Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar Adhi Santika, Sang Nyoman Gede; Sedana, I Nyoman; Marajaya, I Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukan dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar yang dipentaskan pada tahun 2006 tidak lepas dari keberadaan pupuh, sehingga dapat dikatakan sebagai dramatari bertembang karena peranan pupuh tersebut sebagai media ungkap dalam pengantar cerita Rare Angon yang terelaborasi dengan elemen-elemen pendukung yang ada dalam dramatari Arja. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memahami bentuk, estetika, dan makna pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar. Penelitian pupuh tersebut menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Ada tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : (1) Bagaimana bentuk pupuh yang terdapat dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (2) Bagaimana estetika Pupuh yang terdapat dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (3) Apa makna syair Pupuh yang terkandung dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? Permasalahan tersebut dianalisis dengan teori bentuk, teori estetika, dan teori semiotika. Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pupuh memiliki unsur-unsur pembentuknya diantaranya unsur utama yakni tiga pola persajakan antara lain Padalingsa, Guru Wilangan dan Guru Dingdong dan juga syair Pupuh yang didapat dari sumber cerita Rare Angon, kemudian unsur penunjang antara lain Notasi, alur cerita, dan penokohan; (2) estetika Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon adalah keutuhan yang menggabungkan seluruh unsur pembentuk Pupuh pada adegan papeson dan adegan panyerita dengan memiliki keselarasan pada adegan papeson ketika terjalin hubungan antara Pupuh, gerak tari, dan musik iringan. Kecemerlangan terletak pada daya pikir para penari dalam menggunakan teknik nyompong dan dalam menciptakan syair pupuh dalam improvisasi adegan panyerita dan pekaad. (3) Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon memiliki dua makna, yaitu makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi adalah Pupuh secara keseluruhan adalah sebuah representasi dari alur cerita Rare Angon, sedangkan makna konotasi adalah makna yang tidak tampak namun dapat dirasakan. Artinya Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon mengandung makna simbolik, keindahan, keteladanan, penyucian diri, dan makna kedamaian.
“GANGGARAM” PERTUNJUKAN CAK AIR Mariyana, I Nyoman; Putra, I Made Dwi Andika; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 3 (2023): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan kesenian kecak dari awal terciptanya hingga kini terus melaju dengan pesat. Telah banyak tumbuh sekaa-sekaa kecak di daerah baik dalam bentuk kecak tradisi maupun kecak yang sudah dikembangkan dari segi pertunjukannya. Sebagai pewarisan tradisi, kesenian kecak kerap kali kita jumpai pada pertunjukan wisata yang disajikan di hadapan wisatawan. Pada umumnya konsep penyajiannya masih menggunakan pola-pola tradisional, baik kostum, tema, maupun garap musikalnya. Saat ini penyajian kesenian kecak lebih sering kita jumpai mempergunakan api sebagai pendukung garapan yang sering dikenal dengan sebutan kecak api. Diperlukan gubahan baru dalam penciptaannya. Kecak air, sebuah tawaran baru dalam penyajian kecak yang diciptakan sebagai penunjang komoditi pariwisata. Pertunjukan cak ini menggunakan air sebagai media pendukung garapan dengan judul “GanggaRam”. GanggaRam diambil dari kata Gangga sebagai simbol pemujaan Dewi Gangga, dan kata Ram dalam bahasa Sansekerta berarti yang menyenangkan. “GanggaRam” adalah pertunjukan kecak sebagai simbol pemujaan kepada Dewi Gangga yang memberikan sumber kehidupan dan kebahagian kepada manusia. Penciptaan karya “GanggaRam” ini menggunakan metode penciptaan dari Alma M. Hawkins melalui 3 tahapan, yaitu Exploration (eksplorasi), Improvisation (improvisasi), dan Forming (pembentukan). Tercipta sebuah karya gubahan baru dari penyajian cak air yang mampu bersaing dalam industi pariwisata sebagai produk unggulan wisata air terjun. Pesan yang ingin disampaikan dari karya ini adalah manusia harus mampu menjaga alam dan memanfaatkan air dengan baik untuk kelangsungan semua mahluk hidup di bumi.
Struktur Dramatik Pertunjukan Wayang Parwa Lakon Erawan Rabi Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi Ardiyasa, I Putu; Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1867

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah kajian Lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, yang disajikan oleh dalang Rai Mesi. Permasalahan penelitian yang dibahas yaitu mengenai struktur dramatik lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, oleh dalang Rai Mesi. Untuk membedah masalah, peneliti memakai Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Berkenaan dengan objek penelitian berupa rekaman kaset tape recorder, maka data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lakon Irawanmemilikistruktur dramatik yang menarik, terdiridari (1) babak I: eksposisi, konflik; (2) babak II: komplikasi; eksposisi (3) babak III: komplikasi, klimaks; (4) babak IV: resolusi dan konklusi. Tensi dramatik ini tersusun dalam alur yang terbuka, maju, dan tunggal, karena lakon Irawan Rabi terdapat satu alur cerita tanpa ada selipan cerita lain.
Signifikansi Peran Antagonis Dalam Pementasan Taman Penasar Kota Denpasar Tahun 2023 Widiantara, I Komang Wahyu; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i2.2849

Abstract

Taman penasar adalah salah satu bentuk kesenian yang menggabungkan beberapa unsur seperti tembang pupuh, peneges, penegteg pabligbagan dan iringan musik dengan instrumen geguntangan yang mendominasi. Taman penasar dicetuskan oleh Keluarga Keseniam Bali (KKB) RRI Denpasar. Taman yang berarti sebuah tempat yang indah dengan berbagai ragam hias didalamnya, penasar yang berarti dasar pondasi atau penerjemah dalam fungsinya. Maka Taman penasar dapat dikatakan sebuah pertunjukan yang kompleks dan memiliki dasar literasi yang jelas untuk dibahas didalamnya. Dalam pertunjukan ini, selain menampilkan seni olah vocal di dalamnya juga terdapat sebuah seni peran untuk mendukung jalannya pertunjukan. Seni peran merupakan salah satu bagian penting dalam karya seni dimana seseorang berbuat seolah-olah menyerupai orang lain atau sosok yang bukan dirinya sendiri. Adapun salah satu upaya untuk mendalami seni peran sendiri biasa dimulai dengan cara mengapresiasi keragaman prilaku, gaya bicara, kedudukan, kebiasaan, kejiwaan dan ciri fisik seseorang disekitar untuk melatih kepekaan dan pola piker. Seni peran biasa dimainkan dalam sebuah pertunjukan teater ataupun drama untuk memerankah para tokoh yang diangkat dalam alur cerita sehingga pendalaman karakter masing-masing peran harus dipersiapkan secara matang. Seni peran juga disebut dengan akting dimana seseorang bertindak atau memperagakan seseorang yang bukan dirinya. Untuk menghasilkan seni yang bernilai tinggi akting dilakukan dengan teknik tertentu dan konsep yang jelas.
Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali: Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa, Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Wicaksana, I Dewa Ketut; Putra, I Gusti Made Darma
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 1 (2024): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3744

Abstract

Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali:Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa,Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul
Konsep Harmoni Bhuana Agung - Bhuana Alit Pada Penyacah Parwa/Kanda Dan Signifikansinya Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali. Widiyantara, I Komang Wahyu; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Bratanatyam, I Bagus Wijna
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4384

Abstract

Penyacah Parwa/Kanda adalah adegan prolog dalam pertunjukan wayang kulit Bali, di mana dalang secara verbal menyampaikan narasi yang melibatkan personifikasi alam semesta, kerendahan hati, dan ringkasan cerita yang akan disajikan. Adegan ini penting sebagai representasi keselarasan antara manusia (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana agung) dalam estetika yang dianut oleh seniman dalang. Dua tujuan penelitian yaitu menganalisis penerapan konsep harmoni Bhuana Agung dan Bhuana Alit dalam struktur pertunjukan wayang kulit serta mengeksplorasi signifikansinya terhadap pengalaman estetis dan pemahaman kultural audiens. Metode deskriptif kualitatif dipergunakan dalam penelitian ini, dengan didukung pengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang ditunjang teori estetika Hindu dan semiotika. Hasil penelitian yaitu pertama, Estetika Hindu melihat harmoni dalam seni pertunjukan sebagai hubungan kausal antara kesucian, kebenaran, dan keindahan. Penyacah Parwa/Kanda merepresentasikan ini dalam tiga narasi: pertama, penyebutan nama dewata (bhuana agung); kedua, dalang mengucap syukur dan memohon izin kepada Tuhan atas terciptanya kehidupan; ketiga, ringkasan cerita yang akan disajikan (bhuana alit), yang secara keseluruhan membangun kesadaran akan keselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit. Kedua, keselarasan dalam Penyacah parwa / kanda signifikan dalam menciptakan pemahaman akan konsep harmoni dalam estetika antara kesucian dan kemaha kuasaan Tuhan yang yang secara indah digambarakan melalui penyebutan nama-nama dewata hingga para rsi secara visual-narasi, dilanjutkan dengan pengejawantahan kebenaran dari kisah-kisah manusia yang secara imajinatif sebagai bentuk refeksi bagi audiens agar mampu memandang dan memberlakukan semesta dengan lebih baik.
PROGRAM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA MEMBANGUN DESA/KULIAH KERJA NYATA TEMATIK PEMBINAAN KESENIAN GENDER WAYANG DI DESA ADAT KUKUB Weda Wikantika, I Putu; Kodi, I Ketut; Adhi Santika, Sang Nyoman Gede
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 5 No 1 (2025): Mei
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v5i1.4881

Abstract

The rapid development of times demands students to possess skills and knowledge relevant to the issues faced by society. In this context, the "Merdeka Belajar Kampus Merdeka" (MBKM) program plays an important role as an innovative learning platform, encompassing various activities such as internships, research, and thematic Community Service (KKN). This research focuses on the Desa Membangun (Village Development) program in Kukub Traditional Village, Bali, which was once known for its art and cultural potential but is currently experiencing a decline in interest among the younger generation towards traditional arts, especially Gender Wayang. The aim of this research is to preserve the traditional art by involving the community in the learning process and the introduction of the art form. The methods used include socialization, training, and field practice. The results of this activity are expected to increase awareness and interest in the community to understand and preserve the Gender Wayang art, while also contributing to the improvement of education and culture in Kukub Traditional Village. This research demonstrates that by involving both students and the community, the preservation of traditional arts can be more effective and sustainable.
Struktur Dramatik Pertunjukan Wayang Parwa Lakon Erawan Rabi Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi Ardiyasa, I Putu; Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 2 (2022): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1867

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah kajian Lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, yang disajikan oleh dalang Rai Mesi. Permasalahan penelitian yang dibahas yaitu mengenai struktur dramatik lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, oleh dalang Rai Mesi. Untuk membedah masalah, peneliti memakai Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Berkenaan dengan objek penelitian berupa rekaman kaset tape recorder, maka data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lakon Irawanmemilikistruktur dramatik yang menarik, terdiridari (1) babak I: eksposisi, konflik; (2) babak II: komplikasi; eksposisi (3) babak III: komplikasi, klimaks; (4) babak IV: resolusi dan konklusi. Tensi dramatik ini tersusun dalam alur yang terbuka, maju, dan tunggal, karena lakon Irawan Rabi terdapat satu alur cerita tanpa ada selipan cerita lain.
Signifikansi Peran Antagonis Dalam Pementasan Taman Penasar Kota Denpasar Tahun 2023 Widiantara, I Komang Wahyu; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i2.2849

Abstract

Taman penasar adalah salah satu bentuk kesenian yang menggabungkan beberapa unsur seperti tembang pupuh, peneges, penegteg pabligbagan dan iringan musik dengan instrumen geguntangan yang mendominasi. Taman penasar dicetuskan oleh Keluarga Keseniam Bali (KKB) RRI Denpasar. Taman yang berarti sebuah tempat yang indah dengan berbagai ragam hias didalamnya, penasar yang berarti dasar pondasi atau penerjemah dalam fungsinya. Maka Taman penasar dapat dikatakan sebuah pertunjukan yang kompleks dan memiliki dasar literasi yang jelas untuk dibahas didalamnya. Dalam pertunjukan ini, selain menampilkan seni olah vocal di dalamnya juga terdapat sebuah seni peran untuk mendukung jalannya pertunjukan. Seni peran merupakan salah satu bagian penting dalam karya seni dimana seseorang berbuat seolah-olah menyerupai orang lain atau sosok yang bukan dirinya sendiri. Adapun salah satu upaya untuk mendalami seni peran sendiri biasa dimulai dengan cara mengapresiasi keragaman prilaku, gaya bicara, kedudukan, kebiasaan, kejiwaan dan ciri fisik seseorang disekitar untuk melatih kepekaan dan pola piker. Seni peran biasa dimainkan dalam sebuah pertunjukan teater ataupun drama untuk memerankah para tokoh yang diangkat dalam alur cerita sehingga pendalaman karakter masing-masing peran harus dipersiapkan secara matang. Seni peran juga disebut dengan akting dimana seseorang bertindak atau memperagakan seseorang yang bukan dirinya. Untuk menghasilkan seni yang bernilai tinggi akting dilakukan dengan teknik tertentu dan konsep yang jelas.
Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali: Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa, Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Wicaksana, I Dewa Ketut; Putra, I Gusti Made Darma
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 1 (2024): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3744

Abstract

Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali:Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa,Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul