This is the background for researchers to study further about the media's point of view. This study aims to identify the media's point of view between Antara and Republika in reporting on COVID-19. The researcher chose the Covid-19 news as the object of study because currently the issue is a global issue and of course has a high level of urgency to be studied further. There are six discourses that become sources of data analysis. This study uses a qualitative method with a critical discourse study approach of Teun A. van Dijk. The researcher uses three elements of van Dijk's textual analysis, namely thematic elements, intent, and quotations. The results of the textual analysis are combined with an analysis of the social and cultural background of the media. An analysis of the social and cultural setting of the media was carried out to identify the potential influence of this setting on the news production process. The results of the analysis show that the news on Covid-19 in the Antara media tends to bring the state (government) point of view, while Republika is more from a general point of view.
PEWARISAN NILAI-NILAI HISTORIS DAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAMPUNG ADAT DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Dede Wahyu Firdaus
Jurnal Artefak Vol 4, No 2 (2017): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.434 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i2.906

Abstract

Pada masa sekarang ini pendidikan modern yang lebih mengarah pada rasionalitas seringkali mengabaikan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lokal yang kaya akan nilai-nilai budaya. Sehingga akan menjadi sebuah permasalahan jika kita tidak dapat mengenal jati diri bangsa kita sendiri. Bagaimana kita dapat memiliki sebuah identitas nasional jika tidak mengenal akar budaya leluhur kita. Rendahnya pengetahuan akan keberadaan komunitas adat merupakan sebuah hal yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Selain itu perlu adanya sebuah kebijakan baru yang tidak hanya melindungi komunitas adat tersebut, tetapi mengenalkan nilai-nilai ajaran luhur yang dimiliki oleh komunitas-komunitas adat di Indonesia terhadap kaum muda di Indonesia. Untuk itu, dalam mengatasi berbagai gejala seperti di atas, sebenarnya dapat dipahami bersama dengan pendekatan budaya, yaitu pendekatan melalui pewarisan nilai-nilai historis dan kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Pewarisan nilai-nilai historis dan kearifan lokal masyarakat kampung adat Kuta dalam pembelajaran sejarah ini dilakukan melalui proses penerapan model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran yang bisa digunakan agar hasil belajar bisa optimal dalam rangka pewarisan nilai sejarah lokal adalah dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL). Model Pembelajaran ini merupakan suatu sistem pengajaran yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.Today, modern education that leads to rationality often ignores the knowledge of local knowledge that is rich in cultural values. So it will be a problem if we can not recognize our own national identity. How can we have a national identity if we do not know the roots of our ancestral cultures. The low knowledge of the existence of indigenous communities is a matter of concern to the various parties. In addition, there is a need for a new policy that not only protects the indigenous community, but introduces the noble teachings of indigenous communities in Indonesia to young people in Indonesia. Therefore, in overcoming the various symptoms as above, it can be understood in conjunction with the cultural approach, namely the approach through the inheritance of historical values and local wisdom. The method used in this study used a qualitative approach with ethnographic methods. The inheritance of the historical values and the local wisdom of the indigenous villagers of Kuta in the study of history is done through the process of applying contextual learning model. Learning model that can be used for learning outcomes can be optimal in order to inherit the value of local history is to use Contextual Teaching and Learning (CTL). This learning model is a teaching system that generates meaning by linking the academic content and the context of the student's daily life.
BELAJAR SEJARAH DI MUSEUM: OPTIMALISASI LAYANAN EDUKASI BERBASIS PENDEKATAN PARTISIPATORI Laely Armiyati; Dede Wahyu Firdaus
Jurnal Artefak Vol 7, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.14 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i2.3472

Abstract

Museum berperan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, peningkatan layanan museum sebagai tempat edukasi harus terus dilakukan salah satunya dengan mengimplementasikan pendekatan partisipatori. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana implementasi layanan edukasi di museum dengan pendekatan partisipatori. Penelitian menggunakan metode studi kasus pada museum di bawah otoritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan museum di bawah otoritas Pemerintah Daerah di wilayah DKI Jakarta. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Wawancara dilakukan pada pengelola museum dan pengunjung, observasi dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung, dan terakhir melalui analisis dokumen berupa arsip data pengunjung. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua museum telah melakukan layanan edukasi dengan memberikan pelabelan pada koleksi, memberikan layanan kepemanduan, membuat situs daring berisi informasi koleksi tentang museum, mengadakan pameran dan festival. Implementasi layanan edukasi berbasis pendekatan partisipatori di museum dilakukan dengan dua cara yaitu mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peran aktif pengunjung dan berkolaborasi dengan komunitas masyarakat untuk mengadakan kegiatan di museum.Museums play an important role in improving the quality of learning history. Therefore, improving museum services as a place of education must be done, one of which is by implementing a participatory approach. This study examines how the implementation of educational services in museums with a participatory approach. The research uses the case study method in the museum under the authority of the Ministry of Education and museum under the authority of the Regional Government in the DKI Jakarta area. Data were collected by interview, observation, and document analysis techniques. Interviews were conducted at museum managers and visitors, observations were carried out by direct visits, and document analysis was carried out at visitor data archives. This research shows that both museums have provided educational services by labeling collections, providing guiding services, creating online sites containing collection information about museums, holding exhibitions and festivals. The implementation of educational services based on participatory approaches in museums is done in two ways, namely holding activities that lead to the active role of visitors and collaborating with the community to hold activities in the museum.
PEMANFAATAN SITUS ASTANA GEDE SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN SEJARAH LOKAL MAHASISWA Dede Wahyu Firdaus
BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.234 KB)

Abstract

Penelitian ini berangkat dari semakin menurunnya tingkat kesadaran sejarah lokal dikalangan generasi muda, khususnya pada mahasiswa. Memudarnya pemahaman mengenai kesadaran sejarah lokal akan dibarengi dengan hilangnya jati diri dan identitas serta nilai-nilai budaya lokal yang ada, salah satunya keberadaan situs sejarah yang lebih sering digunakan untuk kepentingan rekreasi daripada kepentingan edukasi. Pertanyaan penelitian ini adalah (1) Bagaimana desain perencanaan pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar (2) Mengapa situs Astana Gede digunakan sebagai sumber belajar (3) Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar (4) Bagaimana hasil yang muncul pada mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar untuk mengembangkan kesadaran sejarah lokal. Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Galuh, dengan subjek penelitian mahasiswa tingkat II semester IV yang terdiri dari kelas II A dan II B. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, catatan lapangan, dan observasi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa; (1) Dosen perlu menyesuaikan antara silabus perkuliahan dengan Rencana Perkuliahan Semeter (RPS) dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP); (2) Dengan penggunaan pembelajaran sejarah yang bersifat lokal ini dapat dijadikan sebagai suatu metode mengajar yang menarik; (3) Proses pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar telah memberikan pengalaman yang baru bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat memahami dan memaknai situs sejarah dengan efektif; (4) Hasil yang muncul dalam pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar untuk mengembangkan kesadaran sejarah lokal adalah adanya sikap dan perilaku mahasiswa yang peduli terhadap warisan sejarah dan budaya lokal leluhurnya.
Hubungan Bank Dunia Dengan Kegagalan Ekonomi Di Indonesia Pada Masa Orde Baru Dede Wahyu Firdaus; Thomas Megantara
Jurnal Artefak Vol 9, No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.726 KB) | DOI: 10.25157/ja.v9i2.8961

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana hubungan kerjasama antara Bank Dunia dengan Indonesia dan mengambil latar belakang mengenai adanya permasalahan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto atau yang sering kita kenal sebagai era Orde Baru. Korupsi, kesenjangan kesejahteraan di masyarakat, pembangunan yang tidak merata, serta inflasi di tahun 1997 merupakan beberapa masalah yang terjadi pada sektor ekonomi di Indonesia. Pada saat kondisi ekonomi Indonesia terpuruk sepeninggal pemerintahan Soekarno, Indonesia kemudian menjalin kerjasama dengan Bank Dunia melalui bantuan dana dengan syarat harus mengikuti Structural Adjustment Programs (SAPs). Tujuan dari SAPs adalah supaya Indonesia menjadi negara yang terbuka terhadap penanaman modal dari investor asing sehingga perekonomian Indonesia dapat stabil. Penelitian ini akan berpedoman pada metode sejarah dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah ketika Indonesia mengalami krisis moneter, ada hubungannya dengan pemberian dana bantuan dan program SAPs dari Bank Dunia, karena dengan adanya dana bantuan tersebut Indonesia menjadi terjerat utang yang tinggi dan lagi dana bantuan tersebut banyak dikorupsi. Selain itu, program SAPs menjadikan Indonesia  terbuka dengan investor asing yang membuat sektor-sektor penting dikuasai oleh perusahaan asing dan ketika terjadi krisis para investor tersebut pergi meninggalkan Indonesia.
Pelatihan Pengembangan Pariwisata di Desa Kawasen untuk Mewujudkan Desa Wisata Berbasis Eco-Tourism Miftahul Habib Fachrurozi; Dede Wahyu Firdaus; Laely Armiyati; Ilham Rohman Ramadhan
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 4 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i4.13832

Abstract

Sektor pariwisata berkontribusi besar dalam menggerakkan roda perekonomian di wilayah pedesaan sekaligus mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Selain itu, sektor pariwisata perlu dikelola secara optimal dalam rangka pemulihan ekonomi pasca Covid-19, termasuk di wilayah pedesaan. Desa Kawasen merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam untuk dijadikan sebagai destinasi wisata berbasis eco-tourism. Oleh karena itu, masyarakat desa harus memiliki kemampuan dalam mengelola potensi dan daya tarik wisata alam di wilayah tersebut. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka diperlukan identifikasi potensi, pelatihan pengelolaan dan pendampingan pengembangan bagi pemerintah desa, Pokdarwis, serta masyarakat umum dalam hal pariwisata. Kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan kapasitas pemerintah desa serta Pokdarwis maupun masyarakat desa dalam mengelola dan mengembangkan destinasi wisata alam di Desa Kawasen menuju desa wisata berbasis eco-tourism.
PEMIKIRAN DELIAR NOER MENGENAI GERAKAN ISLAM MODERN INDONESIA 1900-1942 Iskandar, Irpan; Firdaus, Dede Wahyu
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan Vol 1 No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51190/jazirah.v1i1.2

Abstract

Deliar Noer is Indonesian scholar in the field of Islamic politics and history in 20th century. His thoughts on the modern Indonesian Islamic movement 1900-1942 have made scientific contributions and become a reference for Islamic studies in Indonesia. The writing of this article aims to analyze the thoughts of a Deliar Noer in his book entitled "Modern Indonesian Islamic Movement 1900-1942". The method used in thi article is a literature review research method. The results showed; (1) the beginning ofthe modern Islamic movement emerged from the influence of the ulama who studied in the Middle East, until modern Islamic thoughts spread to various regions in the Dutch East Indies using organizational, educational, and press methods. (2) Modern Islamic movements in Indonesia can be distinguished into social education, political and economic movements. (3) the development of the modern Islamic movement experienced dynamics and reactions that emerged from the Dutch colonial government, traditional Muslim circles, as well as national and nationalist circles.
Eksplorasi potensi cagar budaya di kota Tasikmalaya sebagai pengayaan bahan ajar sejarah lokal Fachrurozi, Miftahul Habib; Armiyati, Laely; Ramadhan, Ilham Rohman; Firdaus, Dede Wahyu
International Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS) Vol 4 No 2 (2024): IJHESS OCTOBER 2024
Publisher : CV. AFDIFAL MAJU BERKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55227/ijhess.v4i2.1296

Abstract

Cultural heritage potential plays an important role in presenting meaningful history learning, unfortunately this has not been done in the Tasikmalaya city. This research aims to: 1) describe the use of cultural heritage in local history teaching materials; 2) describe a brief history of the city of Tasikmalaya, and; 3) Analyze the use of cultural heritage in the city of Tasikmalaya as enrichment of local history teaching materials. This research is qualitative research with a descriptive method where data is obtained through documentation and observation. The research results show that cultural heritage has an important role as a source of learning local history. There are 63 cultural heritage potential sites in the city of Tasikmalaya. There are a number of cultural heritage sites that can be used to enrich local historical material, including: 1) Lingga Yoni Indihiang as material to enrich local historical material during the Hindu-Buddhist era; 2) Sheikh Abdul Ghorib's grave in Kawalu during the Islamic era; 3) The Tasikmalaya Regent's official residence complex and cultural heritage in the center of Tasikmalaya city during the colonial period, and 4) the PETA Monument and the Cooperative Monument during the independence revolution. The use of the cultural heritage potentials in Tasikmalaya City in history learning can be done through two things, namely the application of the field trip method and the design of cultural heritage-based history teaching materials. This is expected to provide meaningful local history learning for students.