Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Studi Kasus: Penerapan General Initial Management Terhadap Kriteria Hasil Masalah Nyeri Akut Pada Pasien Acute Coronary Syndrome di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cibabat Kota Cimahi Ardiansyah, Diki; Yasmin, Alya Fariida; Pragholapati, Andria
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 9 (2024): Volume 6 Nomor 9 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i9.16677

Abstract

ABSTRACT The incidence of ACS in the emergency room of Cibabat Hospital, Cimahi City in 2023 was quite high, reaching 1,056 people. The appropriat handling carried out by nurses in the emergency room is to apply general initial management (MONA) as a measure to help reduce pain and risk of death within the first 2 hours of an attack. The purpose of this study was to determine the description of the application of general initial management in nursing care for ACS patients in the Emergency Room of Cibabat Hospital, Cimahi City. This study used descriptive case report or case study methodology. The research subjects were patients with a diagnosis of ACS STEMI, patients with acute pain nursing problems, patients fully conscious with a compos mentis level of consciousness. The results of the assessment of left chest pain, pain did not decrease, pain like stabbing, pain radiating to the back and left arm, pain scale 6, pain lasted ≥20 minutes, echg picture of sinus bradycardia and ST segment elevation in leads II, III, and aVF, troponin I 40000 ng/L. General initial management was applied, positioning, nasal cannula oxygen 4L/min, aspirin (arixtra 2.5 cc 1x1 sc), and nitrates were not given because the patient did not meet the requirements, namely systolic ≤90 mmHg and pulse ≤60x/min, after being evaluated 1 hours the pain scale was reduced to 3. The author concludes that the application of general initial management (MONA) can reduce pain in ACS in the first 1 hours. Based on this study, it is recommended for nurses to improve the accuracy of the implementation of general initial management to reduce acute pain in ACS patients.. Keywords: General Initial Management, Acute Pain, Acute Coronary Syndrome, Nursing Care  ABSTRAK Angka kejadian ACS di IGD RSUD Cibabat Kota Cimahi pada tahun 2023 cukup tinggi yaitu mencapai 1.056 orang. Penanganan yang tepat dilakukan perawat di IGD dengan melakukan penerapan general initial management (MONA) sebagai tindakan untuk membantu mengurangi rasa sakit dan risiko kematian dalam 2 jam pertama serangan. Tujuan penelitian ini guna memahami gambaran penerapan general initial management dalam asuhan keperawatan pada pasien ACS di IGD RSUD Cibabat Kota Cimahi. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif case report atau studi kasus. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosa ACS STEMI, pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut, pasien sadar penuh dengan tingkat kesadaran compos mentis. Hasil pengkajian nyeri dada sebelah kiri, nyeri tidak berkurang, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri menjalar ke punggung dan lengan kiri, skala nyeri 6, nyeri berlangsung ≥20 menit, gambaran EKG sinus bradikardia dan ST segmen elevasi pada lead II, III, dan aVF, troponin I 40000 ng/L. Dilakukan penerapan general initial management pemberian posisi, pemberian oksigen nasal kanul 4L/menit, aspirin (arixtra 2,5 cc 1x1 sc), dan nitrat tidak diberikan karena pasien tidak memenuhi syarat yaitu sistolik ≤90 mmHg dan nadi ≤60x/menit, setelah dievaluasi 1 jam skala nyeri berkurang menjadi 3. Penulis menarik kesimpulan penerapan general initial management (MONA) dapat menurunkan nyeri pada ACS di 1 jam pertama. Berdasarkan penelitian ini disarankan bagi perawat untuk meningkatkan ketepatan implementasi general initial management untuk mengurangi nyeri akut pada pasien ACS. Kata Kunci: General Initial Management, Nyeri Akut, Acute Coronary Syndrome, Asuhan Keperawatan
Efektivitas pelatihan resusitasi neonatus terhadap keterampilan perawat perinatologi Ardiansyah, Diki; Rudhiati, Fauziah; Badrujamaludin, Asep; Auladi, Salas; Setiasih, Yani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 8 (2025): Volume 19 Nomor 8
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i8.505

Abstract

Background: Successful newborn care depends on the abilities and skills of healthcare workers, particularly nurses, in performing neonatal resuscitation. This is the basis for ongoing neonatal resuscitation training programs. The development of video-assisted simulation methods has been widely reported to be highly effective in improving trainee skills, but does not cover all competencies. Purpose: To compare the effectiveness of neonatal resuscitation training on nurses' skills using video-assisted simulation methods compared to those without video. Method: Quantitative, quasi-experimental design using a non-equivalent group design. The sample size for this study was 40 pediatric nurses, divided into two groups, each consisting of 20 nurses. Results: There was a significant difference between the average knowledge scores of the group without video and the group with video (P = 0.000, mean at α 0.05). There was also a significant difference between the average competency scores of the group without video and the group with video (P = 0.000, mean at α 0.05). Conclusion: Resuscitation video media has been shown to improve overall competency in neonatal resuscitation. Therefore, researchers recommend the use of video as an additional medium in neonatal resuscitation training.   Keywords: Neonatal Resuscitation; Neonatal Resuscitation Training; Video.   Pendahuluan: Keberhasilan dalam penanganan bayi baru lahir tergantung pada kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan terutama perawat dalam melakukan resusitasi neonatus. Hal tersebut yang mendasari program pelatihan resusitasi neonatus terus dilakukan secara berkelanjutan. Perkembangan metode simulasi disertai video banyak dilaporkan memberikan efektifitas yang tinggi dalam meningkatkan keterampilan peserta pelatihan, namun tidak mencakup seluruh kompetensi. Tujuan: Untuk melihat perbandingan efektivitas pelatihan resusitasi neonatus terhadap keterampilan perawat dengan menggunakan metode simulasi disertai video dengan simulasi tanpa video Metode: Kuantitatif dengan metode quasi eksperimen menggunakan desain the non-equivalent group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 perawat anak yang terbagi menjadi dua kelompok. Sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang perawat. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pengetahuan pada kelompok tanpa video dan kelompok dengan video (P= 0.000, berarti pada α 0.05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai kompetensi pada kelompok tanpa video dan kelompok dengan video (P= 0.000, berarti pada α 0.05). Simpulan: Media video resusitasi terbukti dapat meningkatkan ekseluruhan kompetensi yang ada didalam resusitasi neonatus.Sehingga penelti merekomendasikan penggunaan video sebagai media tambahan dalam pelatihan resusitasi neonatus. Keyword:  Pelatihan Ressitasi Neonatus; Resusitasi Neonatus; Video.
Pelatihan Pendampingan Code Blue Team Desa pada Kader Kesehatan dan Pembuatan Web Kesehatan Berbasis Digital Kesehatan di Desa Wangunjaya, Bungbulang- Garut Badrujamaludin, Asep; Hadiana, Asep Id; Jatnika, Galih; Ardiansyah, Diki; Alawiah, Siti Nurbayanti; Yulita, Rita Fitri
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 12 (2025): Volume 8 No 12 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i12.22796

Abstract

ABSTRAK  Kader kesehatan merupakan bagian penting dalam peningkatan derajat Kesehatan di desa, dan juga dalam rujukan diperlukan tim yang bisa dalam evakuasi dan keterampilan dalam merujuk pasien ke Puskesmas. Desa wangunjaya merupakan desa yang berada di garut Selatan dan  belum memiliki tim code blue Desa yang fokus ke rujukan pasien dan belum ada format rujukan digital. Para kader kesehatan belum memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam Bantuan Hidup Dasar, Evakuasi dan sistem rujukan. pemberian pelatihan kepada kader Kesehatan dengan cara pengukuran tanda tanda vital (TTV), Bantuan hidup dasar (BHD), evakuasi Tandu dan juga sistem rujukan secara digital kesehatan dalam web desa. Setelah di lakukan pre test dan post test terkait aspek pengetahuan terkait TTV, BHD dan Evakuasi di dapat rata rata pre test 40 dan rata rata post test 80. Selain itu hasil pelatihan dan pendampingan langsung terkait Observasi pelatihan BHD meningkat tajam dari 30 ke 80, Evakuasi  tandu pasien menigkat dari 0 ke 80. Hasil dari pengabdian masyarakat terkait dengan pelatihan, workshop dan pendampingan Pengukuran TTV, BHD, evakuasi pasien tandu dan infut data Kesehatan rujukan digital efektif dalam peningkatan pengetahuan dan skill kader Kesehatan dan sistem rujukan digital di Desa Wangunjaya Bungbulang. Di harapakan peran serta dari Stakeholders di Desa terutama Bidan desa dan pengurus Desa untuk melanjutkan kegiatan team code blue kesehatan desa dalam pengkajian pasien, evakuasi dan rujukan dengan monitoring dan evaluasi pada kegiatan ini. Selain itu alat alat TTV dan alat evakuasi, dan juga web desa, rujukan kesehatan digital dimanfaatkan dan juga di tambahkan sehingga bermanfaat secara berkesinambungan. Kata Kunci: BHD, Code Blue, Evakuasi, Kader Kesehatan, Rujukan Digital, TTV  ABSTRACT Health cadres are an important part of improving the level of health in the village, and in referrals, a team is needed that can be in evacuation and skills in referring patients to the Puskesmas. Wangunjaya village is a village located in South Garut and does not yet have a village code blue team that focuses on patient referrals and there is no digital referral format. The health cadres do not yet have the knowledge or skills in Basic Life Support, Evacuation and the referral system. Providing training to health cadres by measuring vital signs (TTV), Basic Life Support (BLS), stretcher evacuation and also a digital health referral system in the village website. After the pre-test and post-test related to the aspects of knowledge related to TTV, BLS and Evacuation, the average pre-test was 40 and the average post-test was 80. In addition, the results of direct training and mentoring related to BLS training observations increased sharply from 30 to 80, patient stretcher evacuation increased from 0 to 80. the results of community service related to training, workshops and mentoring of TTV Measurement, BLS, patient stretcher evacuation and digital health referral data input are effective in increasing the knowledge and skills of health cadres and the digital referral system in Wangunjaya Village, Bungbulang. It is hoped that the participation of Stakeholders in the Village, especially the village midwife and village officials, will continue the activities of the village health code blue team in patient assessment, evacuation and referral with monitoring and evaluation of these activities. In addition, TTV tools and evacuation tools, as well as village websites, digital health referrals are utilized and also added so that they are useful on an ongoing basis. Keywords: BLS, Code Blue, Digital Referral, Evacuation, Health Cadres