Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FORMULASI KERUPUK SAGU DENGAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN TERIGU Yuli, Yulia Dwi Ningsih; Maherawati; Priyono, Suko
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 9 No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v9i2.156

Abstract

Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari bahan berpati, bersifat kering dan renyah. Kerupuk yang berbahan dasar sagu pada umumnya dikenal dengan nama kerupuk sagu. Kerupuk sagu umumnya mempunyai daya kembang yang rendah, sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kualitas kerupuk sagu dengan menambah bahan lain. Penambahan tapioka dan terigu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kerupuk sagu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisikokimia kerupuk sagu dengan penambahan tapioka dan terigu, serta Untuk mengetahui formulasi terbaik kerupuk sagu dengan penambahan tapioka dan terigu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu formulasi sagu : tapioka : terigu (k) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi pati sagu, tapioka dan terigu menghasilkan perbedaan karakteristik pada daya kembang, namun tidak memberikan perbedaan pada kadar air, kadar abu dan kadar lemak. Kadar air kerupuk sagu yang dihasilkan sudah memenuhi SNI 01-4307-1996. Pengujian sensori menunjukkan bahwa formulasi pati sagu, tapioka dan terigu mempengaruhi warna kerupuk dan kesukaan keseluruhan, namun tidak mempengaruhi kerenyahan dan rasa kerupuk sagu yang dihasilkan.
KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MULTIGRAIN RICE DARI PANGAN LOKAL Laksono, Abdi; Maherawati; Saputri, Nur Endah
Jurnal Agroindustri Pangan Vol 4 No 1 (2025): Jurnal Agroindustri Pangan
Publisher : PPPM POLTESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47767/agroindustri.v4i1.979

Abstract

Beras merupakan sumber energi yang baik dan penting, namun diversifikasi dengan bahan pangan lain seperti multigrain dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih lengkap dan seimbang. Salah satu jenis produk multigrain adalah beras multigrain. Potensi beras multigrain dapat berasal dari pangan lokal yang melimpah di Indonesia. Beberapa pangan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai beras multigrain adalah jagung, kedelai, dan kacang hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh formulasi yang menghasilkan beras multigrain terbaik berdasarkan karakteristik kimia dan organoleptik. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan yaitu perbedaan formulasi beras multigrain yang terdiri dari 4 taraf perlakuan. Analisis data menggunakan analysis of variance (ANOVA). Data akan dianalisis lebih lanjut jika terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (α= 0,05%). Analisis data untuk uji organoleptik dilakukan dengan Kruskal-Wallis (Analysis of variance on ranks). Perlakuan terbaik akan ditentukan dengan menggunakan metode indeks efektifitas De Garmo et al., (1984). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi beras multigrain yang memperoleh perlakuan terbaik adalah formulasi beras (40%) : jagung (30%) : kedelai (20%) : kacang hijau (10%) dengan kadar air sebesar 50,41%, kadar abu sebesar 2,48%, kadar lemak sebesar 9,48%, kadar protein sebesar 9,13%, kadar karbohidrat sebesar 16,29%, dan nilai organoleptik rasa sebesar 4,33, tekstur sebesar 4,23, aroma sebesar 3,80, dan kesukaan keseluruhan sebesar 4,30.
ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MELAWI DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) brigitta ersa pancarwani; Maherawati; Lestari, Oke Anandika
Jurnal Agroindustri Pangan Vol 4 No 1 (2025): Jurnal Agroindustri Pangan
Publisher : PPPM POLTESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47767/agroindustri.v4i1.980

Abstract

Ketahanan pangan merupakan situasi ketika setiap rumah tangga memiliki kapasitas fisik atau ekonomi yang memadai untuk mengakses pangan bagi semua anggota keluarganya. Kabupaten Melawi menjadi salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang mempunyai kecamatan rentan pangan berdasarkan hasil analisis FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) tahun 2022. Tujuan penelitian untuk mendapatkan indikator-indikator penting yang mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Melawi dengan metode analisis PCA. Hasil dari penelitian ini diketahui terdapat lima variabel penting mempengaruhi ketahanan pangan di Kabupaten Melawi. Lima variabel tersebut terbagi menjadi dua faktor, yaitu Faktor 1 (Infrastruktur dan Pendapatan) yang terdiri dari indikator persentase rumah tangga tanpa akses listrik, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih. Faktor 2 (Kondisi Ekonomi dan Pendidikan) terdiri dari indikator persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan > 65% terhadap total pengeluaran dan rata-rata lama sekolah perempuan di atas 15 tahun.
PEMBUATAN NORI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA SPINOSUM) DENGAN PENAMBAHAN DAUN SINGKONG Faishal, Muhammad Faishal Ammar; Maherawati; Hartanti, Lucky
Jurnal Agroindustri Pangan Vol 4 No 1 (2025): Jurnal Agroindustri Pangan
Publisher : PPPM POLTESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47767/agroindustri.v4i1.991

Abstract

This research aims to develop a formulation that combines Eucheuma spinosum seaweed and cassava leaves to produce nori with optimal physicochemical and sensory characteristics. The method used used a completely randomized design (RAK) method with five different formulations of seaweed and cassava leaves in varying ratios, namely (60:40), (65:35), (70:30), (75:25), and (80:20). Parameters tested include water content, ash content, crude fiber content, color intensity, and organoleptic tests (color, texture, taste and aroma) to determine the best formulation. The results showed that the formulation (65 seaweed and 35 cassava leaves) achieved the best balance of physicochemical characteristics, with a water content of 9.6%, ash content of 22.7%, and crude fiber content of 21.15%. This innovative combination of Eucheuma spinosum and cassava leaves not only produces quite good quality nori but also supports food diversification based on local ingredients, increasing the value of agricultural commodities in Indonesia.
Agronomic Characteristics and Harvest Time as Determinants of Starch Production in Smallholder Sago Palm Plantations Maherawati; Suswanto, Iman; Sunarti
Akta Agrosia Vol 26 No 2 (2023)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Fakultas Pertanian, Universitas Bengkkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/aa.26.2.79-86

Abstract

Smallholder sago plantations generally use simple technology, resulting in the determination of harvest time based solely on the physical appearance of plants. This study aims to identify the agronomic characteristics of sago that influence starch yield. The research was conducted on smallholder sago plantations, and samples of sago plants were collected at four harvest phases based on local customs: Dewasa, Jantung, Rusa, and Bunga. Observations on agronomic เว็บสล็อต | R4shub characteristics included the number of suckers, plant height, pith diameter, number of leaves, number of leaf scars, number of leaflets, leaflet length, and leaflet width. ANOVA and multiple comparisons were utilized to identify differences between treatments in starch yield. Regression analysis was employed to establish the relationship between starch yield and agronomic characteristics, while path analysis determined the direct/indirect effects of agronomic characteristics on starch yield. The results indicated that the optimal harvest time is during the Jantung and Rusa phases. The agronomic components that significantly influence sago starch yield are pith diameter and leaf scars. According to the coefficient of determination value, the production model can be expressed as Y = -63.26 + 2.44x1 (R2=37%). To enhance starch yield, it is crucial to improve plant spacing. When the plant spacing is too close, with a population density exceeding 200 clumps/ha, overlapping leaves occur, negatively impacting sago starch formation. This negative effect intensifies with an increase in the number of leaves and the size of leaflets in terms of length and width. Keywords: sago plantations, agronomic characteristics, harvest time determination, starch yield, smallholder agriculture
Isolation and Characterization of Lactic Acid Bacteria Isolates from Traditional Sambas Pekasam Based on Lundu Fish and Milkfish Maherawati; Simamora, Cico Jhon Karunia
BIOEDUSCIENCE Vol 9 No 1 (2025): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jbes/15787

Abstract

Background: Pekasam, or Bekasam, is a fermented fish product that can potentially produce lactic acid bacteria (LAB). This study aims to isolate and characterize LAB from Pekasam from Sambas Regency. TPC results on MRS media showed that Pekasam from Sambas Regency can potentially contain LAB with a total colony of 107 CFU/g. The isolates were identified for their colony and cell shape so that three selected isolates were obtained, namely SB1(1), SB3(1), and SB3. Methods: Isolates were characterized for proteolytic activity, hemolytic activity, low pH tolerance, tolerance to the presence of bile salts, carbohydrate metabolism, and potential antimicrobial activity. All isolates had round colonies, convex or raised surfaces, flat edges, milky white, rod-shaped cells, and were classified as gram-positive bacteria. Results: All isolates showed proteolytic activity, ɤ-hemolysis, had low pH tolerance with viability <60% at pH 2 and 3, were resistant to bile salts with viability <73% at NaDC concentrations of 0.2 and 0.4 mmol, were able to metabolize carbohydrates and had antimicrobial activity. The selected isolates were identified as Lactobacillus species and were homofermentative. Conclusion: The three selected isolates can potentially be homofermentative LAB of Lactobacillus species.
Penerapan pola pangan sehat pada pelajar sekolah dasar menggunakan metode story telling Maherawati; Hartanti, Lucky; Suswanto, Iman; Hernowo, Kukuh
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 8 No 3 (2025)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jipemas.v8i3.22775

Abstract

Anak pada usia sekolah merupakan masa tumbuh kembang yang cukup berisiko terhadap masalah gizi. Edukasi gizi pada anak sekolah, khususnya sekolah dasar membutuhkan kegiatan edukatif yang menarik dan inovatif. Sosialisasi tentang gizi pangan yang menarik dapat dilakukan dengan metode bercerita (storytelling). Tujuan kegiatan adalah mengedukasi pelajar sekolah dasar tentang konsep B2SA dan pentingnya mengonsumsi menu. sehat Metode pelaksanaan kegiatan adalah Servive learning (SL) yang menghubungkan teori dengan praktik nyata untuk memperdalam pemahaman peserta. Peserta adalah pelajar kelas IV SD Mujahidin Pontianak, dengan instrumen evaluasi berupa kuesioner. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa metode storytelling yang dilakukan pada kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman peserta tentang makanan sebagai sumber gizi dengan peningkatan pemahaman dari 49,03% menjadi 74,84%, sedangkan pemahaman tentang menu B2SA meningkat dari 29,03% menjadi 83,87%. Peningkatan pemahaman ini juga diikuti dengan kesediaan anak-anak untuk mengonsumsi pangan B2SA. Hasil kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk meneruskan kebiasaan makan sehat dengan dukungan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah. Program ini memiliki potensi untuk direplikasi di tempat lain, sehingga implikasinya menjadi lebih luas secara sosial dan ekonomi.