Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PELAPISAN BAHAN MAGNETIK PASIR BESI BUGEL DENGAN SITRAT Rosiati, Nur Mutia; Miswanda, Dikki; Muflikhah, Muflikhah
Walisongo Journal of Chemistry Vol 2, No 1 (2019): Walisongo Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry Faculty of Science and Technology Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.484 KB) | DOI: 10.21580/wjc.v3i1.3577

Abstract

Pemanfaatan bahan alam sebagai sumber bahan magnetik (BM) merupakan keuntungan tersendiri, yakni preparasi yang lebih mudah dilakukan, jumlah bahan kimia yang digunakan lebih sedikit dan biaya preparasi lebih terjangkau. Hasil membuktikan bahwa unsur terbanyak yang terkandung pada BM pasir besi Pantai Bugel adalah Fe, Ti dan Si dengan fasa oksida dominan berupa magnetit. Modifikasi BM dilakukan untuk mendukung perannya sebagai adsorben magnetik. Bahan magnetik pasir besi Pantai Bugel terlapis sitrat (BM/Sitrat) telah berhasil disintesis pada penelitian ini. Variasi waktu perendaman BM dalam larutan sitrat dilakukan dengan waktu 6, 12 dan 24 jam untuk mengetahui waktu optimum perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum perendaman dicapai pada waktu 24 jam.
PERAN RESIN ANIONIK SEBAGAI PENGGANTI AMONIA PADA PROSES PEWARNAAN ARTIKEL SUEDE KULIT SAPI Rosiati, Nur Mutia
Jurnal Peternakan (Jurnal of Animal Science) Vol 8, No 2 (2024): JURNAL PETERNAKAN (JURNAL OF ANIMAL SCIENCE)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jas.v8i2.16412

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi resin anionik sebagai bahan pembantu pengganti amonia pada proses pewarnaan artikel suede kulit sapi. Proses pewarnaan dilakukan dengan menggunakan bahan resin anionik sebanyak 6% kemudian hasilnya dibandingkan dengan proses pewarnaan dengan amonia 3%. Kulit hasil pewarnaan dikarakterisasi secara organoleptis yang meliputi uji kerataan warna, ketembusan warna, dan writing effect dengan skala penilaian 1-5. Hasil uji kerataan warna menunjukkan resin anionik dan amonia menghasilkan tingkat kerataan yang sama (3,5). Uji tingkat ketembusan warna dan writing effect menunjukkan bahwa resin anionik menghasilkan tingkat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan amonia, yakni hasil tiap uji 3,5 untuk resin anionik dan 3,25 untuk amonia. Hal ini membuktikan bahwa resin anionik dapat digunakan sebagai pengganti amonia pada proses pewarnaan artikel suede kulit sapi.
Characteristic of Chrome-Tanned and Vegetable-Tanned Goat Garment Leathers Rosiati, Nur Mutia; Rachmawati, Laili; Udkhiyati, Mustafidah
Jurnal Peternakan Vol 21, No 2 (2024): September 2024
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v21i2.28919

Abstract

ABSTRACT. Chrome tanning material is still widely used in the tanning process for garment leather production. Its use began to be reduced to overcome its negative environment impact. Vegetable tannin of a mimosa and tara combination was used in this study to substitute chrome tanning material. Garment made from vegetable-tanned leather with a ratio mimosa to tara of 5:13 was compared to garments made from chrome-tanned leather, both the production methods and resulting leather characteristics. To obtain garment leather characteristics, chrome-tanned leather requires auxiliary materials and two fatliquoring steps. Vegetable-tanned leather requires more auxiliary materials and fatliquoring steps (3 steps). Physical test results show that chrome-tanned leather gives better tensile strength, elongation, tear strength, and softness that meet with SNI (Standar Nasional Indonesia or Indonesian National Standard). Meanwhile, garments from vegetable-tanned leather exhibit elongation, tear strength, and softness that meet with SNI. However, adding auxiliary materials and fatliquoring steps in the garment-making process from vegetable-tanned leather is still unable to produce the softness, smoothness, and elasticity of a garment from chrome-tanned leather.
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH FLESHING UNTUK PAKAN MAGGOT BLACK SOLDIER FLY Rahmawati, Atiqa; Ajie, Baskoro; Rabbika, Fadzkurisma; Rachmawati, Laili; Anggriyani, Emiliana; Rosiati, Nur Mutia; Adetya, Nais Pinta; Yuliatmo, Ragil; Juhana, Swatika; Udkhiyati, Mustafidah
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 9, No 2 (2025): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v9i2.29235

Abstract

Abstrak: Permasalahan limbah padat fleshing dari industri penyamakan kulit menjadi hal yang perlu diperhatikan. Limbah fleshing umumnya hanya ditimbun di lahan atau dibakar yang dapat mencemari lingkungan. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini yaitu terwujudnya pemanfaatan limbah fleshing sebagai pakan maggot dan meningkatkan nilai tambah limbah penyamakan kulit pada karyawan perusahaan penyamakan kulit di Yogyakarta dan untuk meningkatkan softskill dan hardskill peserta dalam budidaya maggot. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Kampus 1 Politeknik ATK Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 3 tahap: (1) persiapan dan survei, (2) penyuluhan materi dan praktik budidaya maggot dari limbah fleshing, dan (3) evaluasi kegiatan diklat. Pelatihan dalam bentuk praktik budidaya maggot terdiri dari tiga tahap yaitu penetasan telur maggot, pembiakan telur maggot, dan pemanenan maggot setelah 9-14 hariPeserta merupakan karyawan perusahaan kulit di Yogyakarta yang terdiri dari 15 pesertaTingkat pemahaman peserta terhadap materi dikategorikan baik, dengan peningkatan nilai rata-rata pretest dari (78) menjadi posttest (86). Instruktur telah memenuhi kriteria dalam ketepatan waktu, kehadiran setiap proses dan mampu menyampaikan materi dengan baik dengan nilai rata-rata 4,7 (sangat baik). Penilaian seluruh aspek kegiatan yang meliputi tema atau materi diklat, metode diklat, fasilitas, dan penyelenggaraan diklat menunjukkan nilai rata-rata 4,68 (sangat baik).Abstract: The problem of fleshing solid waste from the leather tanning industry is something that needs attention. Fleshing waste is generally only dumped on land or burned, which can pollute the environment. The aim of this community service is to realize the use of fleshing waste as maggot feed and increase the added value of tanning waste for employees of tanning companies in Yogyakarta and to improve the soft skills and hard skills of participants in maggot cultivation. The activities were carried out at Campus 1 of ATK Yogyakarta Polytechnic. The implementation of this activity is divided into 3 stages: (1) preparation and survey, (2) counseling on materials and practices for cultivating maggots from fleshing waste, dan (3) evaluation of training activities. Counseling in the form of maggot cultivation practices consists of three stages, namely hatching maggot eggs, cultivating maggot eggs, and harvesting maggots after 9-14 days. Participants are employees of a leather company in Yogyakarta consisting of 15 participants. The level of participants' understanding of the material is categorized as good, with an increase in the average pre-test score from (78) to post-test (86). The instructor has met the criteria for punctuality, attendance at each process and is able to deliver the material well with an average score of 4.7 (very good). Assessment of all aspects of activities including training themes or materials, training methods, facilities and training implementation showed an average score of 4.68 (very good).