Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Logistics Cost Analysis of Catfish in Special Region of Yogyakarta, Indonesia: Internal and External of Logistics Component Costing Systems Sylvia, Teny; Widodo, Kuncoro Harto; Ismoyowati, Dyah
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 18, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jsekp.v18i2.12507

Abstract

Catfish are the most popular cultivated fish in special region of yogyakarta in special region of yogyakarta especially Sleman, Kulon Progo, and Bantul District.  These products are categorized as high perishable product so need a special handling to keep the quality from fish farmers to the customers. The aims of this study are to identify and calculate the logistics cost component that needed to keep the quality along the supply chain of catfish. There are three types of data collection methods used, namely observation, in- depth interview, and literature review. The analysis includes descriptive analysis, logistics cost components using ABC, and cost charging systems. Furthermore, it can be known the proportion of each logistics cost component of catfish. This study shows that there are six component of catfish logistics cost, i.e. procurement, material handling, transportation, maintenance, inventory, and customer communication. It also shows that the highest logistics cost component averaged proportion is, 76.421%, material handling.
Pembuatan Selai Kopi sebagai Inovasi Produk di Desa Tapak Gedung Kabupaten Kepahiang Bengkulu Fadhilah, Nurul; Achmad, Feerzet; Sylvia, Teny; Hatta, Madani
Jurnal Ilmiah Pangabdhi Vol 10, No 1: April, 2024
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/pangabdhi.v10i1.23247

Abstract

Coffee is one of the leading commodities in Indonesia. Indonesia is one of the largest coffee producers in the world. Jam is a type of semi-wet food through a cooking process made by adding a combination of fruits, sugar, without food additives or food additives that have been permitted. Coffee jam is one form of product diversification made from original ground coffee. In this jam making activity add granulated sugar as another main component. Tapak Gedung Village, which is one of the villages in Tebat Karai District, Kepahiang Regency, Bengkulu Province, has natural resources and coffee potential that supports. Coffee is the crop of the majority of the local population. Arabica and Robusta coffee types are the most widely cultivated. The level of coffee liking among the people is very high, and it has become a daily routine to consume it. Therefore, it is necessary to make coffee product innovations that aim to create a different sensation when consuming coffee, extend shelf life, and are expected to increase selling value that is beneficial to the local community. Furthermore, to support the success of making coffee jam, organoleptic test questionnaire sheets related to taste, aroma, color and texture were distributed to village and community officials.
PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK BERBAHAN BATANG PISANG SEBAGAI PENGGANTI PUPUK KIMIA DI DESA TALANG KARET KABUPATEN KEPAHIANG Achmad, Feerzet; Sulaiman, Ali Khotib; Fitranita, Vika; Sylvia, Teny; Firmansyah, Agus; Suhartono, Suhartono
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan Vol 8 No 3 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jss.v8i3.510

Abstract

Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk cair hasil fermentasi dengan bahan limbah organik hasil pertanian dan limbah organik rumah tangga dan dibantu dengan EM4, pupuk ini merupakan salah satu inovasi bagi masyarakat yang ketergantungan terhadap pupuk kimia yang memiliki harga yang cukup mahal. Kandungan pupuk organik cair ini pada dasarnya hampir sama dengan pupuk kimia dimana unsur yang terdapat didalam nya berupa unsur C, N, dan H yang dapat berguna bagi kesuburan tanah. Batang pisang menjadi salah satu bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair ini, dikarenakan populasinya yang cukup melimpah di Desa Talang Karet, Kabupaten Kepahiang, yang mayoritas penduduk nya bermata pencaharian sebagai petani baik kebun maupun hortikultura. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan pentingnya beralih dari pupuk kimia pada pupuk organik, sehingga dana yang dialokasikan masyarakat tidak terlalu berlebihan pada pupuk, namun dapat di alokasikan pada kepentingan kebun lainnya. Tingkat keberhasilan dari pelatihan ini dinilai dari pupuk yang dihasilkan, mencakup kekentalan, dan pH.
Pelatihan Pengolahan Pepaya Sebagai Potensi Lokal Menjadi Permen Pepaya di Tebat Karai, Bengkulu Zuhri, Ahmad Azkal Azkiya; Fitranita, Vika; Sylvia, Teny; Achmad, Feerzet
Dedikasi : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2024): Dedikasi : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III DKI Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53276/dedikasi.v3i2.167

Abstract

Pepaya atau Carica Papaya L merupakan suatu buah yang dihasilkan dari suatu biji yang ditanam dengan tanah yang subur sehingga menghasilkan buah yang segar. Pepaya biasanya tumbuh di daerah tropis ataupun subtropis. Kelurahan Tebat Karai merupakan salah satu Kelurahan di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah berkebun. Salah satu potensinya adalah buah pepaya, sehingga masyarakat Kelurahan Tebat Karai perlu mendapatkan pengetahuan bagaimana cara memanfaatkan potensi lokal ini dengan baik. Dengan melalui pelatihan, diharapkan masyarakat mampu mengolah buah pepaya sebagai potensi lokal menjadi permen pepaya yang dapat memberikan pertumbuhan dalam segi ekonomi. Pelatihan ini dinyatakan berhasil dapat dilihat dari pemahaman masyarakat dalam pembuatan buah pepaya menjadi permen pepaya.
Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Sebagai Pupuk Organik di Desa Nanti Agung, Kabupaten kepahinang, Bengkulu Achmad, Feerzet; Mahendra, Lufy Eka; Sylvia, Teny; Hatta, Madani; Marlina, Titi
Babakti: Journal of Community Engangement Vol. 1 No. 1 (2024): April
Publisher : Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/babakti.v1i1.7

Abstract

Melimpahnya tanaman kopi di Desa Nanti Agung, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu menyebabkan penumpukan limbah kulit kopi akibat proses pengolahan biji kopi. Untuk itu, dilakukan pelatihan berupa pemanfaatan limbah kulit kopi untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Pembuatan pupuk organik ini dengan mencampurkan limbah kulit kopi dengan kotoran ayam dan EM4 sebagai sumber bakteri pengurai yang diproses selama 14 hari. Hasil dari pelatihan pembuatan pupuk organik yaitu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat tentang pembuatan dan manfaat pupuk organik dari limbah kulit kopi. Dalam aplikasinya pada tanaman kopi, pupuk organik ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologis pada tanah melalui unsur hara yang terkandung didalamnya serta mengurangi ketergantungan masyarakat dalam penggunaan pupuk kimia.
Coffee Supply Chain Performance Measurement In Ulu Belu District, Tanggamus Regency, Lampung Province Sylvia, Teny; Wiyono, Teguh; Putra, Endo Pebri Dani; Asrol, Muhammad; Sembiring, Noveliska Br; Yunira, Eka Nur'azmi; Subara, Deni; Devita, Wilda Harlia
Agroindustrial Journal Vol 12, No 1 (2025)
Publisher : Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/aij.v12i1.106071

Abstract

Ulu Belu District, as the largest producer of robusta coffee in Lampung Province, faces challenges throughout its coffee supply chain, from cultivation to marketing. This study aims to examine the structure of the coffee supply chain, evaluate its performance using the Supply Chain Operations Reference (SCOR) model combined with the Analytic Network Process (ANP), and recommend strategies for improvement. The identification results reveal that the coffee supply chain in Ulu Belu District involves several key actors, including farmers, commodity aggregators, collectors, business partners, ground coffee processors, domestic roasters, retailers, exporters, and consumers. This supply chain operates through the flow of products, information, and financial resources among these actors. The coffee supply chain performance measurement results in Ulu Belu District indicate a very poor overall performance score of 58.855. Performance at the three supply chain tiers also reflects concerning conditions: farmers scored 59.721, indicating a very poor performance; collectors scored 62.888, reflecting a poor condition; and business partnerships scored the lowest at 53.957, also categorized as very poor. The strategies for improving supply chain performance include providing training and outreach on Good Agricultural Practices (GAP), implementation of GAP and Good Handling Practices (GHP), implementation of the Common Code for the Coffee Community (4C) certification, increasing storage warehouse capacity, implementing Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR) in supply chain management in Ulu Belu, determining safety stock, and planning delivery schedules.
Development and Priority Selection of Marketing Strategies for Pangas Catfish Skin Chips at Gatiga Snack MSMEs Novriyanti, Eka; Sylvia, Teny; Sembiring, Noveliska Br
Agroindustrial Journal Vol 12, No 1 (2025)
Publisher : Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/aij.v12i1.106078

Abstract

Gatiga Snack MSMEs, a chip producer in South Lampung, faces tough competition and requires effective marketing strategies to grow. This study aims to develop and select strategies that can be implemented by Gatiga Snack using SWOT analysis and QSPM. Based on the SWOT analysis results, 18 recommended strategies were obtained. These strategies are then prioritized using QSPM analysis. There are three recommended strategy implementation periods. In the first period, six strategies were recommended that could be implemented. The highest TAS score among the strategies in the first period was forming a special marketing team for managing the Gatiga Snack MSME business (WO4), amounting to 7.296. In the second period, six strategies were also recommended that could be implemented. An intensive promotional strategy by creating a schedule of online and offline routine promotional activities (WO2) resulted in the highest TAS score of 7.141 in the second period. The third-period strategy consisted of six strategies with the highest TAS score of 7.031, namely building a brand image by making reviews or testimonials about the quality of Pangas Catfish Skin Chips’s Gatiga Snack so that new consumers would trust and be interested in buying (ST3).
From Tradition to Transformation: A Scientific Blueprint for Safer Tofu in Bandar Lampung Subara, Deni; Kumala, Reza; Sylvia, Teny
Journal of Agritechnology and Food Processing Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jafp.v5i1.32978

Abstract

Tofu is an affordable, ubiquitous protein source, but its production, especially in small and medium-sized enterprises (SMEs) using traditional methods, presents significant microbiological risks. To address these risks, we analyzed the production process of a local producer, "tahu SMS" in Bandar Lampung, using the Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) system. Our investigation identified 23 biological, chemical, and physical hazards and established five critical control points (CCPs) at the filtering, coagulation, printing, and packaging stages. The primary outcome is a producer-specific HACCP plan detailing critical limits, monitoring protocols, and corrective actions. This study provides a practical framework for "tahu SMS" to improve food safety and offers a replicable model for integrating scientific safety principles into traditional tofu production 
Pengaruh Aplikasi Edible Coating Pati Jagung dengan Penambahan Lilin Lebah terhadap Mutu Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) Putra, Endo Pebri Dani; Larassati, Dyah Putri; Pinem, Holan Pindon; Sylvia, Teny; Subara, Deni; Laksono, Untung Trimo; Thamrin, Elfa Susanti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 19, No 2 (2025): TEKNOTAN, Agustus 2025 (In Progress)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol19n2.8

Abstract

Pisang ambon merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan tingkat konsumsi paling tinggi di Indonesia. Buah pisang ambon memiliki kerentanan terhadap kerusakan yang tinggi sehingga sangat memengaruhi mutu buah. Upaya menghambat proses kerusakan pada buah pisang ambon perlu dilakukan dengan menerapkan penanganan pasca panen. Salah satu penanganan pasca panen yang dapat diterapkan adalah dengan pengaplikasian edible coating. Edible coating dapat dibuat dari bahan turunan karbohidrat seperti pati jagung. Penambahan lilin lebah digunakan untuk memperbaiki sifat pati jagung yang memiliki resistensi rendah terhadap uap air. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penambahan lilin lebah pada edible coating pati jagung terhadap mutu buah pisang ambon dan mendapatkan konsentrasi lilin lebah terbaik dalam menghasilkan edible coating berbasis pati jagung yang dapat mempertahankan mutu buah pisang ambon selama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yaitu penambahan konsentrasi lilin lebah dengan 5 taraf yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Parameter yang diamati adalah yaitu susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, kekerasan, dan uji organoleptik. Perlakuan terbaik dalam mempertahankan mutu buah pisang ambon adalah perlakuan penambahan lilin lebah 1% karena memiliki nilai susut bobot paling rendah sebesar 2,884%, kadar air 86,947%, kadar vitamin C sebesar 10,091 mg/100 g, total padatan terlarut 22,167 %brix, kekerasan 5,278 kg/cm2. Perlakuan 1% juga memperoleh skor mutu paling tinggi berdasarkan uji skoring yaitu sebesar 1,60 untuk tekstur, 2,00 untuk warna, 1,77 untuk aroma, dan 3,44 untuk rasa.