Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

DESAIN SARANA DAN PRASARANA EDU-EKOWISATA MANGROVE DI BULAKSETRA, KABUPATEN PANGANDARAN Indra Kristiana; Kennedi Sembiring; Mario Pandu Wiranata
Journal of Aquatropica Asia Vol 5 No 2 (2020): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Jurusan Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/aquatropica.v5i2.2215

Abstract

Mangrove ecosystems in coastal areas play an important role in supporting physical, biological, and environmental economic functions. One of the alternatives to preserve the mangrove ecosystem is integrated area management. Bulaksetra Beach is a mangrove area located on the East Coast of Pangandaran which has the potential to be developed as an ecotourism area. The Edu-ecotourism area which combines conservation, education, research, and economy requires good and appropriate management. Analysis of land suitability, vegetation types and environmental conditions is important in making decisions and determining the feasibility of an area. Facilities and infrastructure are one of the elements and indicators that support the success of an Edu-ecotourism area. Observations on water conditions, types of mangrove vegetation, water substrate, weather and topography were carried out to determine the feasibility of developing facilities and infrastructure in the Bulaksetra area. The results showed that the Bulaksetra area was feasible to be developed into an Edu-ecotourism area with an average salinity measurement of 14 ppt, an average rainfall of 46.4 mm - 81.3 mm, a sandy mud substrate and a gentle topography. The zoning of the mangrove ecosystem was carried out based on the main mangrove vegetation in Bulaksetra, namely Avicennia alba and Rhizophora apiculata. The selection of vegetation in the landscape design is adjusted to the natural vegetation and topography in the Bulaksetra area. The supporting facilities for Bulaksetra Edu-ecotourism were designed include mangrove trekking, canoeing docks and mangrove galleries. Facilities are designed according to area size, landscape, and suitability of location. Further studies such as the selection of design and building materials, material costs, construction costs, operational costs and maintenance costs need to be carried out to determine the appropriate building construction. The development of Bulaksetra Edu-ecotourism facilities and infrastructure is expected to contribute to the development of the mangrove ecosystem so that it becomes a center for information, education, and conservation for the public, especially in Pangandaran Regency.
Perancangan Automatic Fish Feeder Skala Akuarium Berbasis Internet of Things (IoT) Menggunakan Modul ESP8266 Kennedi Sembiring; Agus Setiawan; Muhammad Alief Tegar Wicaksono; Abdul Rahman
E-JOINT (Electronica and Electrical Journal Of Innovation Technology) Vol. 3 No. 2 (2022): E-JOINT, Desember 2022
Publisher : Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/e-joint.v3i2.1671

Abstract

Budidaya ikan adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memelihara komoditas ikan bagi kepentingan ekonomi. Kegiatan budidaya ikan pada umumnya dilakukan pada media tambak ataupun akuarium. Salah satu fase yang penting dalam budidaya ikan adalah pemberian pakan. Pemberian pakan umumnya dilakukan secara berkala dan manual. Pengembangan teknologi dalam pemberian pakan secara otomatis sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas kegiatan budidaya. Automatic Fish Feeder berbasis Internet of Things (IoT) adalah salah satu solusi yang mengintegrasikan perangkat keras dan sensor serta software sebagai kontrolnya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat pemberi pakan ikan otomatis skala akuarium menggunakan sensor ultrasonik HC SR04, dengan merancang wadah pakan, blower sebagai pendorong pakan serta aplikasi blynk untuk memonitor stok pakan dan mengirimkan notifikasi ke user. Analisa konsistensi sensor dilakukan dengan melakukan 10 kali percobaan dengan rentang jarak objek antara 5-10 cm dengan error rata rata sebesar 1.21%. Pengujian menggunakan software blynk dilakukan dengan menguji keakuratan software dan mikrokontroller dengan meletakkan objek dengan radius >20 cm dan <25 cm sebagai dasar notifikasi ketersediaan pakan. Pengujian performa Automatic Fish Feeder dilakukan sebanyak 5 kali dengan mengukur jarak lontaran pakan melalui blower. Percobaan dilakukan dengan pengukuran sampel secara acak, dengan mengukur jarak terjauh dan terdekat lontaran sampel yang diobservasi. Hasil pengujian diperoleh jarak lemparan terjauh adalah 2,6 meter dan jarak lemparan terdekat adalah 0,3 meter, dengan rata rata lontaran terjauh adalah 2,3 meter dan rata-rata terdekat adalah 0,44 meter. Secara umum, Berdasarkan hasil pengujian alat Automatic Fish Feeder menunjukkan performa yang konsisten.
RESPON PERTUMBUHAN SEMAIAN MANGROVE Rhizophora sp. PADA BERBAGAI JENIS MEDIA TANAM Abdul Rahman; Muhamad Riyono Edi Prayitno; Kennedi Sembiring; Izza M. Apriliani
MARLIN Vol 3, No 2 (2022): (Agustus 2022)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V3.I2.2022.97-102

Abstract

Rhizopora merupakan jenis tanaman bakau yang dominan ditanam oleh masyarakat di kawasan pesisir Pangandaran. Bakau jenis ini dipilih karena pertumbuhannya yang baik pada substrat jenis lumpur yang banyak terdapat di muara-muara sungai yang ada di Pangandaran. Perbanyakan bibit jenis Rhizopora pun tergolong mudah. Namun demikian belum banyak masyarakat yang secara khusus mengembangkan pembibitan bakau jenis Rhizopora, sehingga terkadang bibitnya harus didatangkan dari derah lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit mangrove yang ditanam pada polibag dengan media berupa pasir, tanah merah, lumpur dan serbuk kelapa/cocopeat. Rancangan Acak Lengkap digunakan sebagai metode percobaan dengan perlakuan berupa empat media tanam yang berbeda dengan 50 ulangan. Total bibit Rhizopora yang ditanam yaitu sebanyak 200 bibit. Hasil pengamatan selama 60 hari dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji Beda Nyata Terkecil. Pertumbuhan bibit tanaman pada keempat media tanam berbeda secara nyata dengan pertumbuhan rata-rata yang lebih baik yaitu pada media tanah sebesar 5,64 cm dan media lumpur sebesar 5,55 cm. Pertumbuhan rata-rata bibit pada media pasir dan cocopeat  lebih lambat yaitu masing-masing sebesar 5,25 cm dan 5,19 cm.Rhizopora is the dominant type of mangrove planted at coastal area by the people of Pangandaran . This type of mangrove was chosen because of its good growth on mud-type substrates that are widely found in river estuaries in Pangandaran. Propagation of Rhizopora seeds is also relatively easy. However, not many people have specifically developed Rhizopora mangrove nurseries, resulting the seeds have to be imported from other areas. This study measures the growth response of mangrove seedlings planted in polybags with four different media namely beach sand, red soil, mangrove mud and cocopeat. Completely randomized design was used as the experimental method with four different growing media as the treatment with 50 replications. The total number of Rhizopora seeds planted was 200 seedlings. The results of observations for 60 days were analyzed using analysis of variance and the Least Significant Difference test. The growth of plant seeds on the four planting media was significantly different with a better average growth of 5.64 cm in soil media and 5.55 cm in mud media. The average growth of seedlings on sand and cocopeat media was slower, which was 5.25 cm and 5.19 cm, respectively.
PERCEPATAN PENGUAPAN AIR PADA TUNNEL GARAM MENGGUNAKAN PENUTUP TUNNEL BERWARNA HITAM DAN PENGARAH ANGIN Muhamad Riyono Edi Prayitno; Zahira Salsabila Hidayat; Arif Baswantara; Kennedi Sembiring; Afriana Kusdinar
MARLIN Vol 4, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V4.I2.2023.95-100

Abstract

Produksi garam menggunakan tambak geomembran model tunnel marak dikembangkan di Indonesia. Selain hasil garam yang lebih bersih dibandingkan dengan tambak kolam tanah, produksi garam dengan metode ini bisa dilaksanakan sepanjang tahun karena tidak terkendala oleh hujan. Namun demikian, proses penguapan pada kolam tunnel lebih lambat dibandingkan kolam terbuka sehingga waktu tunggu panennya menjadi lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan penguapan pada tambak garam model tunnel dengan penggunaan plastik penutup tunnel berwarna hitam untuk meningkatkan suhu dan pengarah angin untuk meningkatkan aliran angin dalam kolom tunnel. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan berupa tunnel berpenutup plastik bening tanpa pengarah angin sebagai kontrol, tunnel berpenutup plastik hitam tanpa pengarah angin, tunnel berpenutup plastik bening dengan pengarah angin dan tunnel berpenutup plastik hitam dengan pengarah angin. Kolam tunnel berukuran 200 x 100 x 35 cm dan diisi dengan air laut setinggi 30 cm. Parameter yang diukur yaitu berupa suhu, kelembapan dan kecepatan angin pada kolom tunnel serta penurunan tinggi muka air harian selama 30 hari. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Terkecil. Penggunaan plastik penutup berwarna hitam dan pengarah angin berpengaruh nyata terhadap peningkatan kecepatan penguapan dengan kecepatan tertinggi diperoleh pada tunnel berpenutup plastik hitam dan pengarah angin dengan kecepatan penguapan 0,98 cm/hari atau setara dengan 19,6 liter/hari.Salt production using geomembrane ponds tunnel model is widely developed in Indonesia. In addition to producing salt that is cleaner than land ponds, salt production with this method can be carried out throughout the year because it is not constrained by rain. However, the evaporation process in tunnel ponds is slower than open ponds, so the production time until the harvest is longer. This study aims to increase the speed of evaporation in the salt pond model tunnel by using black plastic tunnel cover to increase temperature and wind direction turner to increase wind flow in the tunnel column. The study was conducted in a completely randomized design with 4 treatments in the form of a clear plastic covered tunnel without wind direction as a control, a black plastic covered tunnel without wind direction turner, a clear plastic covered tunnel with wind direction turner and a black plastic covered tunnel with wind direction turner. The tunnel pool measures 200 x 100 x 35 cm and is filled with seawater as high as 30 cm. Parameters measured were temperature, humidity and wind speed in the tunnel column as well as the daily decrease in water level for 30 days. Data were analyzed using the Test of Variance and the Test of Least Significant Difference. The use of black plastic covers and wind direction turner has a significant effect on increasing the evaporation rate with the highest rate obtained in the tunnel covered with black plastic and wind direction turner with an evaporation rate of 0.98 cm/day or equivalent to 19.6 liters/day.
POTENSI EKOWISATA WILAYAH PESISIR DESA PARANGTRITIS, KABUPATEN BANTUL Muhammad Romdonul Hakim; Kennedi Sembiring; Auda Ratu Aisyah
MARLIN Vol 5, No 2 (2024): (Agustus) 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V5.I2.2024.115-124

Abstract

Wilayah pesisir Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi ekowisata yang besar. Konsep ekowisata penting untuk untuk mempertahankan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekowisata di wilayah pesisir Desa Parangtritis berdasarkan nilai Parameter Fisik (PF) dan nilai Parameter Kelembagaan, Sosial-Budaya, Ekonomi, dan Lingkungan (PKSEL). Penentuan lokasi titik pengamatan adalah dengan mengambil sepuluh objek wisata yang tersebar di sepanjang pesisir Desa Parangtritis memanfaatkan citra satelit dari Google Earth. Pada lokasi tersebut dilakukan pengumpulan data melalui observasi langsung secara in situ, wawancara, dan kuesioner. Data dianalisis dengan merata-ratakan PF dan PKSEL untuk mendapatkan nilai akhir potensi wisata. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil bahwa mayoritas 70% dari sepuluh objek wisata yang diamati menunjukkan memiliki potensi tinggi untuk terus dikembangkan. Hal ini dikarenakan tempat-tempat wisata tersebut sudah didukung oleh aspek-aspek dari PF dan PKSEL yang telah lengkap dan baik. Namun, sebanyak 30% masih dalam status potensi sedang dan tidak menutup kemungkinan akan meningkat potensinya jika aspek-aspek pada seluruh parameter terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Secara umum, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dan masyarakat setempat, sudah cukup berhasil dalam mendukung pengembangan ekowisata khususnya di wilayah Desa Parangtritis.The coastal area of Parangtritis Village, Kretek District, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta, holds significant ecotourism potential. The ecotourism concept is crucial for environmental conservation and improving local community welfare. This study aims to analyze the ecotourism potential in Parangtritis Village's coastal area based on Physical Parameters (PF) and Institutional, Socio-Cultural, Economic, and Environmental Parameters (PKSEL). Observation points were determined by selecting ten tourist sites along the Parangtritis coast using Google Earth satellite imagery. Data collection involved in situ observations, interviews, and questionnaires. The data were analyzed by averaging the PF and PKSEL values to obtain the final tourism potential score. The analysis revealed that 70% of the ten observed tourist sites show high development potential, supported by comprehensive and well-maintained PF and PKSEL aspects. However, 30% have moderate potential, which could improve if all parameters' aspects are enhanced in quality and quantity. Overall, the Bantul Regency Government and local community have successfully supported ecotourism development, particularly in Parangtritis Village.
Monitoring of Aquatic Environmental Factors on the Growth of Whiteleg Shrimp (Litopenaues vannamei Boone, 1931) Muhammad Akbarurrasyid; Ega Aditya Prama; Kennedi Sembiring; Meliana Anjarsari; Achmad Sofian; Wahyu Puji Astiyani
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 25, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfs.83813

Abstract

The environment is an important aspect and can be an indicator of the success of whiteleg shrimp culture. Stable water quality is a condition when water quality meets the requirements of growing whiteleg shrimp. This study aims to determine the aquatic environmental factors on the growth of whiteleg shrimp. There were 3 ponds observed in this research with an area of 2.000 m2, 2.500 m2, and 350 m2 respectively. The result of the research shows that the water quality of whiteleg shrimp culture is still in the feasible category. Several parameters show fluctuated results beyond optimal values such as dissolved oxygen, salinity, total ammonia nitrogen, and total organic matter. The results of the correlation test showed that all the quality parameters of whiteleg shrimp culture had varying degrees of relationship. The highest correlation level was obtained in salinity, nitrate, nitrite, ammonia, temperature, and dissolved oxygen. Water quality in each pond has a very strong relationship to the growth of mean body weight (10.31 g, 10.92 g, and 11.39 g), average daily growth (0.4142 g, 0.4971 g, and 0.3557 g), and survival rate (92.4%, 92.4%, and 92.3%).
Effect of Addition of Duckweed (Lemna sp) and Fish Meal to Feed on Growth and Survival of Nirwana III Tilapia (Oreochromis niloticus) Kristiana, Indra; Sembiring, Kennedi; Astiyani, Wahyu Puji; Tiawati, Agus
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 14 No. 2 (2021): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1369.35 KB) | DOI: 10.52046/agrikan.v14i2.868

Abstract

This study aimed to determine the effect of duckweed and fish meal on feed on the growth and survival of Nirvana tilapia (Oreochromis niloticus). The tested tilapia were 8-10 cm long and weighed 12 g, kept in 9 aquariums (120 cm x 50 cm x 40 cm), three aquariums as control, three aquariums for treatment A and three aquariums for treatment B, with each each treatment A. 5% dry duckweed and fish meal (1 kg commercial feed, 25 g dry duckweed and 25 g fish meal), treatment B. 5% wet duckweed and fish meal (1 kg commercial feed, 25 g wet duckweed and 25 g g of fish meal) and treatment K (control) without treatment. The results showed that dukweed and fish meal could be used as additional feed for fish. Of the three feeds that gave the best growth, treatment A 5% (dried duckweed and fish meal) had a specific growth rate of 1.7% with a daily growth rate (GR) of 0.32 grams, and an absolute length of 3.16. cm with a survival rate of 99%.
Pengaruh Variasi Salinitas dan Kalsium Karbonat (CaCO3) dalam Menumbuhkan Alga pada Artificial Live Rock Sembiring, Kennedi; Victoria, Kanya Claudia; Prabowo, Yoga; Suhernalis, Suhernalis
Akuatiklestari Vol 7 No 2 (2024): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v7i2.6444

Abstract

Live rock adalah batuan hidup alami yang umumnya digunakan sebagai karang hias, habitat bagi biota serta penambah estetika pada akuarium. Eksploitasi besar-besaran live rock alam dapat mengancam kelestarian dan kestabilan ekosistem perairan. Artificial live rock adalah salah satu alternatif atau solusi untuk menggantikan live rock alami. Artificial live rock adalah batuan hidup buatan manusia yang biasanya terbuat dari bahan ramah lingkungan seperti batu apung, semen dan pasir dan merupakan salah satu produk bernilai ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula dan komposisi  bahan dasar yang paling sesuai dalam membuat artificial live rock serta menganalisa pengaruh variasi kalsium karbonat dan salinitas dalam menumbuhkan alga pada artificial live rock. Eksperimen dilakukan selama 2 (dua) bulan menggunakan metode kuantitatif experimental. Variabel yang diamati antara lain laju pertumbuhan alga, observasi perubahan warna serta monitoring kualitas air (suhu, salinitas dan pH). Variasi konsentasi kalsium karbonat (CaCO3) menggunakan 5 (lima) jenis formula; 0%, 10%, 25%, 50%, dan 75%. Pengujian variasi salinitas menggunakan 3 (tiga) perlakuan; salinitas rendah (10 ppt), salinitas sedang (30 ppt) dan salinitas tinggi (50 ppt). Hasil eksperimen menunjukkan konsentrasi kalsium karbonat berpengaruh terhadap perubahan warna produk artificial live rock, semakin tinggi konsentrasi kasium karbonat, maka semakin cerah artificial live rock yang dihasilkan. Hasil eksperimen juga menunjukkan konsentrasi kalsium karbonat tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan alga. Sementara itu eksperimen penggunaan variasi salinitas menunjukkan kadar salinitas memengaruhi laju pertumbuhan alga. Artificial live rock di akuarium bersalinitas 10 ppt dan 30 ppt lebih cepat ditumbuhi alga dibandingkan dengan artificial live rock di akuarium bersalinitas 50 ppt.
KOLABORASI BERSAMA MASYARAKAT DALAM UPAYA REVITALISASI KAWASAN MANGROVE BULAKSETRA, PANGANDARAN, JAWA BARAT Arif Baswantara; Yuni Ari Wibowo; Lulut Alfaris; Afriana Kusdinar; Anas Noor Firdaus; Kennedi Sembiring; Muhammad Romdonul Hakim; Muhammad Riyono Edi Prayitno
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.23568

Abstract

Kawasan mangrove bulaksetra yang berada di wilayah Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran telah banyak mengalami alih fungsi lahan sejak tahun 2017. Alih fungsi ini mengakibatkan beberapa kerusakan, sehingga pengembalian ke kondisi semula (revitalisasi) perlu dilakukan khususnya pada pengembalian vegetasi mangrove dan vegetasi pesisir lainnya di kawasan ini. Selain melaksanakan aktivitas penanaman, kolaborasi bersama kelompok penggerak masyarakat juga dirasa penting agar proses revitalisasi ini dapat berlangsung secara berkelanjutan. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Babakan dilaksanakan secara terprogram selama enam bulan dengan enam tahapan kegiatan. Program ini dilaksanakan untuk membantu Kelompok Penggerak dan Pengelola Kawasan Pesisir Bulaksetra (KPPKP-Bulaksetra) yang telah ada di masyarakat, dalam proses revitalisasi kawasan mangrove. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan disetiap tahapan kegiatan dan di akhir program, diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat merasakan manfaat dari program pengabdian tersebut, dan program ini akan terus dilanjutkan hingga proses revitalisasi menunjukkan perkembangan.
Production Techniques of Nauplii Whiteleg Shrimp (Litopenaeus vannamei) The Results of Mass Spawning Akbarurrasyid, Muhammad; Sofian, Achmad; Huda, Wildan Khorul; Sudinno, Dinno; Prajayati, Vini Taru Febriani; Sembiring, Kennedi
Barakuda 45: Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7 No 1 (2025): Edisi April
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47685/barakuda45.v7i1.601

Abstract

Litopenaeus vannamei farming intensively cannot be separated from various problems. One of the problems faced by farmers is the availability of seeds in terms of quantity and quality. Therefore, this study aims to determine the production techniques of L. vannamei shrimp nauplii produced from the mass spawning process to support the increase in the number of L. vannamei shrimp production. Mass spawning has an impact on the number of nauplii produced and the effectiveness of broodstock maintenance. This study was carried out in Banten, Indonesia. This study was conducted by surveying and observing the stages of broodstock management, spawning, nauplii harvesting, and the production of nauplii. The results of the study showed that several aspects must be considered: (1) broodstock management that includes feeding and monitoring water quality, (2) mass spawning, and (3) harvesting and production of nauplii. During the rearing period, feed, such as pellets, marine worms, and squid, was administered to accelerate the gonad maturation process, and water quality was controlled. The results of mass spawning were obtained Maturation Rate ranges 12.66 - 21.66%, Matting Rate (MR) ranges 40 - 85%, Fecundity ranges 231,951 – 486,250 eggs/shrimp, Fertilization Rate (FR) ranges 60.45 – 72.37%, and Hatching Rate (HR) ranges 71.66 – 87.24%. Total nauplii production was 4.996.398 shrimp for 28 days. Total production was slightly lower than previously reported, which was caused by an inaccurate matting process.