Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Gambaran Karakteristik Anak dengan Speech Delay Di Rsud Abdoel Wahab Sjahranie Ningsih, Sri Wahyuni; Buchori, Muhammad; R, Hanis Kusumawati
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15534

Abstract

Gangguan keterlambatan bicara (speech delay) adalah suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun berbicara. Keterlambatan bicara terbagi menjadi primer dan sekunder. Faktor resiko terjadinya yang berperan dalam terjadinya speech delay diantaranya usia, jenis kelamin, status gizi, BBLR, dan pendidikan ibu. Tujuan peneliatian ini adalah untuk mengetahui gambaran keterlambatan bicara atau speech delay pada anak di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda pada tahun 2023. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Sampel berasal dari data rekam medis pasien dengan anak yang terdiagnosis speech delay di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie pada tahun 2023.  Hasil penelitian didapatkan 62 anak yang mengalami speech delay dengan distribusi terbanyak berjenis kelamin laki-laki (69,4%), status gizi yang termasuk dalam kategori gizi baik (82,3%), riwayat berat badan lahir rendah (90,3%), orang tua dengan tingkat pendidikan SMA (56,5%), pasien speech delay memiliki penyakit penyerta (54,4%) dan penyakit penyerta yang paling banyak ditemui adalah gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) (29,0%).
Hubungan Kepatuhan Mengonsumsi Obat ANtiretroviral dengan Kadar Viral Load pada Pasien Anak Penderita HIV di RSUD ABDOEL WAHAB Sjahranie Samarinda Ulyah, Rochimah Thul; Buchori, Muhammad; Hoopmen, Hoopmen; Iskandar, Abdillah
Jurnal Medika : Karya Ilmiah Kesehatan Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Publisher : ITKES Wiyata Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35728/jmkik.v8i1.1113

Abstract

Terapi antiretroviral (ARV) bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dengan menurunkan jumlah virus dalam darah hingga tidak terdeteksi. Tes viral load merupakan metode utama yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberhasilan terapi ARV dalam menekan jumlah virus. Faktor utama dalam keberhasilan terapi ARV adalah kepatuhan pasien dalam meminum obat antiretroviral yang diikuti dengan keberhasilan virologis, imunologis dan klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan mengonsumsi obat ARV dengan penurunan kadar viral load (1000 kopi/mL) pada pasien anak penderita HIV di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Data sampel diambil dari data klinik VCT dan rekam medik RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda dengan teknik total sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Fisher. Didapatkan 18 sampel dengan usia diagnosa terbanyak pada kelompok usia 1-5 tahun (66,7%) dan terapi yang paling banyak digunakan adalah lini pertama ARV (88,9%). Sebanyak 16 orang (88,9%) memiliki kepatuhan yang baik (³ 95%) dan 14 orang (77,8%) diantaranya mengalami penurunan kadar viral load. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,039. Terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan mengonsumsi obat ARV dengan penurunan kadar viral load pada pasien anak penderita HIV di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda.
GAMBARAN PASIEN ANAK DENGAN COVID 19 DI RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2020 Magdaleni, Agustina Rahayu; Buchori, Muhammad; Wardhana, Ahmad Wisnu; Muhyi, Annisa; Ningrum, Indras Panca Kusuma; Lambe, Grace Maychale
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 11, No 2 (2024): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jkm.v11i2.16012

Abstract

COVID-19, caused by the SARS-CoV-2 virus, has become a global pandemic since late 2019. In Indonesia, data shows that 11% of cases occur in children, but information on clinical and radiological features in children in East Kalimantan, especially Kutai Kartanegara Regency, is still limited. This study aims to determine the characteristics, clinical features, chest radiographs, and laboratory findings of pediatric patients with COVID-19 at Aji Muhammad Parikesit Hospital, Tenggarong in 2020. This study used a descriptive observational research method. The study sample was selected using purposive sampling technique with a total of 139 pediatric patients confirmed with COVID-19 from medical records and digital chest radiograph data. The results showed that the age group of 10-18 years was the most confirmed with COVID-19 (54%), females had the highest number of confirmed COVID-19 cases (53.2%), asymptomatic symptom criteria were obtained in 61.2% and mild in 38.3%. Symptoms were dominated by fever, cough, runny nose, and anosmia. The results of chest radiographs were dominated by abnormal findings (59%) and all on bilateral lungs with consolidation. In blood laboratory, ANC, NLR, Leucocyte, and Thrombocyte levels were dominated by the normal category, while ALC and Hemoglobin levels were dominated by the low category. This study describes the clinical manifestations, laboratory findings, and chest radiographs that are generally found in COVID-19 patients.
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MPASI) DENGAN KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN GUNUNG KELUA SAMARINDA Noviandri, Tia; Iskandar, Abdillah; Buchori, Muhammad
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jkm.v11i1.7977

Abstract

Stunting yaitu kondisi gangguan pertumbuhan karena gizi kurang kronis yang ditunjukkan dengan tinggi badan <-2 SD pada hasil penilaian tinggi badan menurut umur. Kelurahan Gunung Kelua merupakan wilayah dengan kejadian balita stunting tertinggi tahun 2020 di Samarinda. Permasalahan pertumbuhan masa awal kehidupan dapat disebabkan karena pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang tidak mencukupi dan tidak tepat. Tujuan penelitian ini yaitu hubungan antara frekuensi MPASI, porsi MPASI, dan variasi MPASI dengan kejadian stunting di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda. Desain penelitian ini yaitu analisis observasional menggunakan pendekatan kasus kontrol. Data penelitan ini adalah data primer dari kuesioner dan sekunder dari data balita di Puskesmas Juanda dengan teknik total sampling pada sampel kasus dan simple random sampling pada sampel kontrol didapatkan 24 kasus serta 24 kontrol. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Analisis data didapatkan terdapat hubungan antara frekuensi MPASI (p=0,016) dan porsi MPASI (p=0,008) dengan kejadian stunting, serta tidak terdapat hubungan antara variasi MPASI (p=0,057) dengan kejadian stunting. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan terdapat hubungan antara frekuensi dan porsi MPASI dan tidak terdapat hubungan antara variasi MPASI dengan kejadian stunting.  
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Status Gizi, Dan Status Imunisasi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Rajendra, Andi Hafiz; Buchori, Muhammad; Iskandar, Abdillah
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 2 (2025): Volume 12 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i2.17649

Abstract

Pneumonia merupakan sebuah peradangan parenkim paru yang terdiri dari gejala batuk berdahak, kesulitan bernafas, dan/atau demam. Pneumonia menyerang anak-anak di seluruh dunia secara umum sebagai komplikasi dari berbagai penyakit dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara-negara berkembang salah satunya Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara berbagai faktor resiko umum seperti usia, jenis kelamin, status gizi, dan status imunisasi pada anak dengan insidensi pneumonia. Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan metode cross sectional sehingga tidak ada intervensi yang diberikan pada variabel. Dari hasil penelitian ditemukan ada hubungan antara pneumonia dengan usia (p=0,016), status gizi (p=0,045), dan status imunisasi (p=0,033) sementara tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian pneumonia. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia, status gizi, dan status imunisasi anak dengan insiden pneumonia.
Sebuah Laporan Kasus Anemia Hemolitik Autoimun dengan Trombosis Vena Dalam pada Gadis 16 Tahun - Apakah Lupus Eritematosus Sistemik? Laporan Kasus Buchori, Muhammad; Joalsen Mangaratua, Ivan; Corona, Fidel; Sanjaya, Kevin; Mulyani, Laily
Cermin Dunia Kedokteran Vol 52 No 11 (2025): Penyakit Dalam
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v52i11.1371

Abstract

Introduction: Systemic lupus erythematosus (SLE) is an autoimmune disease with various clinical manifestations. Multiorgan involvement is associated with a worse prognosis. SLE in pediatrics is rare, with an estimated incidence of 0.3–0.9 per 100,000 children. Case: A 16-year-old Asian girl was admitted with pain, swelling, and a bluish discoloration with blisters on the right leg for 6 days. She had a history of facial rash, hair loss, and oral ulcer. Doppler ultrasound showed deep vein thrombosis in the right lower extremity with acute thrombosis, with visible soft-material intraluminal thrombus. Coombs test was 4+ positive. Elevated total bilirubin 2.2 mg/dL, indirect bilirubin 0.9 mg/dL, and elevated reticulocyte 5.2%. ANA test result is borderline 0.8, and anti-DS DNA negative. CT angiography showed proximal total occlusion of the right dorsalis pedis artery, DVT along the external iliac vein, femoral vein, and popliteal vein to the proximal 1/3 of the right posterior tibial vein. Diagnosis of an autoimmune disease leading to autoimmune hemolytic anemia and deep vein thrombosis was suspected. Her condition improved after corticosteroids and anticoagulant treatment. Conclusion: A 16-year-old girl was diagnosed with autoimmune hemolytic anemia, deep vein thrombosis, and suspected systemic lupus erythematosus. Early recognition of unusual manifestations of SLE is important.