LUSILA ANDRIANI PURWASTUTI, LUSILA ANDRIANI
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Factors Influencing the Decision of an Islamic Boarding School to Choose Face-to-Face Learning During Pandemic Aziz, Abdul; Purwastuti, Lusila Andriani; Marzuqi, Muhammad Ali Baidlowi; Bahrudin, Aceng; Ariyunita, Noorrela
EDUKASIA Vol 17, No 1 (2022): EDUKASIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/edukasia.v17i1.13610

Abstract

This study highlights the factors influencing face-to-face learning decision-making by an Islamic boarding school during the pandemic. This qualitative descriptive-analytic study was conducted at MA Miftahunnajah, Sleman. Interviews, documentation, and observations were used to collect data. The research revealed that the following factors influenced face-to-face learning decisions: 1) internal conditions, such as boarding school security, student order, parental involvement, geographic location, and curriculum structure; 2) information availability; 3) external conditions, including community involvement and collaboration with other schools; 4) personality and skills of decision-makers. In addition, the Islamic boarding school's security was the most influential factor in all these factors, so facilitating schools with dormitories or boarding schools as places for students to live and study is a more appropriate solution than forcing online learning.
RELEVANSI TEORI KOMUNIKASI HABERMAS DALAM PENDIDIKAN PURWASTUTI, LUSILA ANDRIANI
FOUNDASIA Vol. 1 No. 6 (2005)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v1i6.6321

Abstract

Habermas's view of communication theorv can he an alternative solution to the current critical situation particularly in Indonesia, which is facing conflicts in a variety of dimensions. Hahermas's wise view that can be referred to is that there is no absolute truth. There is no single absolute way to solve a variety of crises resulting from conflicts. To create a more humane world, the suggested way is communication, a dialectical positive model. We should make an attempt together to create a liberating path on the basis of the high humanistic values that we search together. Education is also a communication process Therejore, essentially, the communication conditions should he applied in the field qj education. This is expected to create a liberating path to empower adult learners.
PENDIDIKAN POLITIK NASIONALIS RELIGIUS PURWASTUTI, LUSILA ANDRIANI
FOUNDASIA Vol. 2 No. 10 (2010)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v2i10.5836

Abstract

Daftar panjang berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA, separatisme, dan konflik horizontal menjadi cacatan sejarah suram bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak awal kernerdekaan sampai saat ini. Salah satu penyebab dari masalah tersebut, selain terjadinya ketidakadilan dalam praktik kehidupan bernegara, adalah pemahaman yang kurang terhadap dasar negara Indonesia Pancasila yang berciri nasionalis-religius. Pencarian formulasi sudah dimulai sejak para bapak bangsa berusaha menetapkan dasar negara yang hendak dipakai oleh negara Indonesia yang akan merdeka. Pemahaman yang mendalam terhadap ciri negara yang nasionalis-religius dapat dilakukan melalui pendidikan politik pada masyarakat. Pendidikan politik yang berbasis nilai nasionalis-religius disosialisasikan dan ditransformasikan baik kepada masyarakat umum maupun sekolah pada tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Penanaman nilai-nilai cinta tanah air, bela negara persatuan, cinta kasih, perdamaian. toleransi, kepedulian, keimanan, ketaqwaan, dan kesucian menjadi tanggung jawab semua guru/dosen. Strategi pendidikan politik yang digunakan di sekolah adalah pendekatan komprehensif, yang meliputi: perbaikan kurikulum mata kuliah Pendidikan Agama. Pendidikan IPS dan Kewarganegaraan di tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan pendekatan pembelajaran yang induktif partisipatif. Kerjasama dapat dilakukan dengan orang tua murid, ulama, dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan ,nilai-nilai nasionalis-religius dalam kehidupan nyata, terutama dengan menjadi teladan bagi para peserta didik.
PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI KEARIFAN LOKAL PARA BURUH MIGRAN DI HONG KONG Rukiyati, Rukiyati; Hajaroh, Mami; Purwastuti, Lusila Andriani
FOUNDASIA Vol. 9 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v9i1.26162

Abstract

Para buruh migran yang bekerja di Hong Kong perlu diberi motivasi dan wawasan keindonesiaan dan rasa nasionalisme agar mereka bekerja dengan tekun tetapi mempunyai target yang jelas untuk kembali ke tanah air. Pemberian motivasi dan wawasan dilakukan dengan media kearifan lokal Indonesia berupa pengenalan kembali dan menyanyikan lagu-lagu tradisional, dan  lagu wajib serta memasak makanan tradisional Indonesia. Peserta pelatihan ini adalah para buruh migran yang tergabung dalam organisasi nirlaba TCKLC Hong Kong sebanyak 25 orang, kesemuanya perempuan. Metode PPM yang digunakan adalah ceramah singkat, diskusi, penugasan, praktik, dan bernyanyi. Hasil kegiatan PPM menunjukkan para buruh migran sangat senang menerima pelatihan penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui kearifan lokal. Diperoleh kesadaran dari para buruh migran bahwa walaupun di Hong Kong mereka mendapatkan penghasilan yang cukup besar, tetapi tetap merasa sebagai kurang bermartabat, kurang terhormat. Setelah pelatihan,para buruh migran merasa sangat termotivasi untuk pulang ke tanah air dengan  rencana yang jelas untuk pekerjaan dan kegiatannya masing-masing. Bekal dari Hong Kong berupa uang akan dimanfaatkan untuk usaha dan sekolah,  sedangkan bekal ilmu akan digunakan untuk bekerja menjadi guru di daerahnya masing-masing. Lima bulan setelah pelatihan, diperoleh informasi sebagian buruh migran yang telah selesai masa kontraknya benar-benar telah kembali ke tanah air dan bekerja sesuai rencana ketika pelatihan. Ada yang menjadi guru PAUD, guru bahasa Inggris, melanjutkan pendidikan, dan ada pula yang berwirausaha. Kata kunci: Nilai nasionalisme, buruh migran, kearifan lokal
Landasan Filosofis Pendidikan Dalam Perspektif Guru Dardiri, Achmad; Purwastuti, Lusila Andriani; Thontowi, Zulkifli Syauqi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/05204.2021

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang landasan filosofis pendidikan dalam perspektif Guru, yang meliputi landasan ontologis pendidikan, landasan epistemologis pendidikan dan landasan aksiologis pendidikan dalam perspektif guru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan guru senior dan guru yunior, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan guru mengenai landasan ontologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep realitas terdapat perbedaan antara guru senior dan guru yunior. Bagi guru senior realitas difahami sebagai realitas fisik dan non fisik, sedangkan bagi guru yunior realitas bersifat fisik semata. Pandangan tentang manusia sebagai realitas, keduanya sefaham bahwa manusia memiliki aspek fisik-lahiriah dan aspek rohani-batiniah. Pandangan tentang peserta didik keduanya juga sefaham sebagai sosok manusia yang sudah memiliki bakat, dan dapat dikembangkan lewat pendidikan. Pandangan guru mengenai landasan epistemologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep pengetahuan terdapat perbedaan formulasi antara guru senior dan guru yunior. Dalam pandangan guru senior, pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman yang dialami seseorang dari orang lain. Sedangkan bagi guru yunior, pengetahuan manusia sifatnya universal dan bersumber tidak hanya dari guru atau sekolah melainkan juga dari sumber lain. Dalam masalah metode pembelajaran keduanya berbeda, namun keduanya sepakat bahwa metode dapat diganti saat proses pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi real di kelas. Dalam masalah kebenaran, terdapat perbedaan formulasi. Bagi guru senior, kebenaran sifatnya lentur, fleksibel dan relative, karena melihat realitas di SMAN 3 Yogyakarta warga sekolahnya sangat beragam. Sedangkan dalam pandangan guru yunior, norma yang digunakan untuk menilai benar salahnya sesuatu hal sifatny universal yakni yang dapat diterima oleh semua warga sekolah, karena warga sekolah khususnya peserta didiknya sangat beragam dari latar belakang agama, dan budaya yang berbeda. Dalam hal landasan aksiologis, bagi guru senior, nilai yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai prestasi, kesalehan, kemanfaatan, kebersamaan, kepedulian sosial dan demokrasi. Sedangkan bagi guru yunior, nilai dominan yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai tanggung jawab, nlai persatuan, dan nilai kreativitas.
Sex Education in Implementation of Merdeka Curiculum at Early Childhood Education Anwar, Nur Amalia Olby; Purwastuti, Lusila Andriani
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha Vol. 12 No. 1 (2024): April
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/paud.v12i1.71884

Abstract

The Ministry of Women’s Empowerment and Children Protection stated that Indonesia is currently facing an emergency regarding sexual violence against children. This statement is based on the record of increasing cases of sexual violence against children. One effort to prevent sexual violence is by providing sexual education. The aim of this research was to analyze the concept and pattern of implementing sexual education in the implementation of the Independent Curriculum in early childhood education. This research used a qualitative approach with research type of case study. Data collection techniques were carried out using interview, observation, and documentation methods. Data sources in this research included: the principal, 2 Play Group teachers, 2 Group A teachers, 2 Group B teachers, 1 teacher specializing in sexual education topic, and 3 parents of students. The analysis technique used was the six stages of qualitative analysis techniques according to Creswell. The research results showed that the implementation of sexual education in the implementation of the Merdeka Curriculum is actually a manifestation of learning outcome, which is carried out through several activities, namely toilet training, habituation of the rules for changing clothes, communication in daily life, and special sex education classes. Massive implementation of sexual education should involve all school members and parents of students in order to create sustainable sexual education.
Kegiatan outbond sebagai media pendidikan karakter Pancasila pada pendidikan anak usia dini Purwastuti, Lusila Andriani
Jurnal Pendidikan Karakter VOL 13, NO 2 (2022)
Publisher : Directorate of Research and Community Service, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpka.v13i2.48573

Abstract

This study aims to examine character education learning media that are in accordance with the principles of learning in early childhood. Outbound can be used as a character learning medium in Early Childhood Education. Outbound as a character learning medium is an essentially learning approach that uses the principle of playing while learning, experience learning, which is adapted to aspects of child development. This research is a research and development following the model of Thiagarajan which consists of define, design, development, and disseminate. The results of this study indicate that outbound in early childhood education is adapted from outbound games commonly used in recreational places which are embedded in learning themes and sub-themes. Learning activities are adapted to learning in kindergarten which consists of an introduction, core, and closing. Outbound activities for PAUD consist of games Reaching for the Stars, Chain of Love, Defending the Fort, Building a Lighthouse, and Maze of Social Justice. The five forms of this game are learning that contains the values of divinity, humanity, nationalism, democracy, and welfare. Apart from that, outbound learning also includes the values of cooperation, empathy, tolerance, leadership, and being able to stand the test of facing challenges. Outbound is an effective learning media for national character education for early childhood.
Batik as a craft teaching-learning medium To preserve values of local wisdom in elementary schools in Bantul, Indonesia Purwastuti, Lusila Andriani
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 22 No. 2 (2022): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v22i2.53888

Abstract

Education is required to give earnest attention to the development of Indonesian people in all dimensions. This is in line with education as the main vehicle in nation and character building. The whole development of its dimensions (arrangement of nature, the characteristics of nature, and the position of nature) can only be done if humans since the beginning of its birth have been educated to the actualization of these potentials. Education would give a real and significant contribution in supporting the development of the nation's character as a whole that become a big agenda for Indonesia. The research approach used in this research is qualitative descriptive. This research took place in SendangsariPrimary School, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. The data were obtained by observation, interview, and documentation. The data analysis includes data reduction, classification, verification, and conclusion. The validity of data used triangulation. The research concluded that local wisdom values contained in batik can be identified as follows:  the value of honesty, patience, perseverance, cooperation, tolerance, democratic, hard work, patience, religious, virtue, inner and outer well-being, the scientefic value (mixing colors in batik) patient, honest, loving environment, patriotism, creative and innovative. SD Sendangsari has been carrying out thematic-integrative character education based on local wisdom.
Asesmen kebijakan sekolah ramah anak di sekolah dasar Nurhayati, Riana; Hajaroh, Mami; Purwastuti, Lusila Andriani; Rohman, Arif
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 24 No. 1 (2024): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v24i1.68600

Abstract

Penelitian ini bertujuan  untuk  mengklasifikasikan dan mengkategorikan sekolah dasar yang mengimplementasikan kebijakan sekolah ramah anak di kabupaten Bantul Yogyakarta. Pendekatan penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis survei. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 356 yang terdiri dari kepala sekolah dan guru. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan skala likert, angket disebarkan melalui google form untuk membantu peneliti menjangkau seluruh lokasi. Instrumen angket menggunakan model evaluasi CIPP (context, input, process, product). Analisis data menggunakan statistik desktiptif dalam bentuk persentase.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori dari hasil asesmen evaluasi kebijakan sekolah ramah anak di sekolah dasar kabupaten Bantul DIY yang menerapkan kebijakan sekolah ramah anak baik itu negeri dan swasta termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 144 SD Negeri dan 30 SD swasta terdapat 130 sekolah (37%) yang menerapkan Sekolah Ramah Anak termasuk ke kategori "Sangat Baik", sebanyak 109 sekolah (31%) yang menerapkan SRA termasuk ke kategori "Baik", sebanyak 76 sekolah (21%) yang menerapkan SRA termasuk ke kategori "Cukup", sebanyak 34 (10%) sekolah ramah anak yang termasuk dalam kategori "Kurang Baik", dan 7 sekolah (2%) termasuk ke kategori "Tidak Baik" pelaksanaannya.This research aims to classify and categorize elementary schools implementing child-friendly policies in the Bantul district, Yogyakarta. The research approach is quantitative research with a survey type. The sampling technique used simple random sampling with a total of 357 respondents consisting of school principals and teachers. The data collection technique uses a Likert scale questionnaire distributed via Google Forms to help researchers reach all locations. The questionnaire instrument uses the CIPP (context, input, process, product) evaluation model. Data analysis uses descriptive statistics in the form of percentages. The research results show that the category of evaluation results of child-friendly school policies in elementary schools in Bantul DIY district which implement child-friendly school policies, both public and private, is included in the excellent category. The results of the analysis show that of the 144 public elementary schools and 30 private elementary schools, there are 130 schools (37%) that implement Child-Friendly Schools, including the "Very Good" category, as many as 109 schools (31%) that implement SRA fall into the "Good" category, as many as 76 schools (21%) that implemented SRA were included in the "Fair" category, 34 (10%) child-friendly schools were included in the "Poorly Good" category, and seven schools (2%) were included in the "Not Good" category.
The Influence of Authoritarian Parenting on the Development of Early Childhood Creativity Fitriana, Laila; Purwastuti, Lusila Andriani
Jurnal Pendidikan Progresif Vol 10, No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Progresif
Publisher : FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Influence of Authoritarian Parenting on the Development of Early Childhood Creativity. Objectives: This study aims to reveal whether there is an influence of authoritarian parenting on the development of early childhood creativity. Methods: Ex Post Facto quantitative research involved 100 children aged 4-5 years and their parents, and 18 teachers from 9 kindergartens in Jambi City. Data were analyzed using simple linear regression analysis to reveal the effect of authoritarian parenting on the development of creativity. Findings: Simple linear regression test for authoritarian parenting has a significance value of 0.003 (P <0.05) which means that it influences children’s creativity, children become unconfident, afraid to do something, and children tend to be quieted. Parents who apply the majority authoritarian parenting background in high school education. Conclusion: There is a negative influence of authoritarian parenting on the development of early childhood creativity.Keywords: authoritarian parenting, development of creativity, early childhood.DOI: 10.23960/jpp.v10.i2.202011