Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

EARLY SKRINNING HIPERURISEMIA DENGAN FAKTOR RESIKO GAGAL GINJAL AKUT DI WILAYAH KELURAHAN CIPAGERAN Kumala, Tria Firza; Badrujamaludin, Asep
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol 6, No 1 (2020): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHESIF
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3670.744 KB) | DOI: 10.33755/jkk.v6i1.156

Abstract

Latarbelakang : Kejadian pasti hiperurisemia di masyarakat masih belum jelas. Namun dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Cipageran pada tanggal 8 agustus 2018 terjadinya peningkatan angka kejadian asam urat yang meningkat setiap bulannya (Januari ? Juni 2018), asam urat (gout) mencapai 17 kasus. Sedangkan menurut data dari Rikesdas 20131 prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2 % dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6 %.Peningkatan kadar asam urat terdapat supersaturasi urat dalam plasma dan cairan tubuh dan diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan sekitar sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.Apabila terjadi hiperurisemia dalam jangka waktu lama akan menyebabkan fungsi ginjal dalam melakukan filtrasi akan meningkat dan dapat memungkinkan terjadinya penurunan fungsi ginjal. Dari keadaan hiperurisemia ini dapat mengakibat terjadinya kondisi patologis yaitu gagal ginjal. Sehingga untuk mengetahui fungsi ginjal masih dalam batas normal haruslah dilakukan upaya deteksi awal dari mengetahui kadar tingginya asam urat dalam darah dengan kejadian penurunan fungsi ginjal melalui beberapa indikatornya.Tujuan : Penelitian ini bertujuan umum mengidentifikasi korelasi early skrinning hiperurisemia dengan resiko gagal ginjal akut. Sedangkan pada tujuan khususnya yaitu mengidentifikasi rata rata kadar asam urat yang tinggi, tekanan darah, MAP, Ureum, Kreatinin dan GFR, mengetahui korelasi hiperurisemia dengan GFR, mengetahui korelari hiperuresemia dengan tekanan darah, MAP, Ureum, Kreatinin.Metode : Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi korelatif dengan jenis rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden dengan kadar asam urat lebih dari normal melalui tehnik purposive sampling. Kriteria responden yaitu  usia 36 ? 65 tahun dan kadar asam urat darah lebih dari normal. Responden yang memenuhi kriteria selanjutnya di lakukan pemeriksaan tekanan darah, MAP, berat badan, ureum dan kreatinin dalam darah dan GFR. Analisa data pada penelitian ini adalah univariat menggunakan data numerik dengan nilai mean pada kadar asam urat , tekanan darah, MAP, Kreatinin, Ureum. Analisa Bivariat didapatkan data tidak berdistribusi normal, sehingga sebagai uji alternatif menggunakan uji rank spearment. Analisa multivariate untuk melihat hubungan variabel variabel digunakan uji Regresi linier.Hasil : Rerata setiap variabel, yaitu variabel tekanan darah dengan nilai mean sistolik 138,43 , nilai mean diastolik 81,47 , nilai mean MAP 100.733 , nilai mean asam urat (hiperuresemia) 7,190  , nilai mean ureum 19,777 , nilai mean kreatinin 1.265 dan nilai mean GFR 52.533. Nilai korelasi hiperiresemia dengan GFR adalah 0,066 (p value > ? (0,05) yang menunjukkan bahwa korelasi hiperuresemia dengan fungsi ginjal melalui pemeriksaan GFR tidak bermakna. Nilai korelasi spearman sebesar -0,340 menunjukkan korelasi negative dengan kekuatan korelasi lemah. menggambarkan interpretasi model, setelah dilakukan analisis variabel indepeden yang masuk model regresi adalah GFR, Ureum, TD, Kreatinin, MAP. Pada Model Summary terlihat koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai 0,234 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 23,4% variasi variabel dependen asam urat. Anova hasil uji F yang menunjukkan nilai P(sig) = 1,169, berarti pada alpha 5% dapat menyatakan bahwa model regresi tidak cocok dengan data yang ada. Atau dapat diartikan variabel tersebut secara signifikan tidak dapat untuk memprediksi variabel asam urat. Coefficient dapat memperoleh persamaan garisnya, yang digunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling besar pengaruhnya. Pada hasil diatas variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap asam urat adalah kreatinin dengan hasil 1,091.Kesimpulan : Hiperuresemia bukan merupakan salah satu indikator terjadinya penurunan fungsi ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Namun melihat metabolisme dari asam urat yang hasil akhirnya akan diekskresikan oleh ginjal, apabila kondisi hiperuresemia ini tidak segera ditangani maka dapat juga mempengaruhi fungsi ginjal dalam melakukan fungsi ekskresinya, sehingga resiko penurunan fungsi ginjal dapat terjadi.
Comparison the use of pure jelly lubricant with xilocain gel in the installation of urine chateters for the patient’s level Tria Firza Kumala; Oyoh; Asep Badrujamaludin; Yully Yanny
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol. 7 No. Special Edition (2021): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHENSIF (COMPREHENSIVE NURSING JOURNAL)
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.952 KB) | DOI: 10.33755/jkk.v7iSpecial Edition.257

Abstract

Aims : This research aims to compare the use of pure jelly with xilocain gel in the installation of urine catheter for the patient’s pain level. Design : The research design used was a quasy experiment using a post test only control group design technique. Methods : This method compared two intervention groups without a pretest. Sample collection using purposive sampling technique. A sample of 60 respondent. The instrument used is numeric ratting scale. Data analysis using Mann Withney test. Results : The results of the research pure jelly mean rank is 44.18 and xilocain gel mean rank is 16.82, with result p-value 0.001 this shows there is a difference in thelevel of pain of patients on the use of pure jelly with xilocain gel in the installation of urinary catheter in General Hospital Soreang Conclusions : It is expected that the result of this study can be considered as one form of development of science based on the evidance of based practice in the management of catheter insertion than the use of xilocain gel can be input into the SPO ( Standard Operating Procedure) in order to reduce pain in patients who have urine catheter, and can be inserted in the one pain management carried out by nurses.
Application of “SISBAR” for effective communication between nurses and doctors at private hospital in Indonesia. Asep Badrujamaludin; Dedi Supriadi; Oktovina Yesayas; Fauziah Rudhiati; Hemi Fitriani; Tria Firza Kumala; Sri Wahyuna
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol. 7 No. Special Edition (2021): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHENSIF (COMPREHENSIVE NURSING JOURNAL)
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.58 KB) | DOI: 10.33755/jkk.v7iSpecial Edition.258

Abstract

Aims : Effective communication is the main elements of patient safety goals because communication is the first cause of patient safety problems. Effective communication must be built on aspects of clarity, accuracy, in accordance with the context of language and information, systematic flow, and culture. This study looks at whether there is an effect of SISBAR communication than SBAR on effective communication between nurses and doctors during consultations or handovers Design : Observational study to 20 nurses as Nurse incharge at Ruby Barat and Timur in SHBC (Santosa Hospital Bandung Central), with Observational Chart of SISBAR in 1 month observation. Methods : This research method uses a quasi-experimental pre and post by using an observational study.  The statistical analysis test using the Wilcoxon non-parametric test. Results : The results of the statistical analysis test using the Wilcoxon non-parametric test obtained p-Value: 0.002 (< 0.05), meaning that there was an significant effect of SISBAR communication on effective communication than SBAR between nurses and doctors in SHBC Bandung. Conclusions : The results of this study indicate that SISBAR communication is more effective to be applied than SBAR. In SBAR even though there is an element of the introduction, but because it is not mentioned in the abbreviation, nurses often forget about the introduction (aspects of introducing themselves and who is speaking). Therefore, SISBAR can be an alternative in handover communication between nurses and doctors in hospitals. SISBAR communication with the development of SBAR, ISBAR to SISBAR can be developed in others hospitals and in Indonesia generally  
EFEK KOMBINASI BUERGER ALLEN EXERCISE DENGAN RESISTANCE EXERCISE TERHADAP PERBAIKAN NEUROPATI DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE 2 Sukirno Sukirno; Budiman Budiman; Agus Riyanto; Linlin Lindayani; Asep Badrujamaludin
The Shine Cahaya Dunia Ners Vol 6, No 2 (2021): The Shine Cahaya Dunia Ners
Publisher : LPPM An Nuur Purwodadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35720/tscners.v6i2.299

Abstract

Latar Belakang: DM tipe 2 yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama menyebabkan komplikasi neuropati diabetik. Exercise adalah terapi modalitas untuk penatalaksanaan neuropati diabetik. Buerger Allen Exercise (BAE) dan Resistance Exercise (RE) efeknya kecil jika dilakukan single-single. Untuk mengurangi neuropati diabetik bisa menggunakan kombinasi Buerger Allen Exercise dengan Resistance Exercise. Tujuan untuk mengetahui efek kombinasi Buerger Allen Exercise dengan Resistance Exercise terhadap perbaikan neuropati diabetik pada pasien DM tipe 2.Metode: Penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan pre test dan post test times series design. Jumlah sampel 50 orang kelompok intervensi dan 51 orang kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan Monofilament Test 10 gr, Goniometer, test perspirasi. Analisa data menggunakan uji GLM repeated measures dan uji Friedman.Hasil: Hasil penelitian dengan uji Friedman kelompok intervensi menunjukkan bahwa kombinasi BAE dengan RE ada efek perbaikan respon neuropati sensorik p=0,001, respon neuropati otonom p=0,001 sedangkan kelompok kontrol tidak ada efek perbaikan respon neuropati sensorik justru penurunan signifikan p=0,001, respon neuropati otonom p=0,840. Uji GLM Repeated Measures pada kelompok intervensi menunjukkan ada efek perbaikan respon neuropati motorik LGS ankle dorsofleksi p=0,001, plantarfleksi p=0,001, inversi p=0,003, eversi p=0,003 sedangkan kelompok kontrol tidak ada efek perbaikan respon neuropati motorik LGS ankle dorsofleksi p=0,069, plantarfleksi p=0,645, inversi p=0,246, eversi p=0,176.Kesimpulan: Latihan kombinasi BAE dengan RE menunjukkan efek perbaikan neuropati sensorik, motorik, otonom pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perbaikan. Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, Neuropati Diabetik, Buerger Allen Exercise, Resistance Exercise
Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita diabetes mellitus Tipe 2 Asep Badrujamaludin; M Budi Santoso; Deipa Nastrya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i2.3624

Abstract

The association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyBackground: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to the pancreas not producing enough insulin or the insulin produced cannot be used properly. According to data from International Diabetic Federation in 2019, Indonesia ranks 7th in the world with 10.7 million people with diabetes mellitus. There are pillars of diabetes mellitus management one of which is physical activity. Diabetic neuropathy is one of the complications of type 2 DM that can occur if the diabetes is not managed properly.Purpose:  To determine the association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyMethod: Quantitative research and correlation analytic with cross-sectional design. Sampling took by a purposive sampling of 103 respondents at  Cigugur Public Health Center, Collecting data using questionnaires, and nalyzed univariate (frequency distribution) and bivariate using Chi-Square test.Results: Finding most of the respondents had low physical activity (71.8%), and most of them had diabetic neuropathy (76.7%) with a p-value = 0,000Conclusion: There is a relationship between physical activity and peripheral neuropathy, suggestion for people with diabetes mellitus to do regular physical activity to control blood sugar levels and prevent complications of diabetic neuropathy and aerobic physical exercises such as walking, relaxed cycling, jogging, and swimming.Keywords: Physical activity; Patient; Type 2 diabetes; Peripheral neuropathyPendahuluan: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat digunakan dengan baik. Menurut data dari Internasional Diabetic Ferderation pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke 7 di dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 10,7 juta penderita. Terdapat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus salah satunya adalah aktivitas fisik. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi dari DM tipe 2 yang dapat terjadi jika DM tersebut tidak dikelola dengan baikTujuan: Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2Metode: Penelitian analitik korelasi dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 103 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Sebagian besar dari responden memiliki aktivitas fisik ringan (71,8%), dan sebagian besar mengalami neuropati diabetik (76,7%) dengan p-value = 0.000.Simpulan: Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2. Saran bagi penderita diabetes mellitus untuk melakukan aktivitas fisik teratur untuk mengontrol kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi neuropati diabetik serta latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Penerapan Introduction, Situation, Background, Assessment and Recommendation (ISBAR) untuk komunikasi efektif antara perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi Asep Badrujamaludin; Tria Firza Kumala
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 13, No 4 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.15 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v13i4.1587

Abstract

ISBAR and effective communication between nurses and doctors Background: The communication errors the main cause of events reported to the United States Joint Commission between 1995 to 2006 of 25000-30000 preventable incidents that cause permanent disability. 11% of these adverse events are due to 6% different communication problems and also because inadequate level of skills. In Indonesia,  data on unexpected-events (UEs)) let alone the event of near‐miss events (NMEs) is still scarce, but on the other hand there is an increase in accusations of "mal practice", which is not necessarily in accordance with the final proof, Patient safety targets, the main element of care services to patients is effective communication. At Cibabat hospital uses SBAR communication between nurses and doctors, but there is still an element lacking in the nurse's self-introduction component when calling doctorsPurpose: This study aims to determine the description and effectiveness of ISBAR communication as effective communication between nurses and doctorsMethods: The sample of 79 nurses by survey and another nurses of 45  by observation, it done in  ICU and inpatient ward. Surveys Questioners filled up direct by respondents and observation sheets filled up by supervisors through look directly at the  moment a communication. The data collected is analyzed by frequency distribution from the results of surveys and all data analized by a statistical test to find the effectiveness of communication with the Wilcoxon TestResults: The survey found that has improved of 80% to 93.3% (ICU) and of 78.1% to 87.5% (Inpatient ward) of the communication component Introduction; by mention the name. Observation results introduction; mention the name of ISBAR communication there was a significant improve from 57.1% to 100% (ICU) and from 20.8% to 79.2% (inpatient ward). Wilcoxon test results were found from observations in  ICU  with a value of 0.003 (p <0.05) and in the inpatient ward with a value of 0.00 (p <0.05) for the introduction aspect. Therefore,  this study found that ISBAR communication more effective than SBAR  in terms of mentioning the names in the aspects of IntroductionConclusion: That ISBAR Communication is more effective than SBAR communication in terms of the component of name's Introduction  aspect. As a result, ISBAR communication can be implemented as a standard of communication for Cibabat General Hospital and other hospitals.Keywords: ISBAR; Communication; Effective; Nurses and Doctors; HospitalPendahuluan: Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke Komisi Bersama Amerika Serikat antara 1995 dan 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang dapat dicegah menyebabkan cacat permanen 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat ketrampilannya. Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.RSUD Cibabat menggunakan komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan dokter, tapi masih ada unsur kurang dalam komponen mengenalakan diri perawat saat menelpon dokterTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan keefectivan komunikasi ISBAR sebagai komunikasi efektif antara perawat dan dokterMetode: Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 79 perawat untuk survey ruang ICU dan rawat inap dan 45 perawat untuk observasi di ruang ICU dan rawat inap. Questioner di berikan kepada responden survey dan lembar observasi di berikan kepada tim Supervisor rumah sakit dengan melihat langsung komunikasi yang dilakukan. Data yang terkumpul di analisa dengan disribusi frequency dari hasil survey dan observasi dan kemudian data observasi di lakukan uji statsistik untuk melihat keefectivan dengan Uji WilcoxonHasil: Hasil penelitian didapatkan untuk Survey ditemukan bahwa peningkatan dari dari 80% menjadi 93,3%. (ICU) dan 78,1 % menjadi 87,5% (Rawat inap) dari komponen komunikasi Introduction; menyebutkan nama. Hasil observasi Introduction; menyebutkan nama dari komunikasi ISBAR terjadi peningkatan significan dari 57,1 % menjadi 100% (ICU) dan dari 20,8% menjadi 79,2 % (Rawat inap). Uji hasil test wilcoxon ditemukan dari hasil observasi di ruang ICU dengan nilai 0,003 (p< 0.05) dan di ruang rawat inap dengan nilai 0,00 (p< 0,05) untuk aspek introduction. Sehingga dari penelitian ini disimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen Meneyebutkan nama di aspek IntroductionSimpulan: penelitian ini menyimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen menyebutkan nama di aspek Introduction. Sehingga komunikasi ISBAR bisa jadikan standard komunikasi untuk RSUD Cibabat Khususnya dan Rumah sakit lain pada umumnya. 
Pengaruh mobilisasi dan massage terhadap pencegahan risiko luka tekan pada pasien tirah baring Asep Badrujamaludin; Ritha Melanie; Nenden Nurdiantini
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 4 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i4.5558

Abstract

The nursing prevention of pressure sores in hospital due to prolonged bed restBackground: A pressure wound is a localized wound in the tissue over the bone that protrudes from continuous pressure over a long period. Pressure sores increase mortality and the length of treatment days. Prevention of pressure To determine the effect of mobilization and massage as nursing prevention of pressure sores in hospital due to prolonged bed rest.Method: A quasi-experimental design with a pretest-posttest non-equivalent control group design. The number of samples was 30 participants, devised into two groups and each group contain 15 participants; group I mobilization and massage intervention and another group by only massage intervention. The measurement of pressure sores risks by using the Braden scale. Data analyzed univariate and bivariate using paired categorical comparative tests (Marginal Homogeneity Test) and unpaired (Chi Square).Results: Showed that the risk of pressure wounds before mobilization and massage in group I was 66.7% with a high risk, while 66.7% at post-intervention was a moderate risk. The risk of pressure wounds before mobilization in group II was 53.3% with a high risk, while at post-intervention was 53.3% with moderate risk. There was a difference in the risk of pressure sores before and after mobilization and massage in group I p Value 0.001 (< 0.05). There was a difference in the risk of pressure sores before and after mobilization in group II p-value 0.008 (<0.05). There was no difference in the risk of pressure sores between the groups that were given the mobilization and the message with the groups that were given the mobilization (p 0.456).Conclusion: Implementing mobilization and massage can reduce the risk of pressure sores in bed rest patients, but the risk of pressure exertion between the group that was given the mobilization and the message with the group that was given the mobilization was not different. Recommended that nurses be able to carry out preventive care for the risk of pressure sores with mobilization and massage.Keywords: Prevention; Pressure sores ; Hospital; Bed rest; Mobilization; MassagePendahuluan: Luka tekan adalah luka terlokalisir pada jaringan di atas tulang yang menonjol akibat tekanan terus menerus dalam jangka waktu lama. Luka tekan meningkatkan mortalitas dan lama hari perawatan. Pencegahan luka tekan dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi serta massage. Tujuan: Mengetahui pengaruh mobilisasi dan massage terhadap risiko luka tekan pada pasien tirah baringMetode: Penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pretest posttest non-equivalent control group design. Jumlah sampel sebanyak 30 partisipan yaitu 15 sampel kelompok I yang diberikan mobilisasi dan massage serta 15 sampel kelompok II yang hanya diberikan mobilisasi, diambil dengan teknik accidental sampling. Pengukuran risiko luka tekan menggunakan skala Braden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji komparatif kategorik berpasangan (Marginal Homogeneity Test) dan tidak berpasangan (Chi Square).Hasil: Menunjukkan risiko luka tekan sebelum dilakukan mobilisasi dan massage pada kelompok I sebesar 66,7% dengan risiko tinggi sedangkan saat posttest 66,7% dengan risiko sedang. Risiko luka tekan sebelum dilakukan mobilisasi pada kelompok II sebesar 53,3% dengan risiko tinggi sedangkan saat posttest 53,3% dengan risiko sedang. Terdapat perbedaan risiko luka tekan sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dan massage pada kelompok I (p 0,001).  Terdapat perbedaan risiko luka tekan sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi pada kelompok II (p 0,008). Tidak terdapat perbedaan risiko luka tekan antara kelompok yang diberikan mobilisasi dan message dengan kelompok yang diberikan mobilisasi (p 0,456).Simpulan: Pelaksanaan mobilisasi dan massage mampu menurunkan risiko luka tekan pada pasien tirah baring, akan tetapi risiko lukan tekan antara kelompok yang diberikan mobilisasi dan message dengan kelompok yang diberikan mobilisasi tidak terdapat perbedaan. Disarankan perawat dapat melakukan perawatan pencegahan risiko luka tekan dengan mobilisasi dan massage.
Perbedaan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada pra lansia dengan hipertensi primer Asep Badrujamaludin; Budiman Budiman; Tifany Desty Erisandi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.656 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v14i2.2541

Abstract

The effect of celery (apium graveolens) leaf and bay leaf (Syzygium polyanthum wight) on the blood pressure in pre-elderly with primary hypertensionBackground: Hypertension, also known as high blood pressure, is as medical condition in which the blood pressure in arteries is persistently elevated. This condition can increase risk of cardiovascular diseases such as stroke, kidney failure, heart attack, and kidney damage. Hypertension requires proper treatment to prevent uncontrolled blood pressure that can cause damaged organs. One of traditional treatment for hypertension is using celery leaves (Apium graveolens L) and bay leaves (Syzygium polyantum).Purpose: This research is to determine the difference of blood pressure after the consumption of boiled water celery leaves and bay leaves in pre-elderly with hypertension at Cigugur Tengah Public Health Center.Method: The type of this research is the numerical comparative analytic with Quasi Experiment design with Non Equivalent Control Group Design. This research used purposive sampling technique using 22 responden with inclusion and exclusion criteria. Data collection was performed by measuring the blood pressure before and after the consumption of celery leaves and bay leaves boiled water that consume twice a day in one week. The data are processed including univariate and bivariate data analysis.Results: The statistical result of T-independent test obtain p value of 0,365 > α (0,05)  for the systolic blood pressure and 0,574 > α (0,05) for diastolic blood pressure.Conclusion: Result showed that there is no average difference of blood pressure in group intervention boiled water of celery leaves and bay leaves after consumption of boiled water celery leaves and bay leaves. However, both intervention have decreased blood pressure of hypertension patient.Suggestion of this research is to consume boiled water of celery leaves and bay leaves for longer time as additional therapy for hypertension patient.Keywords: Pre-elderly; Celery leaf; Bay leaf; Primary hypertensionPendahuluan: Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah yang tinggi di dalam arteri, sehingga meningkatkan risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi membutuhkan penanganan yang tepat untuk mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah yang dapat menyebabkan organ tubuh menjadi rusak. Salah satu pengobatan alami hipertensi yang dilakukan adalah pengobatan dengan menggunakan daun seledri (Apium graveolens L) dan daun salam (Syzygium polyanthum).Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sesudah pemberian air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam terhadap penurun tekanan darah pada pra lansia dengan hipertensi primerMetode: Analitik komparatif numerik tidak berpasangan dengan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Pengambilan sampel dilakukan secara teknik purposive sampling sebanyak 22 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dua kali sehari selama satu minggu. Pengolahan dengan menggunkan uji T-independent diperoleh nilai p value tekanan darah sistolik 0,365 > α (0,05) dan p value tekanan darah diastolik 0,574 > α (0,05).Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata tekanan darah pada kelompok intervensi baik yang diberikan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam.Simpulan: Terdapat penurunan tekanan darah dari kedua kelompok intervensi tersebut bagi penderita hipertensi. Saran dari penelitian ini diharapkan penderita yang mengalami hipertensi dapat mengaplikasikan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam dalam kurun waktu lama sebagai tambahan terapi untuk hipertensi.
Pelatihan Komunikasi Sisbar Untuk Handover Antara Perawat Dan Dokter Di Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) Asep Badrujamaludin; Fauziah Rudhiati; Hemi Fitriani; Oktovina Yesayas; Sri Wahyuna; Budiman Budiman; Dedi Supriadi
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 5 Oktober 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i5.4209

Abstract

ABSTRAK  Komisi bersama Amerika serikat antara tahun 1995 sampai 2006 menyebutkan bahwa Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa 25000-30000 kejadian buruk menyebabkan cacat permanen 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% (WHO, 2007). Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”. Komunikasi effectif adalah salah satu Sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien. Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) menggunakan komunikasi SBAR dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dalam handover, tapi masih ada unsur yang  kurang dalam komponen mengenalakan diri perawat saat menelpon dokter dan juga terkait dengan aspek rekomendasi dan dokumentasi dalam catatan keperawatan. Melihat hal ini, pentingnya penerapan kominikasi yang effectif antara perawat dan dokter yang belum konsisten dalam penerapan komunikasi SBAR ini, maka diadakan pelatihan SISBAR ( Salam Introduction Situation Background  Asessment dan Recommendation). Pelatihan ini menggunakan aplikasi zoom meeting dan langsung. Pelatihan pengabdian ini di fasilitasi oleh Pendidikan STIKES A Yani, Departemen keperawatan SHBC dan Diklat SHBC. Pelatihan ini melibatkan 35 orang, terdiri dari KaUnit di lingkungan SHBC, CI dan Penanggung Jawab (PJ) tim di tiap Ruangan. Dengan melibatkan mereka di harapkan setelah pelatihan akan didapatkan hasil yang signifikan dalam proses pelaporan SISBAR ini. Dari hasil pengabdian masyarakat ini terkait  pelatihan ini didapatkan hasil yang baik  pengetahaun SISBAR, juga peningkatan terkait pelaksanaan SISBAR di ruangan juga role play pembuatan vidio SISBAR yang sudah baik dan observasi langsung pada 20 orang di ruang perawatan. Kata Kunci : SISBAR, Kemunikasi efectif, Handover ABSTRACT The United States Joint Commission between 1995 and 2006 states that communication errors are the main cause of 25,000-30000 adverse events causing permanent disability 11% of these adverse events are due to communication problems about 6 % (WHO, 2007). In Indonesia, data on unexpected incidents (KTD) especially near-injury incidents (KNC) are still scarce, but on the other hand, there is an increase in accusations of “malpractice”. Effective communication is one of the goals of patient safety, a major element of patient care. Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) uses SBAR communication in communication between nurses and doctors in handovers, but there are still elements that are lacking in the component of recognizing nurses when calling doctors and also related to aspects of recommendations and documentation in nursing records. Seeing this, the importance of implementing effective communication between nurses and doctors who have not been consistent in implementing SBAR communication, a SISBAR training (Salam Introduction Situation Background Assessment and Recommendation) was held. This training uses the zoom meeting application and directs in the ward. This community service training was facilitated by STIKES Jenderal  A Yani Cimahi, SHBC Nursing Department, and SHBC Education and Training. This training involved 35 people, consisting of the Unit in the SHBC, CI, and Person in Charge (PJ) team in each ward. By involving them, it is hoped that after the training there will be significant results in the SISBAR reporting process. From the results of this community service related to this training, there were good results in SISBAR knowledge, as well as improvements related to the implementation of SISBAR in the wards as well as the role play of making good SISBAR videos and direct observation of 20 people in the wards. Keywords: SISBAR, Effective Communication, Handover
Pelatihan Pengelolaan Kasus Berdasarkan Berpikir Kritis dengan Pendekatan Proses Keperawatan di Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) Hemi Fitriani; Asep Badrujamaludin; Fauziah Rudhiati
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 4 (2022): Volume 5 No 4 April 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i4.5535

Abstract

ABSTRAK  Pelatihan praktek langsung merupakan upaya yang sangat strategis dalam meningkatkan kompetensi perawat untuk berpikir kritis dalam pengelolaan kasus menggunakan proses keperawatan. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah mengidentifikasi proses pengelolaan kasus yang didasarkan pada berpikir kritis dengan pendekatan proses keperawatan di SHBC  Bandung dengan cara observasi dan pemberian pelatihan berfikir kritis dan terlibat langsung di lapangan SHBC. Maka diadakan pelatihan berfikir kritis terkait dengan kasus dengan pendekatan 3S (Standar Diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI). Pelatihan hybrid learning yaitu dengan Online dn Offline. Pelatihan pengabdian ini di fasilitasi oleh Fakultas Ilmu dan Tekhnologi Kesehatan, UNJANI, Departemen keperawatan SHBC dan Diklat SHBC. Pelatihan ini melibatkan 34 orang, terdiri dari KaUnit, CI Unit, Penanggung Jawab Shift dan Perawat pelaksana di lingkungan SHBC dengan melibatkan mereka didapatkan hasil yang signifikan dalam proses berfikir kritis dalam mengelola asuhan keperawatan berdasarkan 3S. Langkah praktis dalam pelatihan ini dengan pemberian materi terkait berfikir kritis, kemudian Pre test dan post test  terkait pengetahuan dan pemaparan 3 Kasus yang di Kelola oleh perawat di ruangan masing masing. Dari hasil pengabdian masyarakat ini terkait  pelatihan ini didapatkan hasil yang baik terkait pengetahaun berfikir kritis dari 50 % menjadi 80 %, 3S dan aplikasi penggunaan 3S dalam pengelolaan asuhan keperawatan, juga peningkatan terkait pengetahuan berfikir Kritis. Kata Kunci : Berfikir kritis, Standar 3S, Pengabdian Masyarakat  ABSTRACT  Direct practical training is a very strategic effort in improving the competence of nurses to think critically in case management using the nursing process. The purpose of this community service is to identify the case management process based on critical thinking with the nursing process approach at SHBC Bandung by observing and providing critical thinking training and being directly involved in the SHBC field. Then a critical thinking training was held related to cases with a 3S approach (Indonesian Nursing Diagnosis Standards (SDKI), Indonesian Nursing Outcomes Standards (SLKI), and Indonesian Nursing Intervention Standards (SIKI). Hybrid learning training, namely Online and Offline. This service training was facilitated by the Faculty of Health Science and Technology, The University of Jenderal Achmad Yani Cimahi, SHBC Nursing Department, and SHBC Training and Education. This training involved 34 people, consisting of Heads of Units, CI Units, Shift Managers, and Nurse Practitioners in the SHBC environment. By involving them, significant results were obtained in the critical thinking process in managing nursing care based on 3S. Practical steps in this training are by providing material related to critical thinking, then pre-test and post-test related to knowledge and exposure of 3 cases managed by nurses in their respective rooms. From the results of this community service related to this training, the results obtained well for pe knowledge of critical thinking from 50% to 80%, 3S and the application of using 3S in the management of nursing care, as well as improvements related to critical thinking knowledge. Keywords: critical thinking, 3S Standard, community service
Co-Authors Aan Sutandi Afrilia, Putri Ahmad Zakiudin Argi Virgona Bangun Blacius Dedi Blacius Dedi Blacius Dedi Budiman Budiman Budiman Budiman Budiman Budiman Christina, Juliana Dedi Supriadi Dedi Supriadi Dedi Supriadi Dedi Supriadi Deipa Nastrya Dewi Umu Kulsum Diki Ardiansyah Diki Ardiansyah Dwi Hastuti Dwi Hastuti Dyna Apriany Edi Sampurno Ridwan Egi Komara Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati, Fauziah Galih Jatnika Gunawan Irianto Hemi Fitriani Hemi Fitriani Hemi Fitriani Hotma Rumahorbo Hotma Rumahorbo Hotma Rumahorbo I Kadek Karisma Wijaya Iin Inayah, Iin Indrayana, Sofyan Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty, Ismafiaty Juju Juhaeriah Khrisna Wisnusakti Kosasi, Cecep Eli Kumala, Tria Firza Lilis Rohayani LILIS ROHAYANI Lina Erlina Linlin Handayani Linlin Lindayani Linlin Lindayani M Budi Santoso Maharani, Monna Meivi Sesanelvira Achiroh Dinul Islam Mentari Dwi Saputri Monna Maharani Muhammad Budi Santoso Musdalipa, Musdalipa Musri Musri Musri, Musri Nandang Ahmad W Nenden Nurdiantini Nuh Huda Nunung Nurjanah Nurani Alawiah, Dwi Nurhalinah, Nurhalinah Oktovina Yesayas Oktovina Yesayas Oop Ropei Oyoh Oyoh Oyoh Permatasari, Resti Priyanto Priyanto Qori Ila Saidah Rahmayanti, Siti Dewi Rahmi Imelsa Ria Sitorus Rismayanti Rismayanti Risya Fariha Rita Fitri Yulita Ritha Melanie Riyanto, Agus Rohmat Rohwandi Sari Ratna Dewi Sembiring, Evi Christin Br Siti Nurbayanti Awaliyah Sri Atun Sri Wahyuna Sri Wahyuna Suharjiman Suharjiman Sukirno Sukirno Sumitro Sumitro Susilawati Susilawati Susilawati Susilawati Tifany Desty Erisandi Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Yayat Suryati Yully Yanny Yuswandi Yuswandi Yuswandi Yuswandi