Background: Sleep plays a vital role in maintaining a person’s physical, cognitive, and psychological health. Globally, the prevalence of sleep disorders ranges from 15.3% to 39.2%. In Indonesia, around 10% of the population, equivalent to approximately 23 million people, are estimated to experience sleep disturbances. Based on data from Basic Health Research (Riskesdas), 43.7% of individuals aged 12–18 years reported sleep problems. Moreover, previous studies have shown that 71.3% of adolescent girls experience inadequate sleep compared to 66.4% of boys. Purpose: To determine the correlation between stress levels and sleep quality among high school students. Method: A quantitative analytical observational design with a cross-sectional approach. The study was conducted at State Senior High School 9 Manado from May to July 2025. The sampling technique used was total sampling, with a total of 285 respondents who met the inclusion criteria. Data were collected online using a structured questionnaire distributed via Google Forms through WhatsApp. The data were analyzed using univariate and bivariate methods, and the Spearman Rank correlation test was applied to identify the relationship between variables. Results: The majority of respondents were aged 18 years (48.4%) with a standard deviation of 0.7332. Most participants were female (157 respondents or 55.1%). Regarding sleep quality, 221 respondents (77.5%) reported poor sleep quality, and 225 respondents (78.9%) experienced stress. The analysis showed an r value of 0.215 and a p value of 0.000, indicating a significant positive relationship between stress and poor sleep quality among respondents. Conclusion: The findings indicate that higher stress levels are significantly associated with poor sleep quality among students. It is suggested that schools and health professionals provide stress management programs, promote awareness of healthy sleep patterns, and encourage balanced academic workloads to enhance students’ overall well-being. Suggestion: Future studies are recommended to include other factors that may influence sleep quality, such as anxiety levels, social media habits, and peer support. In addition, the use of qualitative or mixed-methods approaches is encouraged to explore adolescents’ subjective experiences related to stress and sleep disturbances in more depth. Keywords: Adolescents; High School Students; Mental Health; Sleep Quality; Stress. Pendahuluan: Tidur merupakan suatu hal yang sangat esensial karena dapat memengaruhi kondisi fisik, kognitif, dan psikologis manusia. Secara global, prevalensi gangguan kualitas tidur sangat bervariasi mulai 15.3-39.2%. Indonesia memiliki tingkat penderita gangguan tidur yang diperkirakan mencapai 10% yang berjumlah sekitar 23 juta penduduk. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 43.7% penduduk yang berusia 12-18 tahun mengalami gangguan pola kualitas tidur. Selain itu, sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri kurang tidur sebesar 71.3%, dibandingkan remaja laki-laki sebesar 66.4%. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara stres dengan kualitas tidur pada peserta didik di SMA. Metode: Penelitian kuantitaif dengan desain studi observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional study. dilaksanakan di SMA Negeri 9 Manado, pada bulan Mei - Juli 2025. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Dari total sampel yang telah ditentukan, sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 285 responden. Penelitian dilakukan secara online dengan membagikan kuesioner dalam bentuk google form kepada responden melalui Whatssap. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil: Rata-rata responden yang berusia 16 tahun berjumlah 138 (48.4%) dengan nilai standar deviasi 0.7332. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 157 responden (55.1%). Distribusi kualitas tidur, dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki kualitas tidur buruk berjumlah 221 responden (77.5%) dan megalami stres sebanyak 225 responden (78.9%) dengan perolehan nilai r sebesar 0.215 dan p-value 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur berpengaruh terhadap tingkat stres yang dialami oleh responden. Simpulan: Stres yang dialami oleh peserta didik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas tidur yang buruk. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang mencakup manajemen stres, edukasi pola tidur sehat, serta pengaturan akademik yang proporsional agar kesejahteraan siswa secara fisik dan psikologis dapat di tingkatkan. Saran: Peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas tidur, seperti kecemasan, kebiasan penggunaan media sosial, atau dukungan sosial dari teman sebaya. Selain itu, pendekatan kualitatif atau campuran (mixed-method) dapat memberikan pemahaman yang terkait pengalaman subjektif dan gangguan tidur pada remaja. Kata Kunci: Kesehatan Mental; Kualitas Tidur; Remaja; Siswa Sekolah Menengah; Stres.