Thontowi, Zulkifli Syauqi
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Landasan Filosofis Pendidikan Dalam Perspektif Guru Dardiri, Achmad; Purwastuti, Lusila Andriani; Thontowi, Zulkifli Syauqi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/05204.2021

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang landasan filosofis pendidikan dalam perspektif Guru, yang meliputi landasan ontologis pendidikan, landasan epistemologis pendidikan dan landasan aksiologis pendidikan dalam perspektif guru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan guru senior dan guru yunior, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan guru mengenai landasan ontologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep realitas terdapat perbedaan antara guru senior dan guru yunior. Bagi guru senior realitas difahami sebagai realitas fisik dan non fisik, sedangkan bagi guru yunior realitas bersifat fisik semata. Pandangan tentang manusia sebagai realitas, keduanya sefaham bahwa manusia memiliki aspek fisik-lahiriah dan aspek rohani-batiniah. Pandangan tentang peserta didik keduanya juga sefaham sebagai sosok manusia yang sudah memiliki bakat, dan dapat dikembangkan lewat pendidikan. Pandangan guru mengenai landasan epistemologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep pengetahuan terdapat perbedaan formulasi antara guru senior dan guru yunior. Dalam pandangan guru senior, pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman yang dialami seseorang dari orang lain. Sedangkan bagi guru yunior, pengetahuan manusia sifatnya universal dan bersumber tidak hanya dari guru atau sekolah melainkan juga dari sumber lain. Dalam masalah metode pembelajaran keduanya berbeda, namun keduanya sepakat bahwa metode dapat diganti saat proses pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi real di kelas. Dalam masalah kebenaran, terdapat perbedaan formulasi. Bagi guru senior, kebenaran sifatnya lentur, fleksibel dan relative, karena melihat realitas di SMAN 3 Yogyakarta warga sekolahnya sangat beragam. Sedangkan dalam pandangan guru yunior, norma yang digunakan untuk menilai benar salahnya sesuatu hal sifatny universal yakni yang dapat diterima oleh semua warga sekolah, karena warga sekolah khususnya peserta didiknya sangat beragam dari latar belakang agama, dan budaya yang berbeda. Dalam hal landasan aksiologis, bagi guru senior, nilai yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai prestasi, kesalehan, kemanfaatan, kebersamaan, kepedulian sosial dan demokrasi. Sedangkan bagi guru yunior, nilai dominan yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai tanggung jawab, nlai persatuan, dan nilai kreativitas.
Implementasi Lima Nilai Budaya Kerja di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Thontowi, Zulkifli Syauqi; Qowim, Muhammad; Dardiri, Achmad
FIKROTUNA: Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam Vol. 8 No. 1 (2019): FIKROTUNA: Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Al-Khairat Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32806/jf.v9i2.3490

Abstract

Inequality in employee performance lie is background this paper. The implementation of the five work culture values ​​of the Office of the Ministry of Religion (Kemenag) ilat Banyumas Regency shows the enthusiasm of work that must exist to support good performance in the office. The application of the five values ​​of the Ministry of Culture work to make the performance of the State Civil Service (ASN) more competitive, effective, and energetic in service programs that are accessible and well implemented. The background of this study departs from the problem of ASN performance in the Banyumas Ministry of Religion which is rigid and lacks enthusiasm or effective and maximum work spirit. This research is a study that discusses less than maximum communication between ASN so it needs to improve communication professionalism, employee integration, balanced innovation, shared responsibility, and role models in the Banyumas Regency Ministry of Religion office.
Trends in the Implementation of Higher-Order Thinking Skills in Islamic Religious Education in Madrasahs and Schools: A Systematic Literature Review Ahmad, Iqbal Faza; Putro, Nur Hidayanto Pancoro Setyo; Thontowi, Zulkifli Syauqi; Syafii, Ahmad; Subakti, M. Aldi
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Faculty of Tarbiyah and Education, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpi.2020.92.195-216

Abstract

The new curriculum (2013 curriculum) encourages implementing the higher-order thinking skills (HOTS) approach in learning Islamic religious education in each academic unit in Indonesia. This paper intends to study the HOTS implementation trend in the learning process of Islamic religious education in Madrasas and schools. The method in this study is a systematic literature review. Researchers found that this trend began to emerge after implementing the 2013 curriculum by the Indonesian Government, where the curriculum used a scientific approach. Teachers, educators, and experts' efforts in implementing HOTS in Islamic Education learning can be grouped into two categories. The first is that they innovate the HOTS-based learning process, and the second is those who develop HOTS-based assessment instruments. Several innovations in the learning process were carried out by applying various learning methods, models, and strategies. The application of HOTS-based learning in Islamic Education learning can improve learning quality to be more effective, efficient, fun, and meaningful. This improvement, then, has an impact on increasing the quality of learning achievement. This study provides highlights and helps to understand the results of previous studies that discuss HOTS using systematic reviews in the implementation of Islamic Religious Education in Madrasas and Schools.
Landasan Filosofis Pendidikan Dalam Perspektif Guru Dardiri, Achmad; Purwastuti, Lusila Andriani; Thontowi, Zulkifli Syauqi
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/05204.2021

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang landasan filosofis pendidikan dalam perspektif Guru, yang meliputi landasan ontologis pendidikan, landasan epistemologis pendidikan dan landasan aksiologis pendidikan dalam perspektif guru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan guru senior dan guru yunior, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan guru mengenai landasan ontologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep realitas terdapat perbedaan antara guru senior dan guru yunior. Bagi guru senior realitas difahami sebagai realitas fisik dan non fisik, sedangkan bagi guru yunior realitas bersifat fisik semata. Pandangan tentang manusia sebagai realitas, keduanya sefaham bahwa manusia memiliki aspek fisik-lahiriah dan aspek rohani-batiniah. Pandangan tentang peserta didik keduanya juga sefaham sebagai sosok manusia yang sudah memiliki bakat, dan dapat dikembangkan lewat pendidikan. Pandangan guru mengenai landasan epistemologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep pengetahuan terdapat perbedaan formulasi antara guru senior dan guru yunior. Dalam pandangan guru senior, pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman yang dialami seseorang dari orang lain. Sedangkan bagi guru yunior, pengetahuan manusia sifatnya universal dan bersumber tidak hanya dari guru atau sekolah melainkan juga dari sumber lain. Dalam masalah metode pembelajaran keduanya berbeda, namun keduanya sepakat bahwa metode dapat diganti saat proses pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi real di kelas. Dalam masalah kebenaran, terdapat perbedaan formulasi. Bagi guru senior, kebenaran sifatnya lentur, fleksibel dan relative, karena melihat realitas di SMAN 3 Yogyakarta warga sekolahnya sangat beragam. Sedangkan dalam pandangan guru yunior, norma yang digunakan untuk menilai benar salahnya sesuatu hal sifatny universal yakni yang dapat diterima oleh semua warga sekolah, karena warga sekolah khususnya peserta didiknya sangat beragam dari latar belakang agama, dan budaya yang berbeda. Dalam hal landasan aksiologis, bagi guru senior, nilai yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai prestasi, kesalehan, kemanfaatan, kebersamaan, kepedulian sosial dan demokrasi. Sedangkan bagi guru yunior, nilai dominan yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai tanggung jawab, nlai persatuan, dan nilai kreativitas.
Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Perspektif Pendidikan Humanis Religius Nurani, Qoim; Rizal, Dimas Ahmad; Zani, Moh. Zodikin; Thontowi, Zulkifli Syauqi
Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Sosial Rumah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/njpi.2023.v3i1-2

Abstract

Curriculum is an inseparable part of the education system. This study will analyze the Merdeka-Merdeka Campus Curriculum Learning from a Humanist-Religious Perspective (Study of the MPI Curriculum of UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). This research is a field research with a descriptive-qualitative approach. Research subjects used purposive sampling. Data collection was carried out by observation, interviews and documentation. Data analysis using data reduction and data presentation. Test the validity of the data using triangulation. The results of his research show that MBKM gives freedom to students to take programs according to their talents and interests, and encourages link and match. The MBKM curriculum is in line with the theory of religious humanist education both in terms of goals, learning processes, methods and evaluation. Because students can express their ideas and thoughts into a program that is of value to society.