Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

GERAKAN BANTEN BEBERSIH DALAM PERSPEKTIF DAKWAH EKOLOGI Gufron, Uup
Jurnal Bimas Islam Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.873 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v10i2.23

Abstract

This research is intended to find out the description of the ecological da?wah implemented in the Cleaning Banten Movement 2017 programs. This answers the question of how the activity implementation and whether the activity implements the ecological da?wah principles. This research is qualitative descriptive by conducting interviews on the informans who are directly involved in the da?wah ecology activities as well as its object and field survey. This study found the conclusion that the activity contains the ecological da?wah principles as the principle (1) al-intifa; (2) al-i'tibar; (3) al-ishlah; (4) al-tauhid; (5) al-ayat; (6) al-khalifah; (7) al-amanah; (8) al-'adalah; (9) al-tawazun; (10) al-riayah dun al-israf; and (11) al-tahdits wa al-istikhlaf, but the activity still has many shortcomings and weaknesses in its implementation and follow-up. This because the factor is still a little bit of public awareness and inadequate of following-up these activities program. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang dakwah ekologi yang terimplementasi dalam program Gerakan Banten Bebersih 2017. Hal ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut dan apakah kegiatan tersebut mengimplementasikan prinsip-prinsip dalam dakwah ekologi. Penelitian ini bersifat deskriprif kualitatif dengan melakukan wawancara pada pelaku yang terlibat langsung dalam kegiatan dakwah ekologi tersebut maupun objeknya serta survey lapangan. Penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa kegiatan tersebut mengandung prinsip-prinsip dakwah ekologi seperti prinsip (1) al-intifa; (2) al-i?tibar; (3) al-ishlah; (4) al-tauhid; (5) al-ayat; (6) al-khalifah; (7) al-amanah; (8) al-?adalah; (9) al-tawazun; (10) al-riayah dun al-israf; dan (11) al-tahdits wa al-istikhlaf, namun kegiatan tersebut masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dalam implementasi dan tindaklanjutnya. Hal ini disebabkan karena faktor  masih minimkan kesadaran masyarakat dan tidak memadainya program lanjutan dari kegiatan tersebut. 
CORAK MODERASI BERAGAMA KELUARGA MUALAF TIONGHOA (STUDI KASUS JAMAAH MASJID LAUTZE JAKARTA PUSAT) Gufron, Uup
Jurnal Bimas Islam Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Bimas Islam 2019
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.293 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v12i2.115

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui corak pemahaman moderasi beragama keluarga mualaf Tionghoa yang berada dalam binaan Masjid Lautze Pasar Baru Jakarta Pusat. Mayoritas mualaf binaan Masjid Lautze adalah dari kalangan etnis Tionghoa. Hal ini menjawab pertanyaan bagaimanakah corak yang menjadi kekhasan dalam moderasi beragama yang dijalani para mualaf etnis Tionghoa. Penelitian ini termasuk kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara langsung dengan responden yang relevan dan olah data. Berdasarkan data temuan, latar belakang para mualaf Tionghoa menjadi muslim dilatarbelakangi oleh tiga faktor, yakni (1) faktor spiritualitas; (2) faktor rasionalitas; dari (3) faktor identitas. Faktor spiritualitas lebih dominan dibanding faktor lain, sehingga pemahaman moderasinya lebih mengedepankan perasaan kasih sayang, kelembutan hati, cinta-kasih, dan saling menghormati. Corak moderasi yang dimiliki para mualaf binaan Masjid Lautze dipengaruhi oleh sosok tokoh muslim etnis Tionghoa bernama Haji Karim Oei, yang merupakan tokoh Muhammadiyah yang memiliki pemahaman yang modernis (tajd?di), pembauran (ist??ab), dan moderat (taw?suth), bersikap toleran (tasamuh); dan tidak ekstrim (tatharruf). Kata Kunci: moderasi; mualaf; Tionghoa; keluarga; Lautze Abstract This article aims to find out the religious moderation characteristics in Chinese Muslim Families who are under the auspices of the Masjid Lautze Pasar Baru, Central Jakarta. The majority of Mualaf guided by the Lautze Mosque are from the ethnic Chinese. This article answers the question of how the characteristic which become the uniqueness in religious moderation experienced by Chinese Mualaf. This study included descriptive qualitative by conducting direct interviews with relevant respondents and data processing. Based on data, the background of Chinese Mualaf to become Muslim is motivated by three factors, namely (1) the spirituality factor; (2) the rationality factor; from (3) identity factor. The spirituality factor is more dominant than other factors, so that the moderation understanding puts forward affection feeling, gentleness, love and mutual respect. The characteristic moderation of the Mualaf guided by the Lautze Mosque is influenced by the ethnic Chinese Muslim figure named Haji Karim Oei, who is a Muhammadiyah figure and a modernist (tajd?di), assimilation (ist??ab) and moderate (taw?suth), tolerant (tasamuh); and not extremist (tatharruf). Keywords: moderation; mualaf; China; family; Lautze
KONSEP GOOD GOVERNANCE DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI Gufron, Uup
Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 4 (2015): Jurnal Bimas Islam
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.622 KB)

Abstract

Abstract This article focuses on studying and observing the thought of Al-Ghazali on the concept of good governance. It is expected to obtain the answer how exactly the concept of political ethics he put it, so it can be a reference and a foothold in the management of state and government in this modern century. So, this reseach is to answer how the concept of political ethics in the view of of Al-Ghazali and what the view of Al-Ghazali on government ethics that can be interpreted as the principles of good governance is. The objectives of this writing is to make formulation the concept of good governance of Al-Ghazali based on ethics philosophy. The writer concludes that Al-Ghazali suggested or gave some advices to the rulers how to make good governance (husn al-siyâsah) based on ethics. These are formulated into seven principles such as competence (kaf??ah); doing fairness (?âdalah); live by low profile  (basâthah); working honesty (amanâh); having responsiveness (istij?bah); humble and sincerity (Tawaddhu? wal Ikhlash); and  meekness to public (rifq).   Abstraksi Tulisan ini fokus pada kajian dan menggali pemikirian Al-Ghazali tentang konsep kepemerintahan yang baik. Diharapkan dapat memberikan jawaban bagaimana sebenarnya konsep etika politik yang ia kemukakan, sehingga dapat menjadi acuan dan pijakan dalam pengelolaan negara dan pemerintahan di abad modern ini. Jadi, penelitian ini adalah untuk menjawab bagaimana konsep etika politik dalam pandangan Al-Ghazali dan apa pandangan Al-Ghazali tentang etika pemerintahan yang dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk membuat formulasi konsep tata kelola yang baik dari Al-Ghazali berdasarkan etika filsafat. Penulis menyimpulkan bahwa Al-Ghazali menyarankan atau memberikan beberapa nasihat kepada penguasa bagaimana membuat tata pemerintahan yang baik (husn al-siyasah) berdasarkan etika. Ini diformulasikan ke dalam tujuh prinsip seperti kompetensi (kafa'ah); melakukan keadilan ('adalah); hidup dengan rendah hati (basâthah); kejujuran bekerja (amanah); memiliki respon (istij?bah); rendah hati dan ketulusan (Tawaddhu 'wal Ikhlash); dan kelembutan untuk umum (rifq). Keywords: Islam, Government, Good governance
The Role of Educators/Teachers and Students in the Process of Teaching and Learning Activities Siregar, Nujuluddin; Gufron, Uup; Kartono, Kartono
BRIGHT : A Journal of English Language Teaching, Linguistics and Literature Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : STKIP PGRI Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29100/bright.v7i2.6165

Abstract

Community Service Activities at SMK Cakra Nusantara Depok are as a means of social servicein the context of Community Service and the application of science and technology to delivermaterial on 'The Role of Educators/Teachers and Students in the Process of Teaching andLearning Activities' in addition to sharing teaching experiences according to with the field andbackground of the educators at the Foundation. What is our role as teachers so far in educatingand developing students' spiritual, emotional, intellectual, ethical intelligence in their lives, andhow educators apply learning theory while understanding their role, especially in the process oflearning foreign/English language activities at the educational foundation. How to apply learningtheory in various fields of school study is not easy, in addition to requiring professional abilityand responsiveness, of course, concern for learning itself is very important for each individualeducator. In this Millennial era, all circles are anesthetized by the rapid flow of informationtechnology, the era of the Industrial Revolution 4.0 or even 5.0 is accompanied by various fastpaced, instant and online life activities, so the responsibility of parents, especially teachers, iseven more difficult, namely preparing the next generation. The tough ones are ready to face anysituation, however that lies before them. One of the skills that they must possess and honecontinuously is the ability to master a foreign/English language which is a window for otherknowledge to be opened. Humans are born in the world not with an empty plate (the theory oftabula rasa). Because every human being has been equipped with what are called 'faculties of themind', one part of which is specially created for language acquisition (Noam Chomsky, UniversalLanguage, 1959).
Peran Pendidikan Dalam Membentuk Kesadaran Bela Negara diKalangan Pelajar SMP Islam Harapan Ibu Kartono, Kartono; Gufron, Uup; Siregar, Nujuluddin
JAGADDHITA: Jurnal Kebhinnekaan dan Wawasan Kebangsaan Vol 4, No 1 (2024): JAGADDHITA: Jurnal Kebhinnekaan dan Wawasan Nusantara
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jagaddhita.v4i1.3655

Abstract

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan keragaman suku dan budaya, menghadapi tantangan dalam menanamkan kesadaran bela negara, terutama di kalangan generasi milenial. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pendidikan dalam membentuk kesadaran bela negara di kalangan pelajar SMP Islam Harapan Ibu. Metode yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analitis, yang melibatkan studi kepustakaan dan analisis peraturan perundang-undangan terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi materi bela negara dalam kurikulum pendidikan nasional masih kurang optimal, dan terdapat penurunan kesadaran bela negara di kalangan pelajar. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung nilai-nilai bela negara juga belum dimaksimalkan. Simpulan dari penelitian ini menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai bela negara dalam pendidikan formal dan non-formal. Saran yang diberikan adalah perlunya penguatan kurikulum, pelatihan bagi pendidik, serta peningkatan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada bela negara untuk meningkatkan kesadaran dan cinta tanah air di kalangan pelajar. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan dalam membentuk generasi yang memiliki kesadaran bela negara yang kuat.
Manusia, Alam dan Tuhan dalam Ekosufisme Al-Ghazali Gufron, Uup; A. Hambali, Radea Yuli
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol. 7 No. 1 (2022): JAQFI VOL.7 NO. 1, 2022
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jaqfi.v7i1.16275

Abstract

Artikel ini dimaksudkan untuk menggali pemikiran Al-Ghazali tentang relasi manusia, alam dan Tuhan. Dari sini dibangun suatu problem utama bahwa kerusakan alam disebabkan karena ketidakharmonisan antara manusia, alam dan Tuhan, sehingga menghadirkan berbagai bencana seperti kebakaran, banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, kekeringan, erosi, dan lain sebagainya. Pandangan manusia modern yang menjadikan alam sebagai objek menjadi problem yang hendak digali dalam artikel ini. Dari problem ini diharapkan dapat ditemukan formulasi primer tentang gagasan Al-Ghazali tentang ekosufisme sebagai solusi alternatif atas krisis lingkungan. Data riset bersumber dari karya-karya Al-Ghazali yang berisi tentang etika manusia kepada Tuhan dan etika manusia kepada alam, serta relasi timbal balik antara keduanya. Artikel ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan metode analisis konten dari beberapa karya Al-Ghazali yang berbicara tentang alam dan lingkungan hidup. Dari berbagai karya Al-Ghazali yang telah digali diketahui bahwa sumber ketidakharmonisan hubungan antara alam, manusia dan Tuhan disebabkan karena faktor konsumtif manusia atas kebutuhan hidupnya sehingga memacu manusia untuk berbuat serakah sehingga menjadikan alam sebagai objek pemenuhan kebutuhan hidupnya. Padahal alam adalah manifestasi cinta Tuhan di bumi, sehingga untuk mencintai Tuhan harus melalui cintanya kepada alam. Untuk itu diperlukan etika uzlah, mahabbah, wara’, zuhud, dan syukur agar terbentuk relasi etis antara manusia, alam dan Tuhan.
Maximizing Teacher and Student Potential in the Language Classroom Siregar, Nujuluddin; Kartono, -; Gufron, Uup
BRIGHT : A Journal of English Language Teaching, Linguistics and Literature Vol 8, No 2 (2025)
Publisher : STKIP PGRI Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29100/bright.v8i2.8672

Abstract

In traditional classrooms, activities and tasks were clearly a part of a pre-planned syllabus that had been previously designed and based on specific curriculum guidelines. Teachers, in answering the prescriptions laid down by these guidelines have found a difficult to be creative given the time and the demands imposed by them. In responding to admonitions for them to be creative, teachers have often resorted to bringing in randomly selected task for the sake of variety and to avoid monotony. In a learner-centered curriculum, learning tasks are selected for the purpose of raising learner awareness and development of strategies while at the same time working on items in the language that would lead to better fluency.