Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Deteksi Dini Sebagai Upaya Preventif Penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Melalui Program Pojok Sate Gurah Muzaenah, Tina; Riyaningrum, Wahyu; Yulistiani, Mustiah; Sulaeman, A
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 3 No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v3i1.226

Abstract

Latar belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang dapat meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisme, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Diabetes melitus juga menjadi masalah kesehatan di dunia karena penyakit ini merupakan salah satu dari keempat PTM di dunia. Penyakit hipertensi dan diabetes melitus juga masih menjadi priotitas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah. Upaya preventif PTM hendaknya dilakukan secara efektif serta efisien sehingga dapat meningkat derajat kesehatan masyarakat. Tujuan: untuk melakukan deteksi dini dan upaya preventif penyakit hipertensi dan diabetes melitus melalui program pojok sadar tensi dan gula darah (pojok sate gurah). Metode: Pada kegiatan ini, tim membuka pojok sate gurah untuk memberikan layanan pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah pada ibu-ibu anggota PRA Kebanggan sebagai upaya deteksi dini dan preventif terhadap penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan edukasi tentang upaya pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes melitus yang diawali dengan pretest dan diakhiri dengan posttest. Hasil: Mayoritas ibu-ibu anggota PRA Kebanggan berusia 46-55 tahun dan 56-65 tahun dengan tingkat pendidikan sekolah dasar. Mayoritas tekanan darah ibu-ibu anggota PRA Kebanggan termasuk dalam kategori normal dan pre hipertensi sedangkan kadar gula darah sewaktunya mayoritas termasuk dalam kategori belum pasti DM dan rata-rata nilai pengetahuannya sebelum dan sesudah diberikan edukasi mengalami peningkatan dari 48,39 menjadi 63,55. Kesimpulan: Pojok Sate Gurah dapat dijadikan sebagai salah satu tempat untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan tekanan darah dan gula darah sebagai upaya preventif penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Kata kunci: diabetes mellitus, hipertensi, penyakit tidak menular, pojok sate gurah ______________________________________________________________________________________ Abstract Background: Hypertension is a non-communicable disease (NCD) that can increase the risk of stroke, aneurysm, heart attack, and kidney damage. Diabetes mellitus is also a health problem in the world because this disease is one of the four NCDs in the world. Hypertension and diabetes mellitus are also still a top priority for controlling NCD in Central Java. Preventive efforts for NCD should be carried out effectively and efficiently so that the degree of public health can be increased. Objective: to carry out early detection and preventive efforts for hypertension and diabetes mellitus through a blood pressure and blood sugar awareness corner program (pojok sate gurah). Method: In this activity, the team opened the ‘pojok sate gurah’ to provide services for checking blood pressure and blood sugar levels for women who are members of PRA Pride as an effort to detect early and prevent hypertension and diabetes mellitus. By providing education about efforts to prevent hypertension and diabetes mellitus beginning with the pretest and ending with the posttest. Result: The majority of female members of PRA Kebanggan are aged 46-55 years and 56-65 years with an elementary school education level. The majority of the blood pressure of the women who were members of the PRA Kebanggan were included in the normal and pre-hypertensive categories, while the majority of intermittent blood sugar levels were included in the uncertain category of DM and the average value of knowledge before and after being given education increased from 48.39 to 63.55. Conclusion: Pojok Sate Gurah can be used as a place for early detection and monitoring of blood pressure and blood sugar as a preventive measure for hypertension and diabetes mellitus. Keywords: diabetes mellitus, hypertension, non-communicable diseases, pojok sate gurah
Pendidikan Kesehatan Dengan Media Menarche Flashcard Islami Tentang Menarche Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Siswi Amadeaz, Ivanica Anggi; Hikmawati, Isna; Aprilina, Happy Dwi; Muzaenah, Tina
Jurnal Riset Kesehatan Masyarakat Vol 3, No 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jrkm.2023.20097

Abstract

Adolescence is a transitional period from childhood to adolescence. Menarche is the first menstruation experienced by adolescents at the age of 10-16 years. Anxiety about menarche is anxiety in adolescents caused by a lack of knowledge about menarche. The purpose of this study was to determine the effect of health education using Islamic menarche flashcard media on the level of knowledge and anxiety in facing menarche. Quantitative research method pre-experimental one-group-pretest-posttest design. The population and sample used amounted to 50 respondents with the total sampling method. The statistical test used is the Wilcoxon test. The results showed that the level of knowledge before the intervention was 56.08 and after the intervention the score increased to 90.28. The result of the anxiety level before the intervention was 30.40 and after the intervention the score decreased to 16.40. The conclusion is that there is an influence by providing health education with Islamic menarche flashcard media to increase knowledge and reduce student anxiety in facing menarche.
PENGARUH SENAM DIABETES DAN DIET KARBOHIDRAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS. Hastiti, Witna; Muzaenah, Tina; Khasanah, Nur
Jurnal Kesehatan Vol 10 No 2 (2023): Jurnal Kesehatan
Publisher : STIKES Bethesda Yakkum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35913/jk.v10i2.255

Abstract

Latar Belakang: menurut International diabetic Indonesia berada di peringkat ketujuh diantara 10 negara dengan jumlah penderita sebanyak 10,7 juta. Senam diabetes merupakan pengobatan dan pencegahan diabetes militus. Diet berpengaruh dalam perbaikan serta mencegah kadar gula darah yang naik dan turun secara drastis, serta mencegah kelemahan Tujuan: Menganalisa pengaruh senam diabetes dan diet karbohidrat terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes militus. Metode: penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain pre pos test two group with control. Populasi adalah seluruh pasien diabetes militus yang aktif mengikuti kegiatan prolanis berjumlah 62 pasien, dengan teknik total sampling. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi sampel yang lolos berjumlah 45 responden dengan masing-masing kelompok berjumlah 15 responden. Kelompok 1 diberikan intervensi senam diabetes, kelompok 2 dilakukan intervensi penyuluhan diet karbohidrat, dan kelompok 3 yaitu kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan paired T-Test Hasil: penelitian ini didapatkan hasil p-value 0,000 pada kelompok senam maupun kelompok diet karbohidrat, pada kelompok kontrol ialah 0,009. Maknanya senam diabetes dan diet karbohidrat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes melitus. Kesimpulan: Terdapat pengaruh intervensi senam diabetes dan edukasi diet karbohidrat terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes militus. Kata kunci: senam diabetes, diet karbohidrat, kadar gula darah, diabetes melitus
Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Di Lingkungan Rumah Tangga Cing, Marta Tania Gabriel Ching; Hardiyani, Tati; Muzaenah, Tina
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 1 No. 9 (2023): November
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v1i9.446

Abstract

Melakukan pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang dilakukan sepanjang waktu dan rutin Karena dianggap pekerjaan rutinaitas dan biasa dilakukan, maka ada kecenderungan dilakukan dengan tidak memperhatikan factor- factor yang menimbulkan kecelakaan. Beberapa kejadian seperti luka bakar atau kejadian seperti tersedak yang membutuhkan penanganan yang segera. Tujuan dari kegiatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan terhadap cara pertolongan pertama pada kondisi kecelakaan yang bisa terjadi dirumah maka diharapkan dapat meningkatkan ketepatan penanganan kecelakaan tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya cedera yang lebih serius, dengan mendapatkan penanganan segera korban memiliki banyak waktu untuk diselamatkan sambil menunggu penanganan dari tim medis. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara offline pada 85 anggota Aisyiah dengan metode diskusi, demonstrasi dan diskusi tentang penangan luka bakar dan tersedak. Keberhasilan program dilihat dari pre dan post test dan peserta mampu melakukan redemonstrasi tentang penanganan luka bakar dan tersedak. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan dari skor 65 menjadi 80. kemudian para peserta mampu mempraktekkan cara penanganan tersedak dengan penolong, tanpa penolong dan pada orang gemuk/ hamil.
HUBUNGAN ANTARA MASKULINITAS DENGAN TINGKAT ALEXITHYMIA PADA MAHASISWA LAKI-LAKI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Lyianitha, Alifia; Muzaenah, Tina
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.33367

Abstract

Stigma masyarakat terhadap laki-laki yang membatasi ruang ekspresi mereka, seperti larangan untuk menangis dan kewajiban untuk lebih dominan dibandingkan perempuan. Laki-laki yang melanggar norma tersebut sering kali dianggap tidak cukup maskulin. Stigma maskulinitas ini berpotensi mempengaruhi kecenderungan laki-laki untuk memendam perasaan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari sosial dan berujung pada kesulitan dalam mengenali emosi, bahkan mengabaikannya. Kondisi ini berisiko memicu terbentuknya Alexithymia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara maskulinitas dan tingkat Alexithymia pada mahasiswa laki-laki S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki S1 Keperawatan UMP angkatan 2019-2022, dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 211 responden. Analisis data dilakukan dengan teknik univariat dan bivariat (uji Chi-Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-23 tahun (64,5%) dan berasal dari suku Jawa (74,88%). Sebagian besar responden memiliki maskulinitas tinggi (67,8%) dan tingkat Alexithymia tinggi (68,2%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara maskulinitas dan tingkat Alexithymia dengan p value 0,000 dan OR 9,565. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang kuat antara maskulinitas dengan tingkat Alexithymia pada mahasiswa laki-laki S1 Keperawatan UMP, di mana maskulinitas yang lebih tinggi berhubungan dengan tingkat Alexithymia yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa stigma maskulinitas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam mengenali dan mengungkapkan perasaan pada laki-laki
AROMATERAPI PEPPERMINT UNTUK MENURUNKAN POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING (POVN) PADA PASIEN POST OPERASI GENERAL ANESTESI Firdaus, Muhammad Aulia Iqbal; Isnaini, Nur; Santosa, Agus; Muzaenah, Tina
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 20, No 2 (2024): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v20i2.1494

Abstract

Latar Belakang:  Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) merupakan kondisi saat pasien mengalami mual dan muntah setelah menjalani prosedur operasi. PONV dapat menimbulkan komplikasi  seperti dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit, hipertensi, perdarahan, dan ruptur esofageal. Penanganan PONV selama ini menggunakan pengobatan farmakologi melalui pemberian antiemetik. Namun, penggunaan obat-obatan farmakologi yang berlebihan dapat berakibat buruk pada pasien. Penanganan PONV melalui teknik non farmakologi salah satunya dengan pemberian aromaterapi. Aromaterapi peppermint berperan  mempengaruhi sistem limbik otak serta bersifat menenangkan dan memiliki efek anti-mual.Tujuan : Mengetahui efektivitas aromaterapi terhadap penurunan kejadian PONV pada pasien post operasi dengan general anestesi.Metode Penelitian: Rancangan penelitian menggunakan Non-Equivalent Control Grup Design. Populasi penelitian adalah pasien post operasi dengan general anestesi di RSUD.Prof. dr Margono Soekarjo Purwokerto. Jumlah sampel 43 kelompok eksperimen yang diberikan aromaterapi dan 43 kelompok kontrol yang tidak diberikan aromaterapi. Teknik sampling menggunakan Purposive sampling. Pengumpulan data pada tahap pretest dan posttest menggunakan lembar observasi RINVR. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.Hasil Penelitian: Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden mayoritas berada pada usia dewasa (19-59), jenis kelamin perempuan, tidak bekerja, dan mayoritas pendidikan SD dan SMA. Penurunan rata=rata skor PONV  kelompok eksperimen 5,56 dan kelompok kontrol 0,37. Terdapat perbedaan signifikan pada  kelompok eksperimen yang diberikan aromaterapi dibanding kelompok kontrol yang tidak diberikan aromaterapi dengan p value =0.000 (<0.05).Kesimpulan: Aromaterapi efektif untuk menurunkan kejadian PONV  pada pasien post operasi dengan general anestesi.
Pengaruh spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap skor kecemasan narapidana Annas, Grandis Dwi; Estria, Suci Ratna; Linggardini, Kris; Muzaenah, Tina
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 2 (2025): Volume 19 Nomor 2
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i2.615

Abstract

Background: Anxiety is a feeling of worry, discomfort, uncertainty, or fear that arises from real or perceived events. It is often characterized by vague fears, accompanied by feelings of helplessness, isolation, and insecurity. Anxiety is a common mental health problem that can affect anyone, including their superiors. Anxiety experienced by revenge can stem from various events and experiences that occur during the isolated period. Several factors contribute to the development of anxiety disorders, including compensation, including age, length of sentence, time remaining before custody, and level of family and social support from the community. Purpose: To determine the effect of spiritual emotional freedom technique (SEFT) on anxiety scores of prisoners. Method: Quantitative research with pre-experimental design using one-group pretest-posttest methodology. This study was conducted on prisoners at Class IIB Purbalingga Penitentiary who had served more than four years. The sampling method used total sampling because the population was less than 100. The total number of participants in this study was 42 prisoners. This study used the Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSAS), a questionnaire to measure anxiety. Results: The anxiety scores of the participants were at a mild level of 35.7%, a moderate level of 47.6%, and a severe level of 16.7%. The results of the analysis showed that there was a significant difference in anxiety scores from SEFT therapy in participants before and after the intervention with a p value of 0.001 ≤ ɑ (0.05) which indicated a decrease in anxiety scores before and after the intervention. Conclusion: There was an effect before and after the SEFT intervention with a p value = 0.001 and there was a difference in the decrease in score of 29.6 which shows that SEFT had an effect in reducing participants' anxiety scores.   Keywords: Anxiety; Prisoners; Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).   Pendahuluan: Kecemasan adalah perasaan khawatir, tidak nyaman, tidak pasti, atau takut yang muncul dari peristiwa nyata atau yang dipersepsikan. Sering kali ditandai dengan ketakutan yang samar, disertai perasaan tidak berdaya, terasing, dan tidak aman. Kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang umum dan dapat memengaruhi siapa saja, termasuk narapidana. Kecemasan yang dialami oleh narapidana dapat berasal dari berbagai peristiwa dan pengalaman yang dihadapi selama masa penahanan. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap skor kecemasan narapidana. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain pra-eksperimental menggunakan metodologi one-group pretest-posttest. Studi ini berkaitan dengan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Purbalingga yang telah menyelesaikan lebih dari empat tahun masa hukuman. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling karena ukuran populasi kurang dari 100. Jumlah total partisipan dalam penelitian ini adalah 42 narapidana. Studi ini menggunakan Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSAS) yaitu kuesioner untuk mengukur kecemasan. Hasil: Skor kecemasan partisipan berada dalam tingkat ringan sebanyak 35.7%, tingkat sedang 47.6%, dan berat 16.7%. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan skor kecemasan yang signifikan dari terapi SEFT terhadap partisipan sebelum dan sesudah intervensi dengan p value 0.001 ≤ ɑ (0.05), menunjukkan terdapat penurunan skor kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Simpulan: Terdapat pengaruh sebelum dan setelah dilakukan intervensi SEFT dengan p value = 0.001, dan terdapat selisih penurunan skor sebanyak 29.6, menunjukkan bahwa SEFT berpengaruh dalam menurunkan skor kecemasan partisipan.   Kata Kunci: Kecemasan; Narapidana; Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Determinan gejala kecemasan pasien gagal ginjal kronik pada fase awal menjalani hemodialisa Kharisma, Asdilia; Muzaenah, Tina
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 5 (2025): Volume 19 Nomor 5
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i5.1056

Abstract

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a condition of decreased kidney function that lasts for more than three months. Patients undergoing hemodialysis to treat CKD often experience decreased quality of life and various physical and psychological symptoms, one of which is anxiety. Anxiety and depression are often experienced, especially by patients who have just started hemodialysis therapy. Purpose: To determine the most dominant determinants of anxiety symptoms in chronic kidney disease patients undergoing early hemodialysis. Method: This descriptive analytical study was conducted at the Hemodialysis Unit of Prof. Margono Soekarjo Regional Hospital, Purwokerto, in December 2024. The population was all patients aged 20-60 years who had been undergoing hemodialysis for less than one year, with a sample size of 71 respondents. Results: The dominant symptoms of anxiety from physical and psychological aspects of anxiety symptoms are sleep disturbances (12.9%), nervous (autonomic) symptoms (10.6%) namely dry mouth and dizziness, anxious feelings (10.6%) namely feelings of anxiety and discomfort, tension (10.3%) namely the state of being unable to rest and sleep peacefully, somatic symptoms (8.4%) namely pain and aches in the muscles, and digestive symptoms (8%) namely nausea and vomiting. Conclusion: The most dominant determinants of anxiety symptoms in chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis are behavioral responses in the form of sleep disturbances, neuromuscular system symptoms (autonomic symptoms), affective responses in the form of anxiety and tension, neuromuscular system symptoms (somatic symptoms), and gastrointestinal system symptoms (digestive symptoms). Suggestion: Future research can use anxiety questionnaires that focus on psychological aspects. Furthermore, this study only used questionnaires for data collection, so interviews can be used to gather symptoms experienced by chronic kidney failure patients.   Keywords: Anxiety; Chronic Kidney Failure; Hemodialysis.   Pendahuluan: Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kondisi penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Pasien yang menjalani hemodialisis untuk menangani GGK sering mengalami penurunan kualitas hidup dan berbagai gejala fisik dan psikologis, salah satunya kecemasan. Kecemasan dan depresi sering dialami, terutama oleh pasien yang baru memulai terapi hemodialisis. Tujuan: Untuk mengetahui determinan gejala yang paling dominan dari gejala kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik fase awal menjalani hemodialisa. Metode: Penelitian deskriptif analitik, dilaksanakan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan Desember 2024. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan usia 20-60 tahun yang sedang menjalani hemodialisa kurang dari satu tahun dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 71 responden. Hasil: Gejala kecemasan yang dominan dari gejala-gejala kecemasan pada aspek fisik dan psikologis adalah gangguan tidur (12,9%), gejala saraf (autonom) (10,6%) yaitu keadaan mulut kering dan kepala pusing, perasaan cemas (10,6%) yaitu keadaan cemas dan firasat buruk, ketegangan (10,3%) yaitu keadaan tidak dapat istirahat dan tidur dengan tenang, gejala somatik (8,4%) yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, dan gejala pencernaan (8%) yaitu keadaan mual dan muntah. Simpulan: Determinan gejala yang paling dominan dari gejala-gejala kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik fase awal menjalani hemodialisa adalah pada respon perilaku berupa gangguan tidur, sistem neuromuscular berupa gejala saraf (autonom), respon afektif berupa perasaan cemas dan ketegangan, sistem neuromuscular berupa gejala somatik, dan sistem gastrointestinal berupa gejala pencernaan. Saran: Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kuesioner kecemasan yang fokus pada aspek psikologis. Selain itu, pengambilan data dalam penelitian ini hanya menggunakan kuesioner, sehingga dapat menggunakan wawancara dalam mengumpulkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien gagal ginjal kronik.   Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik (GGK); Hemodialisis; Kecemasan.