Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENERAPAN TEKNIK SPIRITUAL EMOTIONAL BREATHING (SEB) SEBAGAI METODE DALAM MENINGKATKAN FUNGSI RESPIRASI PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU: THE EFFECT OF SPIRITUAL EMOTIONAL BREATHING (SEB) TECHNIQUE AS A METHOD TO IMPROVE RESPIRATORY FUNCTION IN PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS Loya, Sindi Rambu Podu; Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri; Irma; Ledju, Asrial; Ora, Anderias Tara Watu; Agustine, Uly; Paju, Wanto
WELL BEING Vol 9 No 1 (2024): Well Being
Publisher : LPPM STIKes Bahrul Ulum Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51898/wb.v9i1.240

Abstract

Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the leading causes of death from infections worldwide. Pulmonary TB is caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis, which can cause inflammation affecting the lung parenchyma. The entry of the bacteria triggers an inflammatory response that damages the alveolar-capillary membrane, leading to impaired lung expansion due to fluid accumulation, which in turn affects respiratory system function. To address respiratory function issues in pulmonary TB, one solution is the application of spiritual emotional breathing (SEB). This study aims to determine the effect of the SEB technique on optimizing respiratory function in pulmonary TB patients. The design used is a quasi-experimental design with a one-group pre-test and post-test with control group design. The sample consisted of 40 respondents, divided into 2 groups: control and intervention, each with 20 respondents, selected using convenience sampling. The intervention provided was SEB according to the SOP, and the measurement of RR and SpO2 was conducted using observation and oximetry. Data analysis was performed using t-tests and Wilcoxon tests. The results showed p = 0.251 in the treatment group and p = 0.353 in the control group, indicating that this intervention did not have a significant effect on RR. However, the SpO2 results showed p = 0.001 in the treatment group, indicating a significant effect of SEB on SpO2, whereas p = 0.518 in the control group. SEB improves respiration, such as lung capacity and gas exchange.
PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN SERTA PENGOBATAN GRATIS DI WAINGAPU SUMBA TIMUR Patrisia, Ineke; Juniarta, Juniarta; Pakpahan, Martina; Agustine, Uly; Manumesa, Alhairani
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 6 (2023): INOVASI PERGURUAN TINGGI & PERAN DUNIA INDUSTRI DALAM PENGUATAN EKOSISTEM DIGITAL & EK
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v6i0.1951

Abstract

Kondisi topografi Sumba Timur secara umum di daerah pesisir, landai sampai bergelombang dan berbukit (pegunungan). Akses keterjangkauan layanan kesehatan yang masih terhitung sulit untuk dijangkau serta tingkat ekonomi masyarakat yang rendah. Kegiatan PkM ini bertujuan untuk memberikan layanan langsung kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan ISPA, demam berdarah, cuci tangan dan kebersihan kuku. Kegiatan PkM juga mencakup pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan pemeriksaan darah bagi peserta yang terindikasi serta mendapatkan pengobatan gratis. Kegiatan dilakukan di 2 wilayah kerja RSK Lindimara dengan total 195 orang. Penyakit terbanyak di Desa Mbatapuhu yaitu ISPA sebanyak 18,25% dan Desa Tapil yaitu ISPA sebanyak 42,02%. Selama penyuluhan, para peserta tampak mengerti penjelasan penyaji dan hampir sebagian besar peserta menyatakan bahwa mereka lebih mengerti terkait materi. Hal tersebut tampak dari kemampuan para peserta yang dapat mengulang kembali materi yang didapat dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji. Pelaksanaan edukasi cuci tangan kepada anak-anak SD berjalan dengan lancar tetapi tidak bisa diaplikasikan dikarenakan ketidaktersediaan air bersih. Pada hasil pemeriksaan darah bagi peserta yang terindikasi, didapatkan hasil pemeriksaan 2 dari 11 orang tidak normal kadar asam uratnya, 1 dari 7 orang tidak normal kadar kolesterolnya dan 1 dari 2 orang tidak normal gula darahnya. Pengobatan dilakukan oleh dokter dengan diberikan obat-obatan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Dampak program kegiatan ini adalah RSK Lindimara yang membawahi kedua wilayah sebagai wilayah kerja menjadi mengetahui fenomena dan kejadian yang terjadi serta dapat memberikan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan kepada masyarakat.
Peran Pokja Napi dalam Memotivasi PHBS Penghuni Lapas Sebagai Strategi Preventif Bebas TBC di Lembaga Pemasyarakatan Sumba Barat Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri; Agustine, Uly; Paju, Wanto; Budiyanto, Irwan Bahar
Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amjpm.v4i1.300

Abstract

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran Kelompok Kerja (Pokja) Narapidana (Napi) dalam memotivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai strategi preventif untuk bebas TBC. Metode yang digunakan adalah pelatihan dan edukasi kepada Pokja Napi mengenai pencegahan TBC dan PHBS, yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi edukasi oleh Pokja Napi kepada penghuni lapas lainnya. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa dari total 12 peserta Napi, 8% berada dalam kategori pengetahuan baik, 58% berada dalam kategori cukup, dan 34% berada dalam kategori kurang pada pre-test. Namun, pada hasil post-test, pengetahuan kategori baik meningkat sebesar 100%. Peran aktif Pokja Napi dalam mempromosikan PHBS dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan penghuni lapas mengenai pencegahan TBC. Dukungan dari pihak lapas dan tenaga medis sangat penting untuk keberhasilan program ini. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan program. Model intervensi ini juga direkomendasikan untuk direplikasi di lapas lain dengan risiko tinggi penularan penyakit.
Pelatihan Pijat untuk Stimulasi Tumbuh Kembang Balita pada Kader Posyandu dan Orang Tua Balita Stunting Awang, Mariana Ngundju; Boa, Grasiana Florida; Wanti, Wanti; Simbolon, Demsa; Irfan, Irfan; Widyastuti, Ririn; Agustine, Uly; Sine, Juni Gressilda Louisa; Belarminus, Petrus; Saghu, Maria Mencyana Pati; Lende, Julianus
Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amjpm.v4i1.303

Abstract

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan lebih rendah dari rata-rata usianya. Prevalensi balita stunting di Provinsi NTT adalah 35,3% dam kabupaten Sumba Barat 23,3%. Di tingkat kecamatan terdapat 2 kecamatan yang mengalami kenaikan kasus di tahun 2022 yakni kecamatan Lamboya dan Wanukaka. Data balita stunting kec Wanukaka berjumlah 222 balita. Desa tertinggi dengan kasus stunting adalah Desa Baliloku dengan jumlah balita stunting 22 anak dengan status gizi 4 anak sangat pendek dan 18 anak pendek. Data ini belum mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14% yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting. Solusi yang dilakukan adalah melakukan pelatihan pijat untuk stimulasi tumbuh kembang balita pada kader posyandu dan arangtua balita stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk stimulasi tumbuh kembang balita stunting yang ditandai dengan penambahan berat badan balita stunting. Peserta kegiatan terdiri dari kader posyandu (20 orang) dan orangtua balita stunting (21 orang). Hasil dari kegiatan ini adalah terdapat pengaruh pijat pengaruh pijat bayi/balita terhadap stimulasi tumbuh kembang (penambahan berat badan) dengan p-value 0.000 (p < 0.005).
Home Environmental Conditions With Dengue Hemorrhagic Fever Incidence In West Sumba Regency Agustine, Uly; Belarminus, Petrus; Ora, Anderias Tarawatu; Boa, Grasiana Florida
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengue hemorrhagic fever, caused by the dengue virus and spread by the Aedes aegypti mosquito, is characterised by sudden fever lasting 2 to 7 days without a clear cause, weakness/lethargy, restlessness, heartburn, and skin bleeding in the form of petechiae, ecchymosis, or purpura. Sometimes nosebleeds, diarrhoea, bloody vomit, loss of consciousness, or shock Dengue fever was identified in West Sumba District, mainly in Dira Tana Village, Loli District, with 50 cases. This study examines West Sumba Regency's Dengue Hemorrhagic Fever incidence and home environmental variables. This quantitative case-control study compares Dengue Hemorrhagic Fever patients to controls. This quantitative case-control study compares Dengue Hemorrhagic Fever patients to controls.Statistical analysis with a significance value of 5% (0.05) yielded a p-value of 0.491, indicating no association between house shape or type and dengue illness. Because almost every respondent's house, both stilt and permanent, has waste water drainage channels, breeding places, resting places, and containers inside and outside the house, dengue fever incidence is unrelated to house type.
Overview of family behavior and community stigma towards mental disorders in west Sumba Regency Belarminus, Petrus; Ora, Anderias T.; Saghu, Maria M.P.; Agustine, Uly; Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri; Riti, Desy Natalia
Science Midwifery Vol 12 No 6 (2025): February: Health Sciences and related fields
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/midwifery.v12i6.1801

Abstract

Stigma and discrimination exacerbate the psychological conditions of individuals with mental illness, discouraging them from seeking professional help and complicating their recovery. This stigma can lead to severe consequences, including shackling and suicide. Families who understand the needs of people with mental illness play a crucial role in providing support and accelerating recovery. This qualitative research was conducted in the Puuweri and Weekerou Puskesmas work areas of West Sumba Regency in June 2024, involving 18 participants, including 10 families of individuals with mental illness and 8 community leaders, selected through purposive sampling. Data collection employed interviews, field notes, and sound recordings, following ethical protocols. The study identified significant challenges in mental health management in Sumba, including limited health facilities and medical personnel. External support from health centers, foundations, and traditional healers emerged as vital in assisting families and ensuring proper treatment. Despite reliance on traditional beliefs, these external resources act as crucial bridges for effective care. The findings of this study offer valuable insights for policy development to address mental health challenges in West Sumba, emphasizing the importance of collaborative efforts between families, healthcare providers, and community resources.
Dampak Stigma Sosial Pada Keluarga Dengan Kelahiran Luar Nikah Terhadap Kejadian Stunting di Sumba Barat Daya: THE IMPACT OF SOCIAL STIGMA ON FAMILIES WITH BIRTHS OUT OF WEDLOCK ON STUNTING INCIDENCES IN SOUTHWEST SUMBA Paju, Wanto; Agustine, Uly; Dewa, Alphian Umbu; Bata, Verayanti Albertina; Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri
WELL BEING Vol 9 No 2 (2024): Well Being
Publisher : LPPM STIKes Bahrul Ulum Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51898/wb.v9i2.312

Abstract

Latar belakang: Hasil survei status gizi Indonesia melaporkan bahwa angka stunting terus mengalami penurunan, tahun 2021 berada pada angka 24.4 % dan 21.6 % di tahun 2022, angka ini belum menyentuh target yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) yakni: 14 % (Bappenas, 2020). Nusa Tenggara Timur berada pada peringkat pertama angka stunting tertinggi di Indonesia yakni : 37.8 % di tahun 2021 (Kemenkes, 2022). Sumba Barat Daya  berada pada posisi ke empat prevalensi balita stunting tertinggi di NTT, yakni : 44.0 % (2). Di sisi lain proporsi perempuan usia 10 – 19 tahun pernah hamil sebanyak 58.8 % dan 25.2 % sedang hamil . BKKBN NTT melalui  e-koran ntt.com melaporkan, jumlah remaja perempuan yang hamil luar nikah dan melahirkan tanpa suami adalah 20 orang per 1000 remaja perempuan. Kelahiran luar nikah, oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai perilaku menyimpang karena melanggar norma sosial dan merupakan aib sehingga tidak jarang remaja yang hamil luar nikah di stigma negatif lingkungan sosialnya akibatnya kelahiran luar nikah sering mendapat penolakan dari keluarga, perawatan kehamilan berkurang dan butuh waktu untuk menerima bayi. Tujuan menjelaskan dampak stigma sosial pada keluarga dengan kelahiran luar nikah terhadap kejadian stunting di Sumba Barat Daya. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologi deskriptif,teknik pengolahan dan analisis data analisis data bentuk Colaizzi. Hasil penelitian yakni empat tema dengan dilakukan analisis data yakni stigma sosial: perasaan malu, rendah diri, dan terisolasi, dukungan sosial: kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat,akses terhadap layanan: kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan dan sosial, harapan dan mimpi: keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan memperbaiki kualitas hidup
Menumbuhkan Literasi Tuberkulosis melalui Simak Ya (Sinergi Mahasiwa Keperawatan dan Kader Berdaya) Metode Ketuk Pintu di Kelurahan Dira Tana Kabupaten Sumba Barat NTT Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri; Agustine, Uly; Paju, Wanto; Hamid, Hamid
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 8 (2025): Volume 8 No 8 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i8.21122

Abstract

ABSTRAK Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Tahun 2023 di Puskesmas Weekaro menyumbang kasus TBC sebanyak 57 kasus, Kelurahan Dira tana masuk dalam 3 besar kasus TBC terbanyak dan terdapat kasus Putus Obat. Program pengabdian kepada masyarakat "SiMaK Ya" (Sinergi Mahasiswa Keperawatan dan Kader Berdaya) dilaksanakan bertujuan untuk menumbuhkan literasi TBC di Masyarakat Kelurahan Dira Tana, sehingga mampu melakukan pencegahan maupun runtin dalam pengobatan. Metode yang digunakan adalah pelatihan dan edukasi kepada Mahasiswa, Kader Kesehatan, PMO, dan Perangkat Desa mengenai pencegahan TBC dan pengobatan TBC, yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi edukasi oleh peserta kepada masyarakat Kelurahan Dira Tana melalui metode ketuk pintu yang didampingi oleh Koordinator TB Puskesmas. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa dari total 25 Peserta, meliputi 20 mahasiswa, 1 orang Kader, 2 orang PMO, 2 orang Perangkat Desa, adanya peningkatan pengetahuan 28% berada dalam kategori pengetahuan baik, 52% berada dalam kategori cukup, dan 20% berada dalam kategori kurang pada pre-test. Namun, pada hasil post-test, pengetahuan kategori baik meningkat sebesar 100%. Peran aktif Kerjasama antara mahasiswa, kader Kesehatan dan PMO dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan dan kepatuhan pengobatan TBC. Dukungan dari pihak Desa dan tenaga medis sangat penting untuk keberhasilan program ini. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas program diharapkan berkontribusi dalam penurunan jumlah kasus TBC. Kata Kunci: Kader, Literasi, Pencegahan, Pengobatan, Pelatihan, TBC  ABSTRACT Tuberculosis (TB) remains one of the most serious infectious diseases and continues to be a global public health concern, including in Indonesia. In 2023, the Weekaro Public Health Center (Puskesmas Weekaro) reported 57 TB cases, with Dira Tana Village ranking among the top three areas with the highest number of cases, including instances of treatment interruption. The community service program "SiMaK Ya" (Synergy of Nursing Students and Empowered Health Cadres) was implemented with the aim of enhancing TB literacy among the residents of Dira Tana Village, thereby empowering them to engage in both prevention and consistent treatment of TB. The method applied involved training and educational sessions provided to nursing students, health cadres, TB treatment supervisors (PMOs), and local government officials on TB prevention and treatment strategies. This was followed by a door-to-door health education simulation conducted by the participants, supervised by the TB program coordinator from the Puskesmas. The results of the community service indicated that among the 25 participants, which included 20 students, 1 health cadre, 2 PMOs, and 2 village officials, there was a significant improvement in knowledge levels. Prior to the intervention (pre-test), 28% demonstrated good knowledge, 52% had moderate knowledge, and 20% were in the poor knowledge category. However, post-intervention (post-test) results showed that 100% of participants had achieved a good level of knowledge. The active collaboration between students, health cadres, and PMOs significantly contributed to raising community awareness and understanding of TB prevention and treatment adherence. Support from local authorities and healthcare professionals was crucial to the program’s success. Regular evaluations are essential to ensure the sustainability and effectiveness of the program, which is expected to contribute to the reduction of TB cases in the area. Keywords: Health Cadre, Literacy, Prevention, Adherence, Training, Tuberculosis
Theory of Planned Behavior’s Method on Knowledge and Preventive Behavior Toward Tuberculosis Agustine, Uly; Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri; Mugianti, Sri; Suprajitno, Suprajitno; Paju, Wanto; Hamid, Hamid; Widyastutik, Otik
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 23 No 3 (2025): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Research and Community Service Unit, Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/infokes.Vol23.Iss3.1907

Abstract

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that has become a global health concern, with Indonesia being the country with the second-highest number of pulmonary TB cases after India. The level of knowledge and preventive behavior regarding TB significantly influences both the spread and the success of TB treatment. This study aims to evaluate the impact of health education based on the Theory of Planned Behavior (TPB) on TB prevention knowledge and behavior among patients. The study design utilized a quasi-experimental approach with control and intervention groups, where the intervention was administered through face-to-face education and followed by smart chat support sessions for one month. A total of 50 respondents participated, divided into treatment and control groups. Data analysis employed the Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney tests. The study results show that the statistical analysis indicated a significant improvement in knowledge and preventive behavior in the intervention group post-intervention (p=0.000), while the control group showed no significant change. The finding of this this improvement suggests that TPB-based interventions, which encompass attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control, are effective in influencing health behavior changes. The conclusion is TPB-based health education through face-to-face sessions and smart chat follow-ups can be recommended as an intervention strategy to enhance TB prevention knowledge and behavior among high-risk populations.        
PENERAPAN FIVE-FINGER RELAXATION TECHNIQUE UNTUK MENURUNKAN ANXIETY PADA PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK: APPLICATION OF THE FIVE-FINGER RELAXATION TECHNIQUE TO REDUCE ANXIETY IN NON-HEMORRHAGIC STROKE PATIENTS Nora Ngaji Pige, Delsiana; Dwi Retnani Putri Santoso, Shelfi; Paju, Wanto; Agustine, Uly
WELL BEING Vol 10 No 1 (2025): Well Being
Publisher : LPPM STIKes Bahrul Ulum Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51898/wb.v10i1.335

Abstract

Background: Stroke is one of the leading causes of death and disability worldwide. The most common type of stroke is non-hemorrhagic stroke, which is a disruption in blood flow to the brain due to a blockage that causes brain tissue damage. Non-hemorrhagic stroke patients often experience anxiety due to physical and mental changes, as well as uncertainty about the healing process. One non-pharmacological intervention that can reduce anxiety levels is the five-finger relaxation technique. Objective: To describe the application of the five-finger relaxation technique to reduce anxiety levels in non-hemorrhagic stroke patients. Methods: This descriptive study used a case study method on two non-hemorrhagic stroke patients with anxiety at Waikabubak Regional Hospital. The intervention was administered for three days. Results: Patient 1 showed a decrease in respiratory rate from 24x/minute to 20x/minute, blood pressure from 160/97 to 135/87 mmHg, and anxiety score from 51 (moderate) to 38 (mild). The patient looked more relaxed, enthusiastic, comfortable, and no tremors. Patient 2 showed a decrease in respiratory rate from 23x/minute to 18x/minute, blood pressure from 157/95 to 130/70 mmHg, and anxiety score from 53 (moderate) to 42 (mild). The patient looked calmer and less pale. Conclusion: The five-finger relaxation technique is effective in reducing anxiety and stabilizing vital signs, especially respiratory rate, in non-hemorrhagic stroke patients by calming the nervous system, this therapy helps patients feel calmer and supports the healing process without interfering with other medical therapies. Suggestion: The application of the five-finger relaxation technique should be done if feeling anxious and stressed to reduce anxiety in non-hemorrhagic stroke patients.