Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Edukasi Mengenai Pentingnya Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Model Pemanfataan Pekarangan pada Pengurus TP-PKK Desa Dame I Sanggelorang, Yulianty; Malonda, Nancy Swanida Henriette
JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia Vol 2, No 2 (2021): JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/jpai.2.2.2021.31385

Abstract

Status gizi setiap individu secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketahanan pangan rumah tangga. Kejadian kurang gizi kronis lebih berisiko terjadi pada anak dari keluarga rawan pangan dibandingkan yang tahan pangan. Peningkatan pengetahuan demi mendukung perubahan perilaku dalam hal ini pemanfataan pekarangan guna mendukung ketahanan pangan. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan pengetahuan anggota TP-PKK Desa Dame I tentang pentingnya ketahanan pangan rumah tangga guna mencegah terjadinya kurang gizi kronis serta menginisiasi model pemanfaatan pekarangan. Metode pelaksanaan kegiatan melalui penyuluhan dan diskusi serta pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan kuesioner (pre-test dan post test). Hasil pengukuran menunjukan peningkatan pengetahuan dengan peningkatan proporsi peserta yang kategori pengetahuannya baik. Usulan model pemanfataan pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di setiap lindongan juga mendapat respon baik dari mitra. Sehingga dapat disumpulkan bahwa kegiatan penyuluhan berhasil dengan baik dan lewat peningkatan pengetahuan ini peserta diharapkan dapat mengaplikasikan teori melalui pemanfaatan pekarangan di setiap lindongan.
Hubungan riwayat pemberian ASI dan kejadian wasting pada balita: Analisis data SSGI 2022 Sanggelorang, Yulianty; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Punuh, Maureen Irinne; Novita, Vidya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.694

Abstract

Background: One of the nutritional issues arising in toddlers due to inadequate nutrient intake is wasting. Toddlers who experience wasting have relatively thin bodies compared to their height, characterized by a weight-for-height z-score of less than -2 SD. Exclusive breastfeeding is one of the contributing factors to wasting. Purpose: To analyze the relationship between exclusive breastfeeding and wasting among toddlers. Method: Quantitative research with a cross-sectional design using secondary data. The study population was all toddlers aged 0-23 months in the Talaud Islands Regency who were included in the census block based on the 2022 SSGI. Data analysis used univariate and bivariate analysis. Results: Based on univariate analysis, toddlers who experienced wasting were 13.1%, toddlers who received colostrum were 88.7%, and those who received exclusive breastfeeding were 56.1%. Based on the bivariate test, the history of colostrum administration with wasting incidents obtained a p value = 0.000 (<0.05) which indicated a relationship between the two variables. Conclusion: Wasting is influenced by various factors including nutritional intake, history of infectious diseases, and completeness of immunization. In addition, colostrum and exclusive breastfeeding have a significant relationship with wasting incidents. Lack of maternal knowledge and family support are also factors that influence the provision of breast milk and colostrum, so increasing education and family support is very important to reduce the prevalence of thinness in toddlers.   Keywords: Colostrum; Exclusive Breasting Feeding; Toddlers; Wasting.   Pendahuluan: Salah satu masalah gizi yang timbul pada balita dari asupan nutrisi yang tidak memadai adalah wasting. Balita yang menderita wasting akan memiliki tubuh yang relatif kurus dibandingkan dengan tinggi badannya ditandai dengan z-score BB/TB -2 SD. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya wasting. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dan wasting pada balita. Metode: Penelitian kuantitatif desain cross sectional menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh balita usia 0-23 bulan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang masuk dalam blok sensus berdasarkan SSGI 2022. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Berdasarkan analisis univariat, balita yang mengalami kejadian wasting sebesar 13.1%, balita yang mendapatkan kolostrum 88.7%, dan yang mendapatkan ASI eksklusif 56.1%. Berdasarkan uji bivariat, riwayat pemberian kolostrum dengan kejadian wasting memperoleh nilai p = 0.000 (<0.05), menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Simpulan: Wasting dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk asupan nutrisi, riwayat penyakit infeksi, dan kelengkapan imunisasi. Selain itu, pemberian kolostrum dan ASI eksklusif memiliki hubungan signifikan dengan kejadian wasting. Kurangnya pengetahuan ibu dan dukungan keluarga juga menjadi faktor yang memengaruhi pemberian ASI dan kolostrum, sehingga peningkatan edukasi dan dukungan keluarga sangat penting untuk mengurangi prevalensi wasting pada balita.   Kata Kunci: ASI Eksklusif; Balita; Kolostrum; Wasting.
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLIBAGU Kandou, Johana Rosalia Trivy; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Kapantow, Nova Hellen
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.44792

Abstract

Satu diantara banyaknya permasalahan gizi utama yang memengaruhi anak-anak di Indonesia dan belum ditangani secara memadai ialah stunting. Balita yang mengalami gizi buruk kronis dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk stunting. Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai kepada balita dapat menghambat kemampuan balita untuk tumbuh dan berkembang secara normal, yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stunting. Tujuannya penelitian ini untuk menganalisa hubungan Pemberian MP-ASI dengan stunting pada balita usianya 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Molibagu. Jenisnya studi yakni penelitian kuantitatif yang memakai desain observasional analitik dengan pendekatannya cross sectional study dan populasinya 201 balita serta sampelnya studi sebanyak 73 balita yang diambil memakai metode simple random sampling. Studi ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Molibagu dan instrumennya dari studi yakni kuesioner pemberian MP-ASI dari Child Feeding Questionaire (CFQ) serta pengukurannya antropometeri dengan indeks Panjang Badan menurut pada Umur (PB/U). Analisa data pada studi yakni analisa bivariat dan univariat, lalu temuan studi ini yakni ada hubungannya pemberian MP-ASI dengan stunting pada usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Molibagu dengan nilainya p value = 0,000 yang memakai uji statistik fisher’s exact test. Penelitian mendapati 17 balita (23,3%) yang menderita stunting dan 21 balita (28,8%) tergolongnya pemberian MP-ASI yang tidak sesuai
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Larobu, Eunike Sherenia; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Sanggelorang, Yulianty
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48145

Abstract

Balita ialah kelompok usia yang rawan gizi, dikarenakan dalam pertumbuhan perkembangan kelompok ini membutuhkan lebih banyak zat gizi, sehingga jika asupan zat gizi kurang maka bisa berisiko mengalami gangguan gizi. Salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi yaitu asupan makanan yang diberikan dalam hal ini tak sesuainya pemberian MP-ASI dengan usia beserta kebutuhan bayi yang bisa berdampak pada status gizi balita. Tujuan dari penelitian ini yakni guna mengetahui adanya hubungan antara pemberian MP-ASI dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Remboken. Sifat penelitian ini yakni observasional analitik disertai desain penelitian studi potong lintang (cross sectional study). Populasi penelitiannya mencakup 560 balita umur 12-59 bulan dengan total sampel 91 balita, dengan teknik pengambilan sampel berupa probability sampling melalui metodologi simple random sampling. Instrumen penelitiannya mencakup kuesioner Child Feeding Questionaire(CFQ) beserta pengukuran antropometri. Data penelitian dianalisis melalui uji statistik chi square. Hasil dari penelitian ini yaitu status gizi menurut indeks BB/U berkorelasi dengan pemberian MP-ASI disertai nilai p value = 0,000, dan menurut indeks PB/U atau TB/U dengan nilai p value = 0,000. Namun, status gizi menurut indeks BB/PB atau BB/TB tak berkorelasi dengan pemberian MP-ASI disertai nilai p value = 0,169.
Analisis hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian wasting pada balita usia 6-12 bulan Manangkot, Regina Hanna; Sanggelorang, Yulianty; Malonda, Nancy Swanida Henriette
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 7 (2025): Volume 19 Nomor 7
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i7.1274

Abstract

Background: Introduction: Wasting is a condition characterized by rapid weight loss or inability to gain weight, often reflecting acute malnutrition. Purpose: To identify and analyze the relationship between exclusive breastfeeding and wasting in toddlers aged 6 to 12 months. Method: This quantitative study used an observational analytical design and a cross-sectional approach. The population consisted of 90 toddlers aged 6-12 months living in Warembungan, Pineleng Satu, Pineleng Satu Timur, Pineleng Dua, and Pineleng Dua Indah villages. The sampling technique used total sampling. Data were collected using a questionnaire that explored exclusive breastfeeding history and anthropometric measurements to determine wasting status based on weight-for-height (BW/H) indicators according to WHO standards. Results: A total of 52.2% of toddlers were not exclusively breastfed, and 4.4% were wasted. Statistical tesing using the Fisher's Exact test showed a p-value of 0.3455 (p > 0.05), indicating no significant relationship between exclusive breastfeeding and wasting. Conclusion: Although exclusive breastfeeding did not significantly impact wasting in this population, other factors may play a significant role. These factors may include socioeconomic status, access to health services, and complementary feeding practices. Suggestion: Mothers with toddlers should participate more actively in routine Posyandu (integrated health posts) activities to monitor their children's nutritional status and consult with health workers if they experience breastfeeding difficulties.   Keywords: Exclusive Breastfeeding; Toddlers; Wasting.   Pendahuluan: Wasting adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan berat badan yang cepat atau ketidakmampuan untuk menambah berat badan, yang sering kali mencerminkan malnutrisi akut. Tujuan: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan kejadian wasting pada balita usia 6 hingga 12 bulan. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik dan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 90 balita berusia 6-12 bulan yang berdomisili di desa Warembungan, Pineleng Satu, Pineleng Satu Timur, Pineleng Dua, dan Pineleng Dua Indah. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang menggali riwayat pemberian ASI eksklusif dan pengukuran antropometri untuk menentukan status wasting berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) sesuai standar WHO. Hasil: Sebanyak 52.2% balita tidak menerima ASI eksklusif dan 4.4% balita mengalami wasting. Uji statistik menggunakan uji Fisher’s Exact menunjukkan nilai p = 0.3455 (p > 0.05), mengindikasikan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dan kejadian wasting. Simpulan: Meskipun pemberian ASI eksklusif tidak memiliki dampak signifikan terhadap kejadian wasting pada populasi ini, faktor lain mungkin memainkan peran yang penting. Faktor-faktor tersebut dapat mencakup status sosial ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, dan praktik pemberian makanan pendamping. Saran: Bagi ibu yang memiliki balita untuk lebih aktif berpartisipasi kegiatan posyandu secara rutin agar dapat memantau perkembangan status gizi anak serta berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jika mengalami kendala dalam menyusui.   Kata Kunci: ASI Eksklusif; Balita; Wasting.
Hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu dengan status gizi anak 6-24 bulan Igir, Anggun; Punuh, Maureen Irinne; Malonda, Nancy Swanida Henriette
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 8 (2025): Volume 19 Nomor 8
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i8.1272

Abstract

Background: Malnutrition can lead to physical and mental retardation, decreased thinking ability, and increased productivity, as well as increasing the risk of disease and death in children. Malnutrition can be caused by inappropriate provision of complementary foods to meet children's nutritional needs. Purpose: To determine the relationship between complementary feeding and breast milk and the nutritional status of children aged 6-24 months. Method: This was an observational analytical study with a cross-sectional design. The population was 363 children aged 6-24 months, with a total sample size of 86 children. The sampling technique used was a probability sampling with simple random sampling. The instrument used in this study was the Child Feeding Questionnaire (CFQ) to measure the criteria for complementary feeding. Results: Based on the weight-for-age (W/A) index, 86.0% had normal weight and 11.6% were underweight. Based on the weight-for-height (W/B) index, 84.9% were categorized as well-nourished, and 10.5% were malnourished. In this study, the appropriate provision of complementary feeding was 88.4%, while the inappropriate provision was 11.6%. The bivariate analysis, based on the weight-for-age (W/A) and weight-for-height (W/H) indices, yielded a p-value of 0.000 (p<0.05). This indicates a relationship between the provision of complementary foods and breast milk and the nutritional status of children aged 6-24 months. Conclusion: There is a relationship between the provision of complementary foods and breast milk and the nutritional status of children aged 6-24 months. Suggestion: Complementary foods should be provided according to the child's age, starting with mashed, soft/finely chopped complementary foods, and continuing with family meals. Complementary foods should also include a variety of ingredients, such as carbohydrates, animal protein, vegetable protein, fruits, and vegetables, and hygiene should be maintained during the preparation and serving of complementary foods.   Keywords: Children; Complementary Foods; Nutritional Status.   Pendahuluan: Kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan fisik, mental, penurunan kemampuan berpikir, produktivitas, serta meningkatkan risiko penyakit dan kematian anak. Penyebab kekurangan gizi dapat disebabkan oleh pemberian MP-ASI yang tidak tepat dengan kebutuhan gizi anak. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu dengan status gizi anak 6-24 bulan. Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah 363 anak berusia 6-24 bulan dengan total sampel berjumlah 86 anak, teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampel dengan metode simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Child Feeding Questionnaire (CFQ) untuk mengukur kriteria MP-ASI. Hasil: Berdasarkan pengukuran indeks BB/U, terdapat 86.0% dengan berat badan normal dan sejumlah 11.6% dengan berat badan kurang. Berdasarkan pengukuran indeks BB/PB terdapat 84.9% dengan kategori gizi baik dan terdapat 10.5% mengalami gizi kurang. Pada penelitian ini, kategori pemberian MP-ASI tepat sejumlah 88.4% dan kategori MP-ASI tidak tepat sejumlah 11.6%. Hasil analisis bivariat berdasarkan indeks BB/U dan BB/PB diperoleh p-value 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu dengan status gizi anak 6-24 bulan. Simpulan: Terdapat hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu dengan status gizi anak 6-24 bulan. Saran: MP-ASI perlu diberikan sesuai dengan usia anak, dimulai dari MP-ASI dengan bentuk lumat, lembek/dicincang halus hingga makanan keluarga. Pemberian MP-ASI juga harus beragam jenis bahan makanan, seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati, buah dan sayur serta harus menjaga kebersihan dalam proses pengolahan dan penyajian MP-ASI.   Kata Kunci: Anak; Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI); Status Gizi.
Hubungan antara status sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada balita da Gomez, Avelina Maria Rosari; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Sanggelorang, Yulianty
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 8 (2025): Volume 19 Nomor 8
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i8.1273

Abstract

Background: Indonesia faces significant nutritional challenges, namely high rates of stunting among toddlers. Stunting can begin during fetal development and continue after birth, but it usually becomes apparent at the age of two. The main causes of stunting are chronic malnutrition and recurrent infections experienced during the first 1,000 days of life. One of the underlying factors contributing to stunting is socioeconomic status. Purpose: To investigate the relationship between socioeconomic status and the incidence of stunting in infants. Method: A quantitative approach with an analytical observational design and a cross-sectional approach. The study population consists of infants aged 24–59 months in the Pineleng Health Center service area, with a sample size of 100. Sampling was conducted using probability sampling with simple random sampling. The instruments used include questionnaires and anthropometric measurements based on height-for-age (HAZ) indices. Data analysis was performed using the chi-square test and Fisher’s exact test. Results: There is a significant association between the father’s education (p = 0.002), the mother’s education (p = 0.002), and the mother’s occupation (p = 0.040) with stunting in toddlers in the Pineleng Health Center’s service area. Conversely, no association was found between the father's occupation (p = 1.000) and food and non-food expenditures (p = 1.000) with stunting in toddlers in the area. Conclusion: There is a significant relationship between socioeconomic status (parents' education, mother's occupation) and the incidence of stunting in toddlers in the working area of the Pineleng Community Health Center in Minahasa Regency. Suggestion: Parents should be more active in seeking information about meeting their children's nutritional needs through posyandu activities and nutritional counseling, and play a role in managing family resources to meet balanced food and nutritional needs.   Keywords: Sosio-economic Status; Stunting; Toddlers.   Pendahuluan: Indonesia menghadapi tantangan gizi yang signifikan yaitu tingginya angka stunting pada balita. Stunting dapat dimulai selama perkembangan janin dan berlanjut setelah kelahiran, tetapi biasanya menjadi terlihat pada usia dua tahun. Penyebab utama stunting adalah malnutrisi kronis dan infeksi berulang yang dialami selama 1.000 hari pertama kehidupan. Salah satu faktor yang mendasari terjadinya masalah stunting adalah status sosial ekonomi. Tujuan: Untuk menginvestigasi hubungan antara status sosial ekonomi dan kejadian stunting pada balita. Metode: Pendekatan kuantitatif dengan desain observasional analitik dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari balita berusia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pineleng, dengan jumlah sampel sebanyak 100. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui probability sampling dengan metode simple random sampling. Instrumen yang digunakan mencakup kuesioner dan pengukuran antropometri berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik chi-square dan fisher’s exact test. Hasil: Menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pendidikan ayah (p = 0,002), pendidikan ibu (p = 0,002), dan pekerjaan ibu (p = 0,040) dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pineleng. Sebaliknya, tidak ditemukan hubungan antara pekerjaan ayah (p = 1,000) serta pengeluaran pangan dan non-pangan (p = 1,000) dengan kejadian stunting pada balita di wilayah tersebut. Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi (pendidikan orang tua, pekerjaan ibu) dengan kejadian stunting pada balita. Saran: Orang tua supaya lebih aktif mencari informasi tentang memenuhi kebutuhan gizi anak melalui kegiatan posyandu dan konseling gizi, serta berperan dalam mengelola sumber daya keluarga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan gizi yang seimbang.   Kata Kunci: Balita; Status Sosial Ekonomi; Stunting.
Hubungan antara stres dengan kualitas tidur pada peserta didik di SMA Zendrato, Lastri Ningsih; Adam, Hilman; Malonda, Nancy Swanida Henriette
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 8 (2025): Volume 19 Nomor 8
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i8.1393

Abstract

Background: Sleep plays a vital role in maintaining a person’s physical, cognitive, and psychological health. Globally, the prevalence of sleep disorders ranges from 15.3% to 39.2%. In Indonesia, around 10% of the population, equivalent to approximately 23 million people, are estimated to experience sleep disturbances. Based on data from Basic Health Research (Riskesdas), 43.7% of individuals aged 12–18 years reported sleep problems. Moreover, previous studies have shown that 71.3% of adolescent girls experience inadequate sleep compared to 66.4% of boys. Purpose: To determine the correlation between stress levels and sleep quality among high school students. Method: A quantitative analytical observational design with a cross-sectional approach. The study was conducted at State Senior High School 9 Manado from May to July 2025. The sampling technique used was total sampling, with a total of 285 respondents who met the inclusion criteria. Data were collected online using a structured questionnaire distributed via Google Forms through WhatsApp. The data were analyzed using univariate and bivariate methods, and the Spearman Rank correlation test was applied to identify the relationship between variables. Results: The majority of respondents were aged 18 years (48.4%) with a standard deviation of 0.7332. Most participants were female (157 respondents or 55.1%). Regarding sleep quality, 221 respondents (77.5%) reported poor sleep quality, and 225 respondents (78.9%) experienced stress. The analysis showed an r value of 0.215 and a p value of 0.000, indicating a significant positive relationship between stress and poor sleep quality among respondents. Conclusion: The findings indicate that higher stress levels are significantly associated with poor sleep quality among students. It is suggested that schools and health professionals provide stress management programs, promote awareness of healthy sleep patterns, and encourage balanced academic workloads to enhance students’ overall well-being. Suggestion: Future studies are recommended to include other factors that may influence sleep quality, such as anxiety levels, social media habits, and peer support. In addition, the use of qualitative or mixed-methods approaches is encouraged to explore adolescents’ subjective experiences related to stress and sleep disturbances in more depth.   Keywords: Adolescents; High School Students; Mental Health; Sleep Quality; Stress.   Pendahuluan: Tidur merupakan suatu hal yang sangat esensial karena dapat memengaruhi kondisi fisik, kognitif, dan psikologis manusia. Secara global, prevalensi gangguan kualitas tidur sangat bervariasi mulai 15.3-39.2%. Indonesia memiliki tingkat penderita gangguan tidur yang diperkirakan mencapai 10% yang berjumlah sekitar 23 juta penduduk. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 43.7% penduduk yang berusia 12-18 tahun mengalami gangguan pola kualitas tidur. Selain itu, sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri kurang tidur sebesar  71.3%, dibandingkan remaja laki-laki sebesar 66.4%. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara stres dengan kualitas tidur pada peserta didik di SMA. Metode: Penelitian kuantitaif dengan desain studi observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional study. dilaksanakan di SMA Negeri 9 Manado, pada bulan Mei - Juli 2025. Teknik  pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Dari total sampel yang telah ditentukan, sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 285 responden. Penelitian dilakukan secara online dengan membagikan kuesioner dalam bentuk google form kepada responden melalui Whatssap. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil: Rata-rata responden yang berusia 16 tahun berjumlah 138 (48.4%) dengan nilai standar deviasi 0.7332. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 157 responden (55.1%). Distribusi kualitas tidur, dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki kualitas tidur buruk berjumlah 221 responden (77.5%) dan megalami stres sebanyak 225 responden (78.9%) dengan perolehan nilai r sebesar 0.215 dan p-value 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur berpengaruh terhadap tingkat stres yang dialami oleh responden. Simpulan: Stres yang dialami oleh peserta didik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas tidur yang buruk. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang mencakup manajemen stres, edukasi pola tidur sehat, serta pengaturan akademik yang proporsional agar kesejahteraan siswa secara fisik dan psikologis dapat di tingkatkan. Saran: Peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas tidur, seperti kecemasan, kebiasan penggunaan media sosial, atau dukungan sosial dari teman sebaya. Selain itu, pendekatan kualitatif atau campuran (mixed-method) dapat memberikan pemahaman yang terkait pengalaman subjektif dan gangguan tidur pada remaja.   Kata Kunci: Kesehatan Mental; Kualitas Tidur; Remaja; Siswa Sekolah Menengah; Stres.
Hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita 6-23 bulan Telew, Christalia Renata Keren; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Musa, Ester Candrawati
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 9 (2025): Volume 19 Nomor 9
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i9.1281

Abstract

Background: Nutritional problems such as underweight, stunting, wasting, and overweight are caused by a lack of exclusive breastfeeding. Breastfeeding during the first six months of life provides a source of energy and offers numerous benefits. Furthermore, breastfeeding can prevent nutritional problems in toddlers. Purpose: To determine the relationship between a history of exclusive breastfeeding and the nutritional status of toddlers aged 6-23 months. Method: This quantitative, observational, and analytical cross-sectional study was conducted from March to July 2025. The study population was toddlers aged 6-23 months living in Tounelet Village, Kaweng Village, and Paslaten Village. The sampling technique used was total sampling. The instruments used in this study were questionnaires and anthropometric measuring instruments. Data analysis used the chi-square statistical test with a significance level of p<0.05. Results: In this study, the majority of toddlers (53) were not exclusively breastfed and had normal nutritional status, as measured by weight/age (91.6%), height/age (88.4%), and weight/length (80.0%). Fisher's exact test yielded a p-value >0.05, indicating no significant association between a history of exclusive breastfeeding and the nutritional status of toddlers aged 6-23 months based on the weight/age, height/age, and weight/length indices. Conclusion: No significant association was found between a history of exclusive breastfeeding and nutritional status based on three indicators: weight/age, height/age, and weight/length in toddlers aged 6-23 months. However, mothers with toddlers should exclusively breastfeed for the first 6 months of life and regularly attend integrated health post.   Keywords: History of Exclusive Breastfeeding; Nutritional Status; Toddlers.   Pendahuluan: Masalah gizi yang terjadi seperti underweight, stunting, wasting, dan overweight salah satu penyebab terjadinya masalah gizi tersebut adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI selama 6 bulan kehidupan pertama merupakan sumber energi dan memiliki banyak manfaat. Selain itu, yang terpenting dapat mencegah terjadinya masalah gizi kepada balita. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita 6-23 bulan. Metode: Penelitian kuantitatif yang bersifat obsevasional analitik dengan desain penelitian cross sectional study di laksanakan pada bulan Maret-Juli 2025. Populasi pada penelitian ini yaitu balita yang berdomisili di desa Tounelet, desa Kaweng dan desa Paslaten berusia 6-23 bulan, dengan teknik pengambilan sampel berupa total sampling. Instrumen yang digunakan pada pada penelitian ini berupa kuesioner alat pengukuran antropometri. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan p<0.05. Hasil: Pada penelitian ini, sebagian besar balita tidak diberikan ASI secara eksklusif sebanyak 53 balita (55.8%), memiliki status gizi normal yang dilihat berdasarkan indikator/indeks BB/U (91.6%), PB/U (88.4%), dan BB/PB (80.0%). Hasil dari alternatif uji fisher’s exact test diperoleh nilai p >0.05, maka dinyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita 6-23 bulan berdasarkan indeks BB/U, PB/U, dan BB/PB. Simpulan: Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi berdasarkan 3 indikator, yaitu BB/U, PB/U, dan BB/PB pada balita dengan kelompok 6-23 bulan. Meskipun begitu ibu yang memiliki balita seharusnya dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan secara rutin mengikuti kegiatan posyandu.   Kata Kunci: Balita; Riwayat Pemberian ASI Eksklusif; Status Gizi.
Hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan status gizi pada balita usia 6-23 bulan Koleangan, Fionita; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Punuh, Maureen Irinne
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 9 (2025): Volume 19 Nomor 9
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i9.1275

Abstract

Background: Introduction: Toddlers are highly vulnerable to nutritional problems, as balanced nutritional intake determines their growth and development. One cause of nutritional problems is inappropriate food intake, particularly complementary foods, according to their age and needs, which impacts the nutritional status of toddlers. Purpose: To determine the relationship between the provision of complementary foods and nutritional status in toddlers aged 6-23 months. Method: This quantitative research used a cross-sectional approach. Conducted in Minahasa Regency, specifically within the Kakas Community Health Center, this study was conducted from April to July 2025. The sample used was 76 toddlers who met the research criteria. The instrument used was the Child Feeding Questionnaire (CFQ) to measure the criteria for complementary feeding. Results: Based on the Weight-for-Age (W/A) index, 93.4% of toddlers had normal weight and 1.3% were underweight. Based on the Height-for-Age (H/A) index, 86.8% of toddlers had normal height and 11.8% experienced stunting. Based on the Weight-for-Age (W/A) index, 81.6% of toddlers had good nutritional status and 15.8% were overweight. In this study, 81.6% of toddlers were given appropriate complementary foods, and 18.4% were given inappropriate complementary foods. Conclusion: There is a relationship between the provision of complementary foods and toddler nutritional status (weight/weight ratio) (p-value = 0.032), and there is no relationship between the provision of complementary foods and nutritional status based on the weight/age index and height/age index. Suggestion: Respondents in this study, namely mothers of toddlers, should provide complementary foods with a complete and balanced diet (rice, side dishes, vegetables, fruit, and milk) every day, in the appropriate amounts and at the appropriate times. It is also hoped that mothers will take the time to regularly take their toddlers to the Integrated Health Post so that their children can be monitored and receive nutritional education.   Keywords: Complementary Foods; Nutritional Status; Toddler.   Pendahuluan: Balita sangat rentan dengan masalah gizi, karena keseimbangan asupan gizi dalam tubuh menentukan pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu penyebab masalah gizi yaitu asupan makan yang diberikan dalam hal ini pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dengan usia dan kebutuhannya, sehingga memengaruhi status gizi balita. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan status gizi pada balita usia 6-23 bulan. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dilaksanakan di Kabupaten Minahasa tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Kakas, penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2025. Sampel yang digunakan sebanyak 76 balita yang sesuai kriteria penelitian. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Child Feeding Questionnaire (CFQ) untuk mengukur kriteria MP-ASI. Hasil: Status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, terdapat 93.4% balita yang memiliki berat badan normal dan 1.3% balita underweight.  Berdasarkan indeks PB/U, terdapat 86.8% balita dengan tinggi badan yang normal dan 11.8% balita stunting. Berdasarkan indeks BB/PB terdapat 81.6% balita dengan gizi baik dan balita dengan gizi lebih 15.8%. Pada penelitian ini, kategori pemberian MP-ASI tepat terdapat 81.6% balita dan 18.4% balita pada kategori pemberian MP-ASI tidak tepat. Simpulan: Terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dengan status gizi balita (indeks BB/PB) (p value = 0.032) dan tidak ada hubungan antara pemberian MP-ASI dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U dan Indeks PB/U. Saran: Bagi responden dalam penelitian ini yaitu ibu dari balita agar dapat memberikan MP-ASI dengan menu makanan seimbang yang lengkap (nasi, lauk, sayur, buah, dan susu) setiap hari dengan jumlah dan waktu pemberian makan yang tepat. Diharapkan juga ibu dapat meluangkan waktu untuk rutin membawa balita ke posyandu agar pemantauan balita akan selalu terpantau dan tentunya ibu mendapatkan edukasi terkait gizi.   Kata Kunci: Balita; Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI); Status Gizi.