Musik tradisi Dayak adalah musik yang lahir dan berkembang di pulau Kalimantan yang identik dengan kebudayaan khas suku Dayak. Generasi muda saat ini, khususnya generasi milenial mulai meninggalkan musik tradisi Dayak dikarenakan beberapa faktor seperti perkembangan teknologi, pergaulan dengan budaya lain, hingga modernisasi. Generasi milenial lebih tertarik dengan musik-musik modern yang easy listening. Hal ini dapat mengancam kelestarian kebudayaan dan kesenian tradisi, khususnya di bidang seni musik. Oleh karena itu dibutuhkan reposisi musik tradisional untuk meningkatkan eksistensi berkesenian generasi milenial. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan studi pustaka. Sasaran penelitian ini adalah pendiri sanggar Antang Batuah, praktisi, dan akademisi bidang budaya tradisi Dayak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan FGD (Focus Group Discussion). Dari hasil observasi, wawancara, dan beberapa FGD yang dilakukan didapati bahwa perlu adanya reposisi musik tradisional berupa penggunaan pattern percussion modern pada aransemen musik tradisi Dayak. Namun tidak semua pattern modern dapat diadaptasi pada musik tradisi Dayak karena pattern yang terlalu rumit, sehingga tidak cocok untuk musik tradisi Dayak yang mayoritas digunakan sebagai musik pengiring tari. Penggunaan pattern percussion modern terbukti membawa suasana baru pada musik tradisi Dayak dan terdengar lebih kekinian sehingga akan dapat menarik minat generasi milenial terhadap musik tradisi Dayak.