Bata, Verayanti Albertina
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Knowledge And Socio-Economic Relationships Of Mothers With Exclusive Breastfeeding Boa, Grasiana Florida; Bata, Verayanti Albertina; P. Saghu, Maria Mencyana; Widyastuti, Ririn
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 10, No 10 (2024): Volume 10 No.10 Oktober 2024
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v10i10.17868

Abstract

Pemberian ASI eksklusif pada bayi diharapkan dapatmeningkatkan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) ke-3 target ke-2 yaitu pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup. World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) (Artini, 2013).Meskipun demikian cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 37,3% selama periode 2007-2018 (Riskesdas 2018). Rikesdas (2018) juga menjelaskan bahwa perilaku Ibu dalam memberikan MP-ASI dini di Indonesia juga tergolong tinggi, dibuktikan dengan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 30,2% sedangkan bayi yang telah diberikan MP-ASI dini adalah 69,8% dari seluruh total bayi di Indonesia. Bayi usia 0-6 bulan di Nusa Tenggara Timur sebagian besar sudah memperoleh ASI eksklusif, namun karena alasan sosial ekonomi keluarga dan minimnya pengetahuan tentang ASI Ekslusif sehingga masih terdapat Ibu yang memberikan MP-ASI dini kepada bayi sebelum berusia enam bulan yaitu sebanyak 22,2% (Profil Kes. NTT, 2013).Khususnya di Kabupaten Sumba Barat, salah satunya ialah di wilayah kerja Puskesmas Kabukarudi, tingkat pemberian MP-ASI dini masih cukup tinggi. Sebanyak 12,9% bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2014 telah diberi MP-ASI dini seperti air tajin, the, biskuit, dan susu formula. Pada Bulan Januari sampai dengan April 2020 terdapat 68,2% bayi sudah diberikan MP-ASI dini oleh Ibu (Puskesmas Kabukarudi, 2021). Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kabukarudi Kabupaten Sumba Barat. Metode penelitian adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan Terdapat hubungan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kabukarudi Kabupaten Sumba Barat. Perlunya pencegahan dini terjadinya pemberian MP-ASI dini dengan pelaksanaan program kunjungan rumah secara berkala, pola penyuluhan berdasarkan tingkatan pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan proses pengontrolan ketat serta evaluasi pelaksanaan program dalam upaya menurunkan angka kejadian pemberian MP-ASI dini. Kata Kunci: Pengetahuan,   Bayi   0-6   Bulan,   Status   Sosial   Ekonomi   Ibu   Menyusui  ABSTRACT Exclusive breastfeeding of infants is expected to improve the achievement of the 3rd Sustainable Development Goals (SDGs) target 2, which is to end infant and under-five mortality by 2030, with all countries striving to reduce neonatal mortality to at least 12 per 1,000 live births. The World Health Organization (WHO) and the United Nations Children's Fund (UNICEF) (Artini, 2013). However, exclusive breastfeeding coverage worldwide was only around 37.3% during 2007-2018 (Riskesdas 2018). Rikesdas (2018) also explains that the behavior of mothers in providing early complementary foods in Indonesia is also relatively high, as evidenced by the number of babies who are exclusively breastfed is only 30.2% while babies who have been given early complementary foods are 69.8% of all babies in Indonesia. Infants aged 0-6 months in East Nusa Tenggara have mostly received exclusive breastfeeding. However, due to socioeconomic reasons and lack of knowledge about exclusive breastfeeding, there are still mothers who give early complementary foods to infants before the age of six months, as many as 22.2% (Profile Kes. NTT, 2013). Especially in West Sumba Regency, one of which is in the working area of the Kabukarudi Health Center, the level of early complementary feeding is still quite high. 12.9% of infants aged 0-6 months in 2014 were given early complementary foods such as air tajin, biscuits, and formula milk. From January to April 2020, 68.2% of infants were given early solids by their mothers (Puskesmas Kabukarudi, 2021). The purpose of this study was to analyze the relationship between socioeconomic status and maternal knowledge with exclusive breastfeeding in the work area of the Kabukarudi Health Center, West Sumba Regency. The research method is univariate and bivariate analysis using the Chi-Square test. The results showed that there was a relationship between socioeconomic status (education, employment, and income) of mothers with exclusive breastfeeding in the working area of the Kabukarudi Health Center, West Sumba Regency. The need for early prevention of early complementary feeding by implementing regular home visit programs, counseling patterns based on the level of education and knowledge of the community, and the process of strict control and evaluation of program implementation to reduce the incidence of early complementary feeding.  Keywords: Knowledge, Infants 0-6 Months, Socioeconomic Status of Breastfeeding Mothers 
Dampak Stigma Sosial Pada Keluarga Dengan Kelahiran Luar Nikah Terhadap Kejadian Stunting di Sumba Barat Daya: THE IMPACT OF SOCIAL STIGMA ON FAMILIES WITH BIRTHS OUT OF WEDLOCK ON STUNTING INCIDENCES IN SOUTHWEST SUMBA Paju, Wanto; Agustine, Uly; Dewa, Alphian Umbu; Bata, Verayanti Albertina; Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri
WELL BEING Vol 9 No 2 (2024): Well Being
Publisher : LPPM STIKes Bahrul Ulum Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51898/wb.v9i2.312

Abstract

Latar belakang: Hasil survei status gizi Indonesia melaporkan bahwa angka stunting terus mengalami penurunan, tahun 2021 berada pada angka 24.4 % dan 21.6 % di tahun 2022, angka ini belum menyentuh target yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) yakni: 14 % (Bappenas, 2020). Nusa Tenggara Timur berada pada peringkat pertama angka stunting tertinggi di Indonesia yakni : 37.8 % di tahun 2021 (Kemenkes, 2022). Sumba Barat Daya  berada pada posisi ke empat prevalensi balita stunting tertinggi di NTT, yakni : 44.0 % (2). Di sisi lain proporsi perempuan usia 10 – 19 tahun pernah hamil sebanyak 58.8 % dan 25.2 % sedang hamil . BKKBN NTT melalui  e-koran ntt.com melaporkan, jumlah remaja perempuan yang hamil luar nikah dan melahirkan tanpa suami adalah 20 orang per 1000 remaja perempuan. Kelahiran luar nikah, oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai perilaku menyimpang karena melanggar norma sosial dan merupakan aib sehingga tidak jarang remaja yang hamil luar nikah di stigma negatif lingkungan sosialnya akibatnya kelahiran luar nikah sering mendapat penolakan dari keluarga, perawatan kehamilan berkurang dan butuh waktu untuk menerima bayi. Tujuan menjelaskan dampak stigma sosial pada keluarga dengan kelahiran luar nikah terhadap kejadian stunting di Sumba Barat Daya. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologi deskriptif,teknik pengolahan dan analisis data analisis data bentuk Colaizzi. Hasil penelitian yakni empat tema dengan dilakukan analisis data yakni stigma sosial: perasaan malu, rendah diri, dan terisolasi, dukungan sosial: kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat,akses terhadap layanan: kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan dan sosial, harapan dan mimpi: keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan memperbaiki kualitas hidup
Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mencegah Stunting Melalui 3P (Penyuluhan Kesehatan, Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal dan Pijat Bayi) Widyastuti, Ririn; Boa, Grasiana Florida; Dafroyati, Yuliana; Belarminus, Petrus; Bata, Verayanti Albertina; Saghu, Maria Mencyana Pati; Riti, Dessy Natalia
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 2 (2024): Volume 7 No 2 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i2.13040

Abstract

ABSTRAK Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis. Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Deteksi dini stunting merupakan hal yang penting dilakukan, karena stunting dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Kader posyandu merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam deteksi dini stunting. Deteksi dini stunting dapat dilakukan dengan cara mengukur pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin. Deteksi dini bisa dilakukan melalui pemantauan tumbuh kembang setiap bulan. Selain itu kader posyandu dapat memberikan penyuluhan dan edukasi tentang stunting kepada masyarakat, mengajarkan pengolahan bahan pangan lokal untuk PMT dan mengajarkan pijat bayi kepada orangtua bayi/balita untuk stimulasi tumbuh kembang. Tujuan memberdayakan Masyarakat (kader dan orangtua bayi/balita) untuk mencegah stunting melalui 3P (Penyuluhan kesehatan, pemanfaatan bahan pangan lokal dan pijat bayi). Metode Penelitian Penyuluhan kesehatan, pelatihan pemanfaatan bahan pangan lokal dan pelatihan pijat bayi pada kader posyandu. Kegiatan pengabdian Masyarakat dapat dilakukan dengan baik yang ditandai dengan antusiasme peserta mengikuti kegiatan, kader dan orangtua dapat mempraktikkan cara pembuatan PMT Modisco modifikasi dengan bahan pangan lokal serta dapat mempraktikkan kembali pijat bayi untuk stimulasi tumbuh kembang. Pemberdayaan masyarakat (kader dan orangtua) melalui program 3P sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk mencegah stunting. Kata Kunci: Stunting, Penyuluhan, Pangan Lokal, Pijat Bayi  ABSTRACT Stunting is a condition of growth failure in children under five years of age (toddlers) due to chronic malnutrition. Stunting is characterized by a child's height being shorter than the age standard. Early detection of stunting is important because stunting can have a significant impact on children's health and welfare. Posyandu cadres are health workers who play an important role in the early detection of stunting. Early detection of stunting can be done by regularly measuring a child's growth and development. Early detection can be done by monitoring growth and development every month. Apart from that, posyandu cadres can provide counselling and education about stunting to the community, teach local food processing for providing additional food and teach baby massage to parents of babies/toddlers to stimulate growth and development. Purpose to empower the community (cadres and parents of babies/toddlers) to prevent stunting through health education, use of local food ingredients and baby massage. Health education, training on the use of local food ingredients and baby massage training for posyandu cadres. Community service activities can be carried out well as indicated by the enthusiasm of the participants in participating in the activities, cadres and parents can spread the method of making Modisco modifications using local food ingredients and can retransmit baby massage to stimulate growth and development. Community empowerment (cadres and parents) through the 3P program has been implemented well in accordance with the stipulated time and is expected to be used as an alternative to prevent stunting. Keywords: Stunting, Counselling, Local Food, Baby Massage